AX-18 [Vulpecula IV]

1024 Kata
Sudah selama seminggu orientasi murid baru berlangsung, mereka semua sekarang sedang berada di aula utama Starlight School untuk menunggu siapa saja yang lolos ke 150 orang terpilih. Banyak dari mereka yang terlihat percaya diri, takut, sudah putus asa, bahkan ada yang pingsan. Selain itu, para orang tua juga menghadiri acara peresmian ke 150 murid baru tersebut dan pemulangan 750 murid lainnya kembali kepada orang tuanya masing-masing.   Aula utama yang berada di dalam Starlight School sangatlah besar, seperti lapangan stadion sepak bola. Pastinya juga dilengkapi tempat duduk persis seperti gabungan teater dan stadion sepak bola. Kini mereka sedang duduk dengan rapi, begitu juga dengan mereka yang kelas 2 dan 3 mengikuti upacara besar tersebut, karena bagaimanapun pelolosan peseerta ini juga akan berdampak ke mereka.   Para murid duduk di belakang panggung utama untuk tempat pengumuman, sedangkan para orang tua berada tepat di depan panggung utama.   Tidak lama setelah semua sudah berkumpul dan sangat berisik, Kepala Sekolah menaiki panggung yang ada di aula tersebut, kemudian semuanya hening setelah Kepala Sekolah Starlight School tersebut mengetes miknnya.   “Selamat pagi yang cerah untuk kita semuanya!” sapa Kepala Sekolah kepada ribuan pasang mata yang menatapnya.   “Saya sebagai Kepala Sekolah Starlight School mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh calon murid yang mengikuti kegiatan orientasi sekolah dengan sangat baik, tetapi sayangnya kita seperti biasa harus menyisakan 150 terbaik.” Perkataan di akhir membuat banyak suara kecewa terdengar, mereka masih sangat tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi, mereka juga sangat tidak ingin meninggalkan sekolah yang sangat megah ini. Bahkan mereka sudah saling mengenal satu sama lain, bagaimana mungkin mereka diharuskan berpisah sekarang?   “Semuanya tenang, kita akan memberikan surat rekomendasi untuk kalian semua yang tidak lolos pada orientasi sekolah. Jadi, kalian semua harus tetap semangat dan jangan menyerah meskipun kalian tidak bersekolah disini-“ ucapan Kepala Sekolah terpotong, ia menarikkan napasnya dalam-dalam.   “Dan ... SELAMAT KEPADA 150 MURID YANG TERPILIH BERIKUT!” seru Kepala Sekolah dengan antusias.   Sebuah benda kecil terbang banyak berkumpul masuk ke dalam aula dengan keindahan cahaya warna-warni yang dipancarkannya. Mereka terbang ke seluruh penjuru ruangan di aula yang sangat besar tersebut, kemudian sebuah cahaya yang sangat terang muncul lurus sehingga saling membentuk sebuah hologram dengan gambar yang sangat jernih dan jelas.   Hal itu membuat seisi ruangan takjub dan menyegarkan mata siapa saja yang melihat hal mengagumkan tersebut.   Setelah hologram yang sangat besar muncul, hologram tersebut terbang ke empat sudut untuk memudahkan perspektif pandangan orang yang berada di aula tersebut dari berbagai penjuru dan dapat melihatnya dengan mudah.   Muncullah 150 daftar nama sisiwa terbaik dengan sangat cepan bergerak dari bawah, mereka mengumumkan satu per satu secara cepat dalam rentang waktu 7 detik untuk satu nama disertai foto dan biodata umum mereka.   Setelah 15 menit berlalu dengan cepat sudah waktunya mereka mengumumkan siapa 10 besar terbaik, 9 besar teratas akan menjadi Starzy sedangkan ia yang ke-10 besar akan menjadi ketua organisasi dalam berbagai jenis kegiatan di Starlight School.   Kali ini pengumuman berbeda, mereka langsung membagikan ke sepuluh nama yang ada beserta foto orang tersebut. Berikut 10 nama terbaik yang terpilih.   1. Laivta Sera Giorda. 2. Xander Beliard Maxten. 3. Athala Reinald Victon. 4. Catisha Axera Daxon. 5. Melysa Savina Madison. 6. George Clony Verdinand. 7. Yuara Zu Exian. 8. Stella Alyna Diardio. 9. Quinia Ra’sya Zadith. 10. Azer Devilda Angkasa.   Semua orang terlihat antusias ingin menyaksikan sepuluh besar yang terpilih dan menjadi yang terbaik untuk maju ke atas panggung tersebut. Sedangkan mereka yang tidak lolos hanya pasrah tersenyum, mereka mengetahui bahwa menyesali keadaan tetap tidak akan dapat mengubah apapun, tetapi sebagian dari mereka juga ada yang menangis karena namanya tidak ada di 150 daftar siswa yang terpilih.   Mereka yang terpilih dalam 10 besar terbaik maju ke depan panggung dengan pandangan yang beragam sesuai sifat mereka masing-masing. Tentunya Stella dan Xera lah yang paling tersenyum dengan sangat cerah disana. Sedangkan yang ekspresi paling datar tentu saja Xander, ia hanya menatap tidak terlalu minat kepada banyak orang yang tersenyum dengan antusias menginginkan posisi seperti mereka.   Mereka berdiri berdampingan berurutan sesuai dengan peringkat yang ada.   “Baiklah, silakan Angkasa untuk menyampaikan sepatah kata sebagai perwakilan dari 150 besar siswa yang terpilih.” Ucapan Kepala Sekolah tersebut membuat Angkasa sedikit terkejut, hal ini terlalu mendadak baginya, tapi ia tetap bisa mengatasinya dengan baik.   “Selamat pagi semuanya! Saya hanya dapat mengucapkan terima kasih untuk semuanya termasuk diri saya sendiri yang mampu berjuang, begitu juga dengan kalian yang berhasil menjadi murid Starlight School, kalian harus berterima kasih kepada diri sendiri dan berjanji untuk bekerja lebih keras kedepannya. Dan untuk kalian yang tidak menjadi bagian 150 terbaik, tetap semangat jangan menyerah diawal. Jalan kalian semua masih panjang untuk mencapai kesuksesan yang kalian inginkan, rezeki kalian mungkin tidak berada disini, tetapi percayalah apapun yang terjadi sekarang merupakan hal yang terbaik untuk kita semua. Jad jangan terlalu kecewa dengan sangat dalam untuk hal itu, tetap tersenyum ya! Kita semua mendoakan yang terbaik untuk kalian semua!” Pidato singkat dari Angkasa tadi membuat semua yang ada di ruangan tersebut sedikit membaik, mereka saling membagi rasa hangat untuk saling menguatkan.   “Dan juga terima kasih kepada pihak sekolah yang mempercayakan kami menjadi bagian sekolah terbaik ini, juga tidak lupa kepada orang tua yang merupakan keluarga terdekat yang selalu mendukung kami semua dengan sangat baik. Terima kasih.” Angkasa mengakhiri pidatonya tersebut dan kembali ke posisinya di samping Zadith.   “Pidatomu sangaat sederhana, rendah diri, dan bijak,” puji Zadith kepada Angkasa.   “Tentu saja, bukankah aku sangat cocok menjadi ketua organisasi untuk tiga tahun ke depan?” tanya Angkasa dengan sedikit arogan.   “Alter buruknya mulai ke luar,” gumam Zadith yang didengar Angkasa.   “Aku mendengarmu,” setelat kata terakhir dari Angkasa tersebut keduanya saling terdiam dan kembali fokus pada acara yang sedang berlangsung.   “Baiklah, sungguh luar biasa apa yang dikatakan oleh Angkasa tadi, tetap semangat untuk kita semua. Dan dengan ini saya meresmikan bahwa mereka yang terpilih dalam 150 terbaik telah menjadi bagian dari Starlight School sebagai Siswa/i tingkat pertama!” seru Kepala Sekolah dengan sangat membara.   “Sesuatu yang sangat buruk akan terjadi sepertinya,” gumam Sana saat ia mendengar suara ketukan tiga kali untuk peresmian mereka menjadi siswa Starligt School.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN