“Sera,” panggil seseorang di sela-sela tidur siangnya.
Sebagian nyawa Sera sudah kembali ke tubuhnya, ia perlahan membuka matanya dengan malas, melihat bahwa ia sekarang sedang berada di perpustakaan dan hal itu membuat matanya kembali terbuka lebar. Sera segera meneggakan duduknya dan melihat siapa yang menganggu jam tidurnya dan ternyata itu adalah Rei.
“Mau apa lo?” tanya Sera to the point tanpa basa-basi.
“Ya elah, galak amat jadi cewek,” sindir Rei.
“Lo ganggu waktu tidur gue,” elak Sera.
“Ini perpustakaan tempat membaca bukan tidur.” Ucapan Rei membuat Sera terdiam.
“Udah ah, mau apa lo manggil gue?”
“Cuma manggil doang, emang salah?” tanya Rei dengan pandangan polosnya dan itu membuat Sera ingin menebas kepala Rei menggunakan pedang.
“Jadi lo ganggu waktu tidur gue Cuma sebatas ‘cimi minggil diing’?” Sera menatap orang yang duduk di depannya tidak percaya, sungguh membuang energinya saja.
“Iya dan tidak,”
“Maksud lo apa? Jangan buat gue kaya orang b**o deh,” celoteh Sera. Ia sebenarnya bingung kalau mau bicara dengan Rei terlalu banyak kata misterius yang dilontarkan Rei, apalagi kalau sama Xande, Sera udah pasti angkat tangan saja, karena baginya bicara dengan Rei dan Xander sama saja baginya dengan bicara dengan daun yang bergoyang.
“Lo tau kan organisasi rahasia yang ada di sekolah ini?” tanya Rei dengan tepat pada sasarannya dan hal itu membuat Sera membelalakkan matanya seraya menutup mulut Rei cepat.
“Lo jangan bicara sembarang, bisa saja ada yang mendengarnya bagaimana?” ucap Sera panik dan sedikit berbisik pada telinga Rei.
“Ya, bagus dong.” Ucapan Rei tersebut membuat Sera melayang jitakan ke kepalanya Rei.
“Sakit b**o!” seru Rei mengaduh kesakitan, kuat juga tenaga Sera pikirnya. Rei pikir hanya Stella seorang yang memiliki energi luar biasa sebagai seorang cewek, tetapi ternyata Sera juga memilikinya.
“Salah lo sendiri, bicara nggak pakai mikir.” Sera menatap kesal makhluk pribumi yang ada di depannya.
“Lagian disini nggak ada penyadap suara atau apapun itu, makanya lantai ketiga ini diistimewakan biar lo tau.” Ucapan Rei menbuat Sera berpikir, tetapi setelahnya Sera menggelengkan kepalanya.
“Bisa aja kan kalau Starzy atau Guru yang memasang penyadap tanpa sepengetahuan siapapun?” ujar Sera.
“Sangat tidak mungkin, siapa coba yang bakal berpikir perpustakaan akan dijadikan tempat bergosip? Lagian perpustakaan lantai atas ini jarang didatangi, jadi tidak mungkin mereka memasang hal seperti itu disini, ruangan yang banyak penyadap suara itu di kelas.” Penjelasan panjang lebar Rei membuat Sera menganggukkan kepalanyam ia cukup sependapat dengan Rei.
“Benar juga, jadi maksud lo tentang organisasi sekolah tadi apa?”
“Lo kenapa to the point banget anjirr, perlahan dong jangan langsung ke inti.” Rei cukup culture shock sebenarnya berada di Starlight School, banyak keunikan jiwa seseorang yang setiap hari ia temui dan itu membuatnya sedikit gila.
“Baiklah ... jadi lo mau bahas apa? Meja yang ada di depan kita ini sebenarnya dari coklat batang?” celoteh Sera dengan sangat random.
“Lo random banget dah, yaudah langsung aja deh.”
“Gimana?”
“Lo pasti taukan organisasi rahasia di sekolah?” tanya Rei untuk yang kedua kalinya kepada Ssera.
“Tau banget, emang kenapa?” tanya Sera balik.
“Bisa lo spill the tea tentang sistem atau cara masuk ke sana?”
Pertanyaan Rei membuat Sera sedikit terkejut, ia masih bingung dengan situasi sekarang, sebenarnya Rei berada dipihak siapa?
“Bisa-bisa saja, tapi untuk apa?” Sera tidak dapat menahan rasa penasarannya, bagaimanapun ia juga harus mengetahui alasannya.
“gue hanya ingin mengetahuinya saja, saling berbagi informasi tidak ada salahnya kan?” jawab Rei.
“Sebenarnya organisasi rahasia di Starlight School ada tiga, dan mereka juga terpecah menjadi kubu yang berbeda. Gue sarankan jangan coba cari masalah sama mereka deh, bahaya soalnya.”
“Tunggu, kenapa bisa jadi berkubu-kubu?” Rei bereaksi berbeda kali ini, ia cukup kaget mendengar pernyataan Sera, Rei sungguh berpikir Sera dapat diandalkan dalam mencari informasi penting.
“Sebenarnya gue kurang tau kenapa dan alasan apa yang membuat mereka menjadi terpecah, tapi satu hal yang pasti tidak ada dari mereka yang memiliki niat baik seklipun. Cara kerja mereka menentang hukum alam.” Sera menjelaskan dengan hati-hati.
“Gue paham sekarang, makasih Sera gue pergi dulu ya.”
Belum sempat Rei melangkahkan kakinya Sera segera menahan tangan Rei dengan sangat kuat.
“Sebaiknya lo tunggu sekitar beberapa jam lagi, gue yakin para Starzy lagi memata-matai kita semua. Kalau lo keluar sekarang itu sangat terlihat mencurigakan meskipun lo membawa buku untuk dipinjam.” Perkataan Sera membuat Rei berpikir kembali dan mengurungkan niatnya, ia juga merutuki kebodohannya, bagaimana bisa ia tidak terpikirkan bahwa para Starzy sedang mengawasi mereka.
“Oke lanjut deh, menurut lo di kelas kita ada tidak yang tergabung ke organisasi rahasia di Starlight school?” tanya Rei, ia meminta pendapat Sera.
“Belum keliatan, kalian semua sangat misterius, sekalipun dengan Stella yang tampaknya sangat terbuka.”
“Lo aja kali yang sok misterius,” sindir Rei secara tiba-tiba.
“Lah? Kok jadi gue? Padahal gue yang paling anti anti bermuka dua di depan kalian semua.” Sera membantah perkataan Rei, bagaimana mungkin ia dikatakan sok misterius?
“Gue gak yakin, bisa aja lo kan anak buah organisasi gelap itu, tapi bertingkah ramah ke semua orang untuk menutupkan kecurigaan.” Setelah mengucapkan kata terakhir Rei kembali memperhatikan Sera dengan menyipitkan matanya.
“Ngaco lo ah, ngapain juga gue cerita ke orang awam kalau misal gue emang benar dari san-“
“EH TUNGGU SEBENTAR!” teriak Sera tiba-tiba tidak santai.
“Santai aja woi!” balas teriak Rei tetapi tidak sebesar Sera.
“Gimana gue bisa santai? Lo –“ Sera menjeda perkatannya, ia menatap Rei dan menujuknya.
“Lo kok bisa tau kalau gue punya informasi tentang organisasi gelap sekolah? Atau sebenarnya lo emang? Ah gue nggak nyangka,” lirih Sera di akhir kalimatnya.
Rei hanya menatap datar Sera yang sedang membuat drama di depannya, Rei juga memilih mengikuti alur drama Sera dengan alur yang berbeda.
“Iya, gue sebenarnya mau rekrut lo masuk ke organisasi rahasia gue. Lo mau?”
“Bohong banget!” teriak Sera lagi, lalu ia kembali duduk.
“Tapi tadi lo nuduh gue bagian dari mereka, kok sekarang?”
“Bodoamat, gue malas ah, pergi sana lo!” usir Sera seraya melambaikan tangannya pada Rei.
“Dasar cewek labil,” gumam Rei dan ia membalikkan tubuhnya ke arah pintu perpustkaan.
“Apa? Lo bilang apa tadi? Gue nggak salah denger kan? Cewek labil lo bilang?” tanya Sera bertubi-tubi dengan emosi yang menggebu-gebu. Dan Rei hanya mengabaikannya.
“Kan udah gue bilang jangan pergi dulu,” Sera kembali menarik tangan Rei membawanya untuk duduk di tempat tadi.
“Tapi lo usir, yaudah gue pergi.”
“Dih ngambekan, lo mau dikuliti Starzy?”
“Siapa juga yang mau keluar perpus, orang gue mau tidur di sana kok,” ucap Rei seraya menunjuk sofa panjang yang empuk pada bagian belakang ruangan perpustakaan. Sera segera melepaskan tangan Rei dan mengusir Rei kembali. Dan mereka akhirnya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.