“Menurutmu apa ya-“
“Vulpecula?” potong Xander.
“Bukankah itu akan terlalu mencolok? Banyak pecinta astronomi disini.” Rei menolak saran dari Xander.
“Kitsune?” saran Xander kembali.
“Sepertinya itu ide yang tidak buruk, tidak akan ada yang nantinya mengaitkan dengan kisah rakyat jepang tentang rubah bukan?” Rei berpikir keras, ini sungguh keputusan yang sangat sulit.
“Rasaku Vulpecula lebih baik,” ujar seorang.
Seseorang yang tiba-tiba saja berkata tersebut datang dengan membuka pintu gudang yang ada dalam hutan Starlight.
“Bagaimana kalian bisa disini?” tanya orang tersebut, wajahnya masih tidak terlihat oleh Xander dan Rei.
“Apa maksudmu, seharusnya kami yang bertanya kenapa ...” Rei menghentikan ucapannya saat samar-samar melihat siapa yang mendatangi mereka.
“Xera? Ngapain lo disini?” tanya Rei dengan lancar saat jelas mengetahui siapa sosok tersebut.
“Gue? Cuma hanya ingin mencari udara segar saja, seharusnya aku yang bertanya, kenapa kalian berada disini?” tanya Xera dengan nada mengintimidasinya.
“Menurut lo apa yang dilakukan oleh dua orang laki-laki di dalam gudang yang gelap?” Kali ini Xander bertanya. Pertanyaan Xander membuat Xera merengut, ia terlihat berpikir.
“Apa kalian memiliki hubungan yang serisu satu sama lain? Ah ... kalau begitu maafkan aku menganggu waktu kalian,” ujar Xera.
“Kena kau,” batin Xander.
“Jangan bereaksi berlebihan, sebaiknya kau kemari membantu kami menghancurkan Starlight Scool.” Ucapan Xander membuat Xera menoleh dan mendatangi mereka girang.
“Baiklah, aku akan ikut membantu kalian berdua dengan senang hati.” Xera duduk diantara Rei dan Xander, ia tersenyum dengan sangat lebar seakan inilah hal yang dinantikannya.
Rei yang melihat interaksi Xera dan Xander pun mengerut bingung, ada hal yang disembunyikan oleh mereka berdua, hal yang mungkin tidak dapat ditebak oleh Rei. Hal yang sangat sengit sehingga mereka membuat drama yang luar biasa di depan Rei.
“Jadi Xera member pertama di organisasi yang kita buat?” Rei mengikuti drama mereka.
“Jadi aku yang pertama? Wah aku merasa sangat spesial disini.” Xera terlihat riang, matanya bahkan menyipit membentuk bulan sabit yang indah.
Mereka akhirnya berdiskusi dengan tenang dan mengemukakan pendapat masing-masing, hingga akhirnya mereka mendapatkan jawaban dan memutuskan nama komunitas rahasia yang mereka buat adalah gabungan dari kitsune-Vulpecula, yaitu Kila.
***
Sera membakar sebuah jarum suntik, ia membakarnya pada sebuah perapian yang ada di Stalight School, bagaimanapun Sera harus menghilangkan jejaknya untuk menutupi kecurigaan yang ada.
Sera bangkit dari duduknya pada sofa empuk di Pentdormnya, ia baru saja selesai dengan semua urusannya. Ia juga sudah mempelajari kembali materi yang ada di Starlight School, ia mempelajari pelajaran di semester satu. Sebenarnya Sera sudah memahaminya. Bahkan ia pandai dalam semua bidang, hanya saja ia sedikit pelupa dengan beberapa teori dan nama ilmiah. Ya, Sera memiliki ingatan yang cukup lemah dalam menghapal, tetapi ia sangat ahli dalam memahami dan memecahkan suatu masalah dengan mudah.
Sekarang Sera berjalan ke luar Pentdormnya, ia melihat jam hologram pada tangannya yang menunjukkan pukul 8 pagi.
“Masih aman,” gumam Sera. Entah apa yang dipikirkannya, setelah berucap seperti itu ia mengembangkan senyumnya dan menghirup udara segar sebanyak-banyaknya di pagi hari yang cerah ini.
Sera melihat cukup banyak calon murid baru berlalu lalang pada pagi hari ini, mereka terlihat sangat bersemangat dan sebagain dari mereka juga terlihat sangat santai. Sera tetap fokus pada tujuannya, ia harus pergi ke tempat pemberhentian bus, karena ia ingin pergi ke perpustakaan Starlight School, karena meskipun boleh belum meminjam buku, setidaknya ia harus mengetahui tata letak penempatan buku di perpustakaan supaya ketika hari penting ialah yang meminjam buku pertama.
Saat Sera berjalan cepat, bahunya tidak sengaja betabrakan dengan seseoran.
“Ah maafkan aku, aku keasikan menikmati lagu,” ujar orang tersebut.
Sera membalikkan tubuhnya dan melihat siapa yang ada di hadapannya, orang tersebut memakai pakaian olahraga dengan topi yang menutupi mukanya, Sera tanpa ragu membuka topi tersebut dan melihat siapa sosok yang menabraknya.
“Stella?” celetuk Sera tidak yakin, ia sangat mudah lupa, bahkan wajah seseorang saja ia harus mengingatnya sebanyak lebih dari ratusan kali berjumpa.
“Xera? Ah iya lo benar, gue Stella.” Stella menarik kembali topi kesayangannya yang diambil Sera secara tiba-tiba.
“Oke baiklah, aku pergi dulu.” Sera kembali berjalan menuju tempat pemberhentian bus,
“Tunngu sebentar, gue semalam ketemu sama lo ya?” tanya Stella sedikit ragu.
“Apa maksud lo?” Sera kembali berbalik dan menatap Stella dengan pandangan bertanya.
“Maksud gue kita bertemu di ruangan Starzy Ara kan? Atau gue salah?”
“Oh iya, gue lupa kalau gue juga ikut terseret ke ruangan menyebalkan itu, kita lanjut besok saja ya. Gue lagi buru-buru nih,” ucap Sera dan segera pergi meninggalkan Stella yang masih menatap punggung Sera dengan bingung.
“Apa dia ya? Tidak, sepertinya bukan dia.” Stella menggelengkan kepalanya kuat, ia terlalu banyak berpikir hari ini, ia harus menikmati kesempatan seperti ini bagaimanapun juga.
***
“Apa pendapatmu tentang merekaa?” tanya seorang wanita paruh baya pada seorang gadis cantik. Selain gadis tersebut ada juga seorang pemuda yang hanya menyimak diskusi kedua perempuan di depannya.
“Pendapatku? Mereka cukup menarik, hanya saja terlalu bodoh? Hahahaha,” tawa gadis tersebut di akhir ucapannya.
“Kau sebaiknya tidak terlalu meremehkan mereka Kayla,” ketus Pemuda yang sedari tadi hanya menyimak saja.
“Apa kau takut dengan orang seperti mereka? Aku tidak habis pikir sebenarnya, bagaimana mungkin pihak dari sekolah memberikan kekuasaan tertinggi pada sekelompok pemilih seperti mereka.” Gadis tersebut berbicara dengan penuh emosi, ia cukup kesal sekarang.
“Apa maksudmu? Aku hanya memberitahukan kepadamu untuk tidak terlalu gegabah dan ceroboh,” balas Pemuda tersebut.
“Ceroboh? Sejak kapan aku ceroboh George? Apa kau lupa? Aku mengerjakan segala hal dengan sempuna dan satu lagi. Aku bukan gegabah, hanya saja aku mengetahui dengan jelas bahwa mereka tidak sebanding denganku.” Kayla menatap sini George, ia sangat tidak suka dengan pemuda yang ada di hadapannya, terlalu munafik pikir Kayla.
“Kau sangat angkuh Kayla, ubah sikapmu itu, aku pergi dulu.” George berdiri, ia pergi meninggalkan kedua perempuan yang ada pada ruangan itu tanpa suara.
“Siapa kali dia! Kenapa dia sangat menyebalkan sih?” Kayla menendang meja di hadapannya dan merengut kesal, ia tidak menyukai sikap arogan George, sungguh sangat memuakkan.
“Aku rasa apa yang dibilang George benar, sebaiknya kau mengikuti perkataannya Kayla,” saran Wanita paruh baya tersebut kepada Kayla.
“Apa? Mengikutinya? Aku tidak seburuk itu, aku sudah sangat sempurna, bagaimana mungkin aku bertindak dan mengambil langkah yang bodoh?” Kayla berceloteh dan mengumpat di dalam hatinya, ia harus membalas George suatu hari nanti, Kayla sangat tidak terima George mempermalukan dirinya.
“Kau terlalu berlebihan Kayla, sebaiknya kau mendengarkan apa katanya, apa kau lupa perkataan dan firasatnya selalu benar?”
“Ah baiklah, aku akan menimbangnya, tapi tidak bisakah dia santai saja dan jangan terlalu dingin? Aku tidak suka sikap acuhnya tersebut, ia tidak pernah bercermin, selalu saja ia mengkritik orang-orang tanpa memperbaiki dahulu sikap buruknya itu.” Kayla menghelakan napasnya setelah berbicara terlalu banyak, ia sekarang mulai mengantuk.
“Lain kali kita jangan berdikusi di tempat yang gelap seperti ini, bagaimana mungkin lampu memiliki cahaya yang sangat samar seperti ini? Aku mengantuk dibuatnya,” ujar Kayla.
“Akan kuatur, sebaiknya kau kurangi sikap memerintahmu, ingat dengan siapa kau berbicara.” Ketus wanita paruh baya tersebut.
“Maafkan aku Mrs. Ella, aku terlalu emosional belakangan ini, apa menurutmu karena aku mengalami gejala pubertas?” tanya Kayla tidak yakin.
“Menurutmu? Orang-orang semakin ia bertumbuh besar semakin dewasa, tidak denganmu yang terlalu kekanakan, ubah sikapmu itu, dan jangan lupa urus tugasmu. Jangan sampai mereka berbuat terlalu jauh, paham?” Ella berucap tegas yang membuat Kayla terdiam dan menundukkan kepalanya.
“Baik Mrs.”
“Bagus, aku pergi dulu. Kepala pelayan Edward terus-terusan meneleponku, sepertinya akan ada yang harus kuurus, sampai jumpa minggu depan Kayla.” Ella melangkah pergi ke luar ruangan tersebut dan meninggalkan Kayla sendirian.
“Kalian sama saja!” teriak Kayla kesal dan menangkup wajahnya.
“Kau sungguh menarik, Kayla?” Suara seseorang terdengar dari belakang Kayla, hal itu sontak membuatnya mencari sumber arah suara tersebut.
“Sejak kapan kau disitu b******k,” umpat Kayla setelah ia melihat bayangan seorang pemuda.
Pemuda tersebu melangkah maju dan akhirnya wajahnya terlihat jelas ketika seluruh tubuhnya diterangi oleh lampu remang yang ada pada ruangan tersebut.
“Kau?” Kayla refleks menutup kedua mulutnya, ia menganga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Bagaimana bisa ka-“
“Tanpa basa-basi, aku ingin kita bekerja sama, temui aku di tempat kau biasanya memataiku.”
Pemuda tersebut pergi dengan cepat setelah ia menyampaikan keinginanya pada Kayla.