...
“Selanjutnya apa Mr?” tanya Stella kepada Robert yang sedang membaca struktur kelas Starzy.
“Kalian harus memperlajari materi dasar peminatan yang diambil dalam seminggu dan minggu depan kita akan mengadakan tes, juga ulangan harian untuk semua mata pelajaran 3 bab pertama.” Ucapan Robert membuat Stella menganga sedikit tidak percaya, ia tau sekolah ini gila, tapi ia tidak membayangka hal itu akan segila ini.
“Baik Mr, kalau begitu saya permisi dulu.” Stella pamit dan pergi dari ruangan Robert.
Setelah ke luar dari ruangan, Stella berlari dengan cepat menuju gedung kelas, ia sedikit merutuki kenapa lantai kelasnya berada di tingkatan 8. Stella menaiki lift yang ada, tidak lama llift tersebut sudah sampai pada lantai yang ia tuju.
Stella menghampiri ruang kelasnya dan sebaik masuk ia segera memberitahukan pesan Robert untuk mereka semua.
“Lo serius?” tanya Zadith dengan wajah kaget, ia terlihat begitu cantik dengan wajah khas afrikanya.
“Ngapain juga gue bohong,” jawab Stella.
“Kita belum ada belajar sama sekali, tapi kenapa tiba-tiba saja udah ulangan harian? Sekolah ini bena-bener gila.” Xian menghela napasnya berat.
“Bagaimana? Kalian mau mengejar materi bareng atau sendiri?” Kali ini Sera bersuara membuat semua teman sekelasnya berpikir.
“Gue sendiri deh,” sahut Zadith.
“Gue juga sendiri.” Kali ini George bersuara.
“Sepertinya ide yang bagus kalau belajar bersama,” celetuk Xander.
“Yang lain bagaimana?” Sera kembali menanyakan pendapat mereka.
“Gue ikut lo aja deh belajar bareng,” jawab Stella.
“Gue juga,” sahut Rei.
“Gue sendiri aja, nggak bisa fokus kalau belajar bareng,” ujar Xera.
“Gue juga kayanya sendiri aja,” ucap Xian.
“Oke, kalau begitu kelas kita sudah boleh bubar kan?” Sera kembali menatap Stella, begitu juga dengan yang lain.
“Sepertinya dibolehkan, lagian untuk bulan ini kita kan emang tidak memiliki jadwal yang terikat.” Ucapan Stella membuat semua mengangguk paham dan mereka satu per satu meninggalkan kelas, kecuali Stella, Rei, Xander, Sera, dan Sana.
“Lo mau ikut belajar bareng San?” tanya Stella yang melihat Sana masih duduk di kursinya tanpa bergerak sedikitpun.
“Nggak, gue hanya malas gerak,” jawab Sana.
“Mau belajar di mana?” tanya Stella dengan mata coklat cantiknya yang satu per satu memandangi temannya itu.
“Perpustakaan?” Rei memberi pendapat yang membuat Stella menoleh.
“Boleh juga, bagaimana?” Stella menanyakan pendapat Sera dan Xander.
“Gue ngikut aja,” jawab Xander.
“Perpustakaan memang tempat yang terbaik disini,” ujar Sera.
“San, lo mau ikut nggak?” tanya Stella kepada Sana yang terdiam sambil mendengarkan musik melalui headphonenya.
“Nggak, kalian pergi aja.”
Mereka pun pergi menuju ke perpustakaan untuk belajar bersama.
***
Melysa Savina Madison, Seorang gadis blasteran korea-Indonesia. Ia tinggal di Jepang sudah sedar kecil tetapi memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan.
Ia lebih sering dipanggil Sana oleh orang sekitarnya, sifatnya yang cenderung pemalu membuat orang di lingkungannya kurang mengenalnya. Sana memili kedua orang tua, tetapi ia tidak pernah menemui keduanya seumur hidupnya, ia hanya dititipkan pada seseorang nenek yang menjaganya selama ia tinggal di jepang.
Ketika umur Sana sudah 10 tahun, nenek yang menjaganya sekarat dan Sana berusaha untuk menolong neneknya, tetapi hal itu sia-sia. Di detik terakhir sang nenek menghembuskan napasnya, nenek Sana tersebut memberitahukan siapa kedua orang tuanya dan menyuruh Sana untuk meminta hak dan tanggung jawab mereka sebagai orang tua, dan neneknya juga berkata bahwa Sana dibuang karena ia merupakan anak dari hubungan gelap ibunya. Hal itu membuat nyeri dan sesak di hati Sana, bagaimana mungkin ia bisa menerima semua perlakuan ini?
Tidak lama, Nenek yang menjaga Sana selama ini menghembuskan napas terakhirnya dengan lengkungan senyum yang indah, sepertinya ia sangat memberatkan nenek yang merawatnya ini.
Upacara kematian neneknay pun berlangsung dan berakhir dengan cepat begitu saja, banyak yang mau menempatkan Sana ke panti asuhan dan mengadopsinya, karena bagi orang di sana, wajah Sana begitu sangat cantik dan polos. Ia juga dikenal pintar dan berbakat dalam hal apapun, tetapi karena Sana jarang mengeluarkan potensinya di luar selain di sekolah, hal itu membuat orang di lingkungannya kurang tau mengenai dirinya.
Sana kecil mencoba memanfaatkan laptop pemberian ulang tahun ke 7 neneknya. Ia saat itu langsung mempelajari pelajaran infotmatika dengan sangat cepat, dan hal itu membuahkan hasil. Ia mampu menemukan keberadaan siapapun di dunia ini ketika diri mereka pernah berbekas menggunakan internet.
Sana mencari nama kedua orang tuanya, neneknya tidak memberitahukan siapa kedua orang tuanya, tetapi sewaktu kecil ia pernah mendengar beberapa nama orang dewasa yang tidak mirip dengan nama orang jepang yaitu Lee Soo Hyun dan Aditama Pratama Putra. Ia menyimpulkan bahwa kedua nama itu merupakan orang tuanya, karena ia sangat tau dengan jelas kedua nama itu merupakan nama asal dari Indonesia dan Korea. Dan ia juga sangat memngingat bahwa neneknya beberapa kali menyebutkan bahwa ia blasteran korea-indonesia.
Setelah dua hari berlalu, Sana mendapatkan semua data dan informasi lengkap mengenai kedua orang tuanya. Sana juga sengaja tidak menyembunyikan alamat jaringannya, supaya kedua orang tuanya tau siapa orang yang berani mencuri data dari perusahaan mereka.
Benar saja, tidak berapa lama ponsel nenek Sana berbunyi, Sana mengangkatnya dengan memakai bahasa indonesia yang telah ia pelajari sudah sedari lama.
“Halo ayah? Mencari nenek? Ia sudah meninggal karenamu.” Ucapan Sana itu sontak membuat si pemanggil terdiam.
“Kau bukan anakku,” ketus Aditama kepada Sana.
“Bagaimana jika aku sebenarnya anak kandungmu? Apa kau tidak melihat wajahku? Aku terlihat sangat khas dengan muka setengah indonesia dan rambut hitam panjangku ini,”
“Tidak mungkin, kau bukan anak kandungku, berhentila bermimpi.”
“Mimpi katamu? Itu kenyataan, apa kau belum pernah mencoba tes DNA? Tenang kau tidak perlu melakukannya, karena aku sudah melakukannya untukmu. Jangan kau tanya aku mendapatkan sampelmu dari siapa, aku hanya mencuri informasi tentang semua data pribadimu,”
Tidak lama setelah Sana berbicara, sebuah email dan notifikasi masuk ke alamat email Aditama. Aditama segera melihatnya dan ia mencocokkan semuanya, benar saja, semua faktor genetik hampir seratus persen persis seperti yang dimiliki Aditama.
“Tidak mungkin, kau pasti memanipulasinya kan?”
“Anakmu baru berumur 10 tahun, apa yang bisa aku lakukan? Sebaiknya kau menjemputku dan meminta maaf kepadaku, jika kau juga penasaran dengan kebenarannya, silakan saja coba tes kecocokan DNA aku dengan DNA Ayah.”
Belum sempat Aditama menjawab, Sana mematikan panggilan tersebu sepihak, ia sudah puas. Tinggal meghitung hari saja baginya untuk menunggu jemputan Ayahnya.
Benar saja, dua hari kemudian Sana dijemput oleh seseorang tidak dikenal, sudah pasti itu suruhan ayahnya. Mereke memperlakukan Sana dengan kasar, tetapi Sana tentu tidak diam, ia kembali melakukan hal kasar kepada mereka, ketika salah satu pria ingin memukulnya sana segera menyepak tulang kering lelaki tersebut.
“Apa kau mau memukulku? Pukul saja, jika kau ingin dipecat dan dibunuh oleh Aditama b******k itu!” teriak Sana lalu masuk ke dalam mobil yang mereka bawa.
Setelah melewati proses yang lama hampir satu minggu, akhirnya hasil akhir didapat, seratus persen terbukti bahwa Sana merupakan anak kandung Aditama dan Soo Hyun.