Stella memasuki sebuah ruangan gelap, ia mencari seseorang untuk ditemuinya. Ada seseoranh yang mengirimnya surat misterius eentah untuk apa juga ngapain, tetapi ia sangat supaya Stella datang. Di surat tersebut juga tertulis bahwa Stella akan mengetahui hal yang luar biasa.
“APA MAKSUDMU?” teriakan tersebut terdengar dari sebuah ruangan yang sedikit bercahaya, Stella yang mendengarnya kaget bukan main, tetapi ia mendekat ke ruangan itu untuk melihat apa yang terjadi.
Terdapat sebuah kain pintu penghalang di ruangan itu, ketika Stella ingin menyingkirkannya sebuah suara kembali terdengar, “Apa? Kenapa bisa bocor? Kau sangat tidak becus mengurus mereka!” suara perempuan tersebut kembali terdengar dengan sangat marah.
“Kau lupa kita punya banyak anggota? Walaupun kita sudah memastikan latar belakang mereka, tetap saja itu tidak menutup kemungkinan salah satu dari mereka berkhianat.” Kali ini yang terdengar merupakan suara seorang Pria.
Stella mengerutkan dahinya, apa pembicaraan yang sedang mereka lakukan? Dan kenapa mereka juga berada di Starlight School?
“Kapan alat pengendali gelombang pikiran yang sudah dirancang mereka siap?” tanya perempuan tersebut. Stella yang mendengar itu semakin bingung, ia mencoba berpikir untuk apa mereka merancang hal yang bahkan terlihat mustahil? Itu cukup menyalahi hukum alam dan menentang tuhan.
“Tutup mulutmu! Bisa saja seseorang mendengar suaramu-” balas pria itu ketus dengan sedikit berbisik ke arah perempuan di depannya.
“Kemuungkinan bulan depan? Entahlah aku tidak mengetahuinya dengan jelas. Tapi mereka sudah berjanji paling lama dalam dua bulan mereka sudah menyelesaikan semuanya,” sambung pria tersebut.
“Baiklah, pokoknya kau urus semuanya dengar rapi, dan suruh mereka untuk memata-matai gerak gerik siswa yang mencurigakan.”
“Semuanya sudah disiapkan, terutama di kelas angkatan pertama, setiap kelas sudah ada mata-mata untuk mengawasi mereka semua,” ujar pria tersebut.
Stella sepertinya harus pergi, percakapan mereka terdengar seperti ingin berakhir, saat ia ingin berlari kecil keluar dari sebuah ruangan gelap yang cukup besar tersebut, gelangnya tersangkut pada kain pintu yang tadi ingin ia buku. Hal itu membuat kain tersebut lepas dan membuat kedua orang yang berada di dalam kamar remang tersebut melihat dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
Stella yang menyadari perilaku bodohnya segera melepaskan ikatan benang yang tersangkut dan ketika itu sudah lepas ia berlari. Akan tetapi tangan Stella dicegat dan dicengkeram kuat oleh pria tersebut. Hal itu membuat Stella terjatuh ke bawah, Stella menutupi wajahnya dengan rambutnya dan dengan cepat ia memukul dengan tenaga dalam tangan pria tersebut hingga terdengar suara ‘kreek’.
“s****n!” umpat pria itu.
Stella memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur dan berhasil. Ia segera berlari tanpa arah ke dalam hutan luas Starlight School tersebut.
Disisi lain, perempuan yang tadi bersama seoran pria itu berlari cepat ke arah pintu untuk melihat siapa sosok yang menguping pembicaraan mereka, tetapi ia tidak melihat apapun karena Stella sudah pergi dengan sangat cepat.
“Kenapa kau melepaskannya?” tanya perempuan itu dengan suara dipenuhi amarah.
“Tenang aku sudah mengambil rambutnya.”
Tiba-tiba pintu yang ada di depan mereka terlempar, hal itu mengenai perempuan yang sedari tadi masih bediri disana. Stella kembali datang, ia sudah memakai masker dan mengikat rambut panjangnya.
Tanpa basa-basi Stella ke arah kanan, ia berlari dengan cepat menuju kamar kecil tempat dua orang yang tidak dikenalinya tadi membicarakan hal yang sangat tidak manusiawi. Hal tersebut membuat Pria itu berlari dengan cepat juga mengejarnya.
Ketika Stella sudah sampai di pintu kamar kecil tersebut sebuah tangan dengan cepat ingin meraih bagian kepala Stella. Stella hanya menundukkan dirinya dan hal itu membuat pria tersebut terjatuh saat itu Stella dengan menyepak bagian kepala bawah pria tersebut dengan sangat keras.
Setelah berhasil ia melihat pria tersebut terpental jauh dan kepalanya kembali mengahantam dinding dengan sangat kuat, darah segar mengalir dengan cukup deras. Stella menghampirinya dan mengambil beberapa helai rambut yang disimpan pria itu.
Dan ia juga banyak mengutip helaian rambutnya yang berceceran.
“Brugh,” suara tersebut terdengar dengan sangat kuat. Perempuan yang tadi memukuli kepala Stella dengan kursi kayu.
Stella terjatuh lemas dan ia terbaring seakan tidak berdaya. Perempuan itu mendekatinya dan membuka maskernya, tetapi saat perempuan itu meraih masker Stella, mata Stella terbuka dengan lebar dan mengarahkan kedua jarinya tepat mencolok bagian mata perempuan itu.
“ARGHH s****n! DASAR k*****t, LIHAT SAJA AKU AKAN MEMBALASMU.” Teriakan dan u*****n terlontar dari mulut perempuan itu.
Stella tanpa berpikir lama, ia segera mengecek keseluruhan ruangan untuk memastikan tidak ada jejak ia yang tertinggal. Stella segera keluar dari ruangan itu dan ia lebih memutuskan untuk berjalan ke Pentdormnya sejauh 40KM daripada ia harus menemui nasib mengerikannya dengan naik bus yang ada di Starlight School.
***
Sera membolak-balik buku dengan malas, ia terlihat sangat tidak berkeinginan belajar, entah apa yang membuatnya menjadi sangat malas. Sera memiliki perasaan yang sangat peka dengan keadaan, ia tidak semangat bukan berarti ia memiliki jiwa malas yang kuat, hanya saja ia merasakan suatu hal buruk akan menimpanya.
Sera dapat merasakan perasaan buruk itu dengan kuat, ia bahkan merasa aneh dengan dirinya sekarang. Tapi, bagaimanapun juga ia tetap harus menambah ilmu pengetahuannya, akhir-akhir ini ia terlihat berpikir, karena saat hari pertama orientasi ia terdengar beberapa siswa dan siswi membicarakan banyak hal yang tidak masuk akal.
Ketika Sera bertanya kepada mereka, bagaimana mereka membicarakan hal yang tidak masuk akal juga dengan topik yang sama, Sera mendapatkan jawaban bahwa mereka diberi pertanyaan seperti itu di dalam kelas dengan wali kelas mereka.
‘Jika alam semesta luas, mungkin saja itu menjadi antisipasi alami, siapa tahun sekitar milyaran tahun ke depan sebuah planet suda seperti sebuah hubungan antar negara? Itu bisa saja terjadi mengingat manusia yang terus berkembang biak secara pesat.”
‘Bagaimana mungkin manusia buatan bisa tercipta dengan menggabungkan gen dengan kadal? Sungguh guru gila, ia terdengar seperti shapeshifter sungguhan!’
‘Pengendali manusia? Itu sudah seperti menentang tuhan, apa ia tidak percaya akan tuhan? Hingga ia menyebutkan hal yan menentangnya?
‘Kenapa ia menyebutkan teori bumi datar? Terlebih lagi mengungkit perta bumi datar di masa lalu, dimana peta itu terdapat sebuah dinding es yang sangat besar mengelilingi dunia kita sekarang, kemudian diluar dinding itu ada peradaban yang sampai sekarang tidak bisa dijangkau. Sungguh itu mebuatku merinding.’
Seperti itulah kira-kira percakapan yang ada diantara murid setelah kelas pertemuan pertama mereka pada orientasi siswa seminggu yang lalu. Hal itu sebenarnya cukup membuat Sera terkejut, ia sebenarnya sudah mengetahui semua teori yang membahas hal seperti itu. Hanya saja ia tidak menyangka mengapa hal seperti itu di bahas di Starlight School? Bukan hal yang sudah terbukti kebenaran dan faktanya?
Sera tidak habis pikir, ia yang mengatamati bagaimana dunia sains bekerja dari ia masih kecil, tentu ia mengetahui perkembangannya dengan sangat baik. Dan banyak hal yang dulunya seperti mustahil tercipta, tetapi sekarang sudah terwujud dan berhasil dijalankan.
Sera menundukkan wajahnya pada meja perpustakaan dan perlahan matanya tertutup, ia sedang menuju ke alam bawah sadar. Ia memutuskan untuk tidur karena banyak hal menarik di dunia alam bawah sadar, hal itulah yang membuat Sera kalau mendapat masalah lebih sering untuk tidut, karena ia bisa mendapat jawaban apa yang ia mau atau ketika ia bangun, ia langsung mendapatkan solusi atas permasalahannya tersebut.