AX-25 [Libra II]

1174 Kata
Rei, Xander, Stella, dan Sera sudah berada di perpustakaan, mereka berpencar memilih banyak buku dengan mata yang berbinar. Mereka berpikir perpustakaan khusus ini memiliki buku yang sangat lengkap dan mereka inginkan. Seperti apapun pertanyaan di dalam kepala mereka, pasti diantara banyak buku di perpustakaan khusus ini akan ada yang membahas pertanyaan itu. Sudah seperti mesin pencarian di internet, cuma bedanya di perpustakaan khusus ini, semua informasi yang ada di dalam buku akurat dan lebih terpercaya, jika dibandingkan dengan mesin pencarian di internet, dimana banyak sumber berita rancu dan tidak benar.   Setelah mereka semua memilih berbagai buku, mereka berkumpul di suatu meja dekat jendela di perpustakaan khusus tersebut, pemandangan yang terlihat dari atas sungguh membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan berpaling. Hamparan luas lapangan dan dimana tepat di ujung terdapat sebuah gunung besar dan terlihat bewarna biru, ditemani pemandangan segar akan pepohonan hijau dan lebat, membuat semakin semangat untuk membaca buku.   “To the point, apa yang kalian sembunyikan dari gue?” Stella tiba-tiba bersuara saat mereka semua sudah mulai membalik lembaran buku pertama.   “Maksud lo?” Sera memasang wajah bingung, ia tidak mengerti dengan teman barunya ini.   “Organisasi sekolah? Eh? Iya kan?”   Sunyi... Tidak ada yang kembali bersuara dan membuka topik, ini sudah di luar dugaan mereka semua.   “Gue nggak ngerti lo bicara apa Stel..” lirih Sera   “Jangan pura-pura deh, gue bisa baca pergerakan kalian, apa gue terlihat setidak dapat percaya itu? Sehingga kalian seperti menghindari topik yang sensitif saat berbicara denganku.”   “Bukan gitu Stel..”   “Yaudah deh kalau nggak mau, gih lanjut aja kalian belajar.”   “Ada mata-mata di kelas kita asal kalian tau, aku setidaknya memiliki sedikit informasi yang mungkin akan sangat penting.”   Semuanya terdiam dan tidak ada jawaban.   “Baiklah, lo ingin tau tentang apa?” tanya Rei buka suara, hal itu membuat ketiga teman lainnya menatap Rei langsung dengan pandangan yang berbeda.   “Gue Cuma ingin memastikan aja, sepertinya kalian sedang merencanakan sesuatu ya?”   “Iya, kenapa?”   “Bagaimana kalau aku ikut masuk ke dalam bagian rencana itu?” tanya Stella langsung ke intinya.   “Bentar ... Ini kalian ngomongin apa sih?” Sera terlihat bingung dengan apa yang terjadi disini. Awalnya ia mengira Stella mempertanyakan tentang rahasia gelap Starlight School yang sempat disinggungnya waktu acara penyambutan mereka.   “Lah? Jadi lo nggak tau?” Stella menatap Rei dan Xander meminta penjelasan.   “Lo sih maksa banget pengen tau sekarang, Sera emang nggak ada hubungannya dengan rencana kami,” ujar Xander.   Stella merutuki dirinya dengan menatap ke arah bawah, ia cukup malu sekarang, dan terlihat seperti penjahat yang membocorkan informasi rahasia.   “Gue makin bingung sekarang. Jadi, kalian berdua bersekutu untuk suatu rencana, dan Stella tau rencana kalian berdua ... Lalu, ia ingin ikut gabung? Gitu kan?” tanya Sera seakan ia seperti orang bodoh sekarang, sangat jarang Sera menanyakan suatu hal, tetapi sungguh ajaib ketika ia memasuki Starlight School karena tidak ada satupun dari murid di sekolah itu yang gerak geriknya dapat dibaca.   “Iya, sebenarnya bertiga sih sama Xera,” jawab Xander.   “Xera!?” teriak Stella dan Sera bersamaan.   “Iya Sera, emang kenapa?”   “Emang kalian nggak curiga sama sekali dengan gerak geriknya? Ia terlalu manipullatif,” ujar Sera.   “Ia juga terlalu keras kepala dan menusuk di belakang,” sambung Stella.   “Bagaimana kalian bisa tau?” Rei memasang wajah sedikit tidak percaya.   “Melalui feeling, aura Xera itu bukan main pekatnya, emang lo nggak merasakannya?” Stella menggelengkan kepalanya mengetahui keputusan bodoh kedua teman yang sekarang berada di hadapannya.   “Nggak usah diperibet, gue yakin kalian bisa akting, pura-pura aja dia dijadikan anggota.,” ucap Sera.   “Jadi? Kalian berdua mau gabung dengan rencana kami? Tapi sama sekali belum mengetahui apa yang akan kami lakukan?” Rei berucap dan menatap tidak percaya pada kedua gadis di depannya ini, bagaimana bisa mereka mau mau aja masuk ke kandang singa?   “Lo lagi nggak fokus apa gimana sih Rei? Kan kita sedari tadi bahas tentang Rahasia Starlight School yang berarti tujuan kalian itu,” balas Stella.   “Apa coba?” tanya Rei, hal itu membuat Stella terdiam begitu juga dengan Sera.   “s*****a utama pemusnahan manusia...”   ***   Xera memasuki sebuah ruangan yang sangat gelap, ia sekarang sedang berada di dekat sungai yang ada di pulau starlight, entah apa yang ia cari pada malam hari yang gelap seperti ini. Xera membuka sebuah pintu pada gubuk kayu yang kalau dilihat seperti menyatu dengan alam, sama sekali tidak terlihat ketika di malam hari.   “Xera? Lo sedang apa?” tanya sebuah suara yang membuat Xera kaget dan mengedarkan pandangannya melihat siapa sosok manusia yang memanggilnya tersebut. Ia sangat asing dengan suaranya, sudah dapat dipastikan orang tersebut tidak kenal dekat dengan Xera,   “Xer? Lo kenapa? Gue disini,” Xera kembali melihat ke arah asal suara dan ia kaget bukan main ketika cahaya senter menerangi wajah sesseorang yang memanggilnya sedari tadi.   “George? L-lo ngapain disini?”   “Hahaha, kaget ya? Nggak ada, gue tadi siang belajar di sekitar sungai dekat pohon besar itu..” Geogre menunjuk ke arah pohon dan emang sangat besar, bahkan karena besarnya itu ia dapat dilihat saat malam hari.   “Dan gue ketiduran deh, baru aja kebangun, terus gue dengar suara dari semak semak dekat gubuk ini. Awalnya gue kira hewan, tapi karena terdengar suara pintu, gue lihat deh kesini. Rupanya elo! hampir aja gue kira hantu penunggu gubuk ini.”   “Oh gitu..” Xera hanya mengangguk paham.   “Dan? Lo sendiri ngapain malam malam kesini? Mencurigakan.” George memicingkan matanya dan menatap Xera dari atas ke bawah melihat pakaian Xera.   “Ya? Gue... nggak bisa tidur malam.”   “Ha? Jadi lo tidur kapan coba? Perasaan gue lihat lo malah lebih aktif siang hari.”   “Yah gue tidur biasanya siap fajar, tetapi karena sekolah gue tidrunya sore ampe tengah malam, dan malam gini waktu gue bangun emang.”   “Terus? Ngapain lo malam malam kesini?”   “Gue dikasih tau sama kakak senior kalau dekat sungai ada gubuk yang bukunya tuh banyak banget tentang sejarah dan cerita dongeng, yah jadi gue mau ambil buku itu kesini, mau gue baca di Kingdom,” terang Xera panjang lebar.   “Oh.. gitu.”   “Cuma gitu diang reaksi lu?”   “Ya terus gue harus gimana? Wah kereeen gue juga mau ikut liat bukunya dong dan baca bersama di rembulan malam yang indah ini. Lo mau gue gitu?”   “Nggak... sangat menggelikan,” Xera menatap George sedikit ngeri.   “Yaudah, lo mau ikut masuk minjam buku nggak?” tanya Xera.   “Boleh deh, emang ada apa aja? Ada nggak sejarah tentang perang dunia?” tanya balik George.   “Ada, sini aja masuk tinggal lo pilih sendiri mau yang gimana.”   Xera akhirnya masuk ke gubuk itu begitu juga George. Mereka melihat-lihat buku hanya dengan senter dari handphone dikarenakan di gubuk kecil itu emang tidak memiliki lampu. Dan setelah selesai memilih buku yang mereka berdua inginkan, mereka berdua balik ke Kingdom bersama dengan menggunakan mobil yang dibawa Xera.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN