4. Hilang Ingatan

1620 Kata
Ibu Imsol menyambut kedatangan Taesung yang saat itu membawa buah-buahan. Tapi sejak tadi fokus Taesung sendiri ada pada Imsol yang wajahnya tampak pucat dan matanya memerah. Dia pikir Imsol mungkin sedang menahan tangis. Karena tahu teman putrinya ini mungkin akan lebih nyaman jika berduaan saja, maka ibu Imsol pun pamit untuk membeli makan siang. Taesung menyanggupinya sebab dia juga tidak ada pekerjaan hari ini karena mendapatkan cuti sakit usai semalam terlibat kecelakaan dengan orang yang menabrak Sunjae. “Ya ... gwenchana?” tanya Taesung saat tinggal berdua saja dengan Imsol. Imsol memberi anggukkan lemah sebagai jawaban. Pikirannya masih kalut sehingga tidak tahu harus bagaimana menghadapi orang lain. Dia khawatir pada Sunjae tapi tidak sanggup menemui pria itu. “Aku lihat Sunjae juga ada di rumah sakit ini ... syukurlah dia selamat karena kecelakaan kemarin sangat ... parah ...” ujar Taesung membuka suara agar tidak canggung. Karena membahas tentang Sunjae dan bahkan Taesung tahu akan kecelakaannya, maka Imsol menjadi tertarik. Dia menatap Taesung dan ingin bertanya, tapi dia masih memilah kata yang tepat untuk diajukan. “Wae?” tanya Taesung karena Imsol diam saja. “Aniya ...” gumam Imsol. Dia tidak jadi bertanya. Selama beberapa saat mereka diam, Imsol sempat memperhatikan Taesung yang mendapatkan perban dan merasa kesakitan tangannya ketika digerakkan. “Kau juga ikut jadi korban kecelakaan kemarin?” tanya Imsol, mungkin dia akan bertanya mulai dari sini agar Taesung tidak curiga. “Ya, aku sedang mengejar pelakunya saat itu,” jawab Taesung. “Bagaimana bisa?” tanya Imsol, karena kebetulan sekali. “Semalam aku dan rekanku menemui pelaku di kantor taksi tempat dia bekerja. Saat akhirnya kami bertemu pelaku, dia menyadari bahwa kami adalah polisi lalu kabur. kami kejar-kejaran dan waktu itu aku lihat ada seseorang yang berada hampir di tengah jalan, pelaku bisa saja menabraknya jadi aku menabrak pelakunya lebih dulu. Tapi saat berhenti ... pelakunya justru menabrak lagi Sunjae yang awalnya selamat,” jelas Taesung panjang lebar. Terdengar dia menghela napas karena merasa sangat bersalah pada pria yang dia ketahui menyukai Imsol, sama sepertinya. Taesung juga menceritakan bagaimana pelaku kemudian kabur padahal Taesung saat itu akan memborgolnya. Namun karena saat itu Taesung juga masih sangat pusing usai terlibat kecelakaan, maka ketika pelakunya menyudul kepalanya dan menendang tubuhnya, Taesung merasa tidak berdaya. Setelah itu Taesung tidak ingat apa yang terjadi karena dirinya pingsan. “Sampai kapan Sunjae harus menemui kematian ...” lirih Imsol setelah mendengar cerita dari Taesung. Air matanya turun membasahi pipinya mengingat Sunjae yang berkali-kali menghadapi kematian karena dirinya. Mungkin supir taksi itu melihatnya bersama Sunjae dan jadi ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Tapi apakah benar demikian? Selama ini hanya Imsol yang ingat kenangan yang terjadi sebelum semuanya dia ubah. Taesung menatap Imsol yang saat ini sedang menangis, dia menebak jika Imsol mungkin datang ke rumah sakit ini karena mendengar kabar soal Sunjae. Tangannya meraih sehelai tisu lalu dia usapkan pada pipi Imsol. Membuat wanita ini tersadar dan menatap balik padanya. “Taesung-a ....” panggil Imsol dengan putus asa. Meski tidak mengerti kenapa temannya seperti ini, tapi Taesung tetap menyahut. “Hm?” “Tolong ... tolong tangkap pelakunya ...” pinta Imsol dengan sepenuh hati. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menyelamatkan Sunjae selain harus dengan kembali ke masa lalu, karena nyatanya itu sudah tidak bisa terjadi. Jadi sepertinya sudah saatnya Imsol meminta bantuan Taesung yang juga seorang polisi. * * * Imsol berdiri di sebuah lorong yang di ujungnya ada pintu dari ruang rawat Sunjae berada. Sudah selama 5 menit dia di sini namun belum berani untuk melanjutkan langkahnya. Dia sangat bimbang, tapi dia ingin melihat Sunjae sekali saja karena hatinya masih belum tenang. Taesung sudah pamit pergi karena rekan polisinya mengatakan ada info baru soal pelaku yang kabur. meski tadinya Taesung tidak ingin pergi karena harus menjaga Imsol, tapi Imsol lebih mendukungnya untuk segera menangkap pelakunya. Ibu Imsol belum kembali dan entah kenapa Imsol tiba-tiba punya nyali untuk sampai di tempat ini. “Produser Im?” Imsol menoleh ke arah kiri saat mendengar seseorang memanggilnya. Rupanya itu adalah manajer dari Sunjae, Park Dong Seok. “Kau sudah lebih baik?” tanya Dongseok. “Ya ... terima kasih sudah membantuku kemarin,” jawab Imsol. Dongseok mengangguk paham lalu melihat ke arah kamar rawat artisnya dan kembali menoleh ke arah Imsol. Dia tahu kalau Imsol mungkin ingin menemui Sunjae. Mungkin juga jika Imsol bertemu dengan Sunjae, maka artisnya itu mau bangun dari tidurnya. Dokter cuma berkata kalau Sunjae mungkin masih butuh istirahat setelah menghadapi kematian semalam. “Hyung masih tidur sejak semalam, apa kau ingin menemuinya?” tanya Dongseok. Tapi berbeda dari tebakan Dongseok, Imsol justru menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku rasa itu akan mengganggunya,” jawab Imsol. Namun demi artis sekaligus hyung yang dia sayangi, Dongseok terus membujuk Imsol hingga akhirnya dia bisa membawa masuk wanita ini ke dalam kamar rawat Sunjae. Maaf saja jika Imsol merasa dirinya sangat memaksa, tapi Dongseok pikir ini cara terbaik agar Sunjae cepat bangun. Mumpung juga ayah Sunjae sedang pulang untuk mengambil beberapa barang diantar oleh Inhyuk, maka tidak akan ada masalah. Tepat di hadapannya, Imsol bisa melihat Sunjae yang tengah berbaring dengan mata yang masih tertutup. Perlahan Imsol mendekati Sunjae dan kembali lagi dia menangis saat melihat sebanyak itu luka yang ada di tubuh pria yang dia cintai. “Sunjae-ya ...” bisik Imsol di sela tangisannya. Mati-matian dia menahan isak tangisnya karena takut terdengar oleh orang lain dan juga membangunkan Sunjae. Akan lebih baik Sunjae tidak pernah tahu kalau dirinya pernah kemari karena hanya akan membahayakan Sunjae nantinya. “Sunjae ... maaf karena aku membuatmu seperti ini lagi ...” gumam Imsol setelah bisa menenangkan dirinya. Dia ingin sekali menyentuh tangan Sunjae, tapi ditahannya tepat sebelum tangan mereka bersentuhan. Lebih baik dia bersyukur karena masih bisa melihat Sunjae yang bernapas normal tanpa alat bantu. Selain keajaiban bisa kembali ke masa lalu, kini Imsol menjadi saksi bahwa Sunjae bisa hidup kembali tanpa dirinya kembali ke tahun 2008. “Aku berjanji, aku akan menghilang dari hidupmu dan kita tidak akan pernah bertemu lagi. Dengan begitu kau tidak akan mendapat kesialan berkali-kali, Sunjae ...” kata Imsol. Dia telah bertekad untuk pindah dari Seoul ke tempat yang jauh dan tidak akan bertemu lagi dengan Sunjae. Ini adalah pertemuan terakhir mereka dan semoga saja Sunjae tidak akan pernah mengingatnya lagi. Kini Imsol membalikkan tubuhnya berniat keluar dari kamar dan hendak memberitahu juga pada Dongseok agar menyewa bodyguard demi keamanan Sunjae. Tapi langkahnya tertahan karena tangan kanannya dipegang oleh seseorang. Sontak Imsol menoleh ke arah Sunjae karena cuma pria itu yang ada di ruangan ini bersamanya. “Sunjae—“ “Siapa kamu?” DEGH Seluruh tubuh Imsol menjadi kaku karena terkejut saat matanya langsung bertatapan dengan Sunjae yang kini dalam posisi duduk. Dan dirinya semakin terdiam sebab mendengar Sunjae bertanya siapa dirinya. “Sunjae ...” Imsol melihat Sunjae mengernyitkan dahinya saat dia panggil. “Siapa Sunjae?” tanya Sunjae lagi yang makin membuat Imsol tidak mengerti sekaligus takut. Dia baru saja berbicara dalam benaknya dan berharap Sunjae tidak akan mengingatnya lagi. Tapi ... bukan ini yang dia harapkan ... apakah Sunjae hilang ingatan karena bahkan tidak tahu dirinya sendiri? “Aw!” pekik Imsol karena Sunjae menggenggam pergelangan tangannya terlalu kuat. “Sunjae, ini—“ “SIAPA SUNJAE?! AKU BUKAN SUNJAE! DAN SIAPA KAMU?” sentak Sunjae dengan keras. Imsol sukses terdiam dan bahkan pikirannya menjadi kosong. Dongseok yang mendengar suara Sunjae dari luar kamar pun masuk. Dia bahkan langsung memeluk Sunjae karena terlalu senang melihat hyung-nya akhirnya bangun. Tapi pelukannya langsung terlepas begitu saja. “Hyung ...” Dongseok tampak bingung. Imsol pun sama, dia tidak pernah melihat Sunjae sekasar ini. “Siapa kalian berdua?” tanya Sunjae dengan mimik wajah yang begitu tegang. “Hyung ... aku Dongseok dan ini Produser Im ...” ujar Dongseok. Namun respon dari Sunjae justru sebuah tawa yang bukan tawa karena lucu. Dongseok pikir Sunjae hanya bermaksud bercanda tadi, tapi melihat ekspresi Sunjae saat ini ... dia pikir itu salah. Bahkan Sunjae tidak mengenali Imsol. “JANGAN MENDEKAT!” kata Sunjae memperingatkan saat Imsol hendak mendekatinya. Tampak memberi pagar aman untuk dirinya sendiri. “Arghh sial! Kenapa kakiku sakit sekali!” “Hyung ... jangan bercanda ... kau hanya sedang akting, kan?” Dongseok langsung terdiam saat melihat tatapan Sunjae yang amat tajam. “Akting?” sahut Sunjae dengan nada suara yang begitu dingin. Dongseok kini menoleh ke arah Imsol. “Produser ... jangan-jangan hyung hilang ingatan?” Imsol tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena dirinya juga tidak mengerti dengan situasi ini. tapi kemudian dia mengambil ponsel di sakunya dan mencari berita tentang Sunjae di internet lalu dia arahkan ponselnya kepada Sunjae. “Sunjae ... Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba seperti ini, tapi kamu bisa baca ini siapa tahu bisa mengingatkanmu apa yang terjadi semalam,” kata Imsol. Walau Sunjae masih bersikap defensif, dia tetap mengambil ponsel Imsol karena dia pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. Dia bangun 1 jam yang lalu dengan keadaan yang tidak bisa menggunakan kakinya karena sedang dipasang gips dan terasa sangat sakit. Tangan kanannya pun sama hingga dia tidak bisa mencari tahu kenapa dia masih berada di ruangan yang sama dan melihat pula seorang pria paruh baya yang menganggapnya anak seperti kemarin. Belum lagi dia terus dipanggil dengan nama Sunjae. Lalu kini ... dirinya makin dibuat sangat bingung sebab melihat wajahnya ada di layar ponsel dengan penampilan yang begitu berbeda. Gaya rambut bahkan raut wajahnya berbeda tapi wajahnya dan pria yang bernama Sunjae ini sangat mirip. “Ryu ... Sunjae ...” gumamnya saat membaca judul artikel. Dia membaca keseluruhan artikel dengan seksama tapi hanya makin membuatnya tidak paham. Tidak mungkin kan kalau aku masuk ke dalam tubuh orang lain? * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN