Seseorang melangkahkan kakinya menjauhi kerumunan, ia pergi menjauh tanpa arah yang jelas. Langkah kakinya yang tidak mengisyaratkan apapun sangat terdengar hampa, gerakan tubuhnya yang bertabrakan dengan angin sangat ringan seperti tidak memiliki jiwa di dalamnya.
Sosok tersebut mengambil sebuah tas yang ia sembunyikan di semak-semak hutan, ia mengganti bajunya tanpa memikirkan siapapun yang melihatnya, ia dengan santai membuka satu per satu pakaiannya hingga tidak bersisa. Setelahnya ia mengambil sebuah jaket hitam dan celana jeans panjang, ia memakai pakaian tersebut dan memasukkan kembali pakaian yang tadi ia buka ke dalam ransel hitamnya.
Ia pergi dengan membawa ransel tersebut ke dalam hutan, tidak peduli apa yang akan memangsanya di dalam sana tapi ia tidak takut akan hal itu, hal yang ia lakukan sekarang sudah seperti ia biasa melakukannya. Tidak ada celah untuk membaca gerak-geriknya, mungkin jika seseorang melihatnya mereka akan menyangka sosok tersebut merupakan imajinasi mereka, karena ia sama sekali tidak memiliki aura sebagai manusia.
***
Stella mengucek matanya yang terasa sangat gatal dan panas, tenggorokannya pun demikian, ia seperti tidak minum selama berbulan-bulan. Stella akhirnya terduduk setelah ia berusaha dengan sangat susah payah untuk membangkitkan tubuh mungilnya, ia mencoba membuka mata indahnya dengan sekuat tenaga, perih ia rasakan ketika banyak cahaya masuk ke arah matanya.
Air. Ya, Stella sekarang sangat membutuhkan yang namanya air. Tapi ia tidak mengetahui tempat apa yang sekarang ia lihat. Stella memeriksa sekitar dan mendapati bahwa ia berada di kamar? Mungkin ini kamar Pentdormnya, entahlah Stella sangat tidak ingat akan hal itu. Ia sendiri saja lupa bagaimana ia bisa pulang dari Starlight School, yang dia ingat hanyalah kalimat terakhir yang diucapkan seseorang kepadanya.
Tunggu! Stella juga melupakan siapa yang mengucapkan kalimat mengerikan itu kepadanya, sosok perempuan? Ah ia tidak ingat, apa yang terjadi kepadanya semalam?
Sial! Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun.
Stella mengusak-usak rambutnya frustasi, ia sungguh tidak mengingat apapun selain pesta terakhir yang ada di Starlight School.
Rahasia gelap Starlight School?
Kalimat tersebut terlintas di pikiran Stella, ia tidak salah mengingat bahwa hal itu terucap dari seseorang yang ia temui tadi malam, tetapi ia tidak dapat mengingatnya.
Kenapa aku tidak dapat mengingatnya? Siapa dia? Ada apa sebenarnya dengan starlight school?
Stella berpikir dengan keras dan menerka-nerke jawabannya, tetapi ia kunjung tidak mendapati hal yang membuat jalan pikirannya terbuka, ia hanya menemukan kebuntuan yang membuat kepalanya semakin sakit dan nyeri.
Stella berdiri, ia berlari ke lantai bawah. Entah kenapa tiba-tiba saja tenggorokannya panas dan seperti terbakar. Stella mendapati banyak botol air mineral dalam sebuah mesin? Entahlah ia tidak tau bagaimana cara mendeskripsikannya, Stella mengambil botol tersebut dari sebuah box yang transparan dan seperti sebuah kulkas, di dalam box tersebut terdapat 20 botol air mineral.
Srella mengambil botol tersebut dan meneguknya cepat sampai tidak bersisa, ia merasakan kesegaran yang luar biasa dengan air yang diminumnya.
Air apa ini? Kenapa sangat enak? Aku semakin penasaran dengan Starlight School yang sesungguhnya.
Setelah itu Stella menaruhkan botol tersebut pada tempatnya, ia menutup box tersebut. Terlihat disana cahaya putih memenuhi box tersebut dan tiba-tiba terdengar suara, “Air sudah terisi penuh.”
Stella kembali penasaran dan memperhatikan box tersebut. Yang benar saja, ia melihat botol air mineral yang ia minum tadi sudah terisi penuh dan kembali bersih mengkilap. Ia sungguh takjub akan teknologi yang terdapat di Starlight School. Entah bagaimana menjelaskannya, semuanya terlihat masuk akal, tetapi tetap saja semua teknologi di sini tidak dapat dijelaskan dengan hanya kata-kata saja, karena cara satu-satunya adalah melihat sendiri bagaimana teknologi tersebut bekerja.
***
Stella sudah membersihkan tubuhnya, ia memakai pakaian olahraga. Stella seperti melupakan sesuatu, ia segera melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. Ia terlihat berpikir sebnatar, apa hal yang sebenarnya ia lupakan?
“Oh iya, apa aku lupa harus datang pagi ke starlight school?” tanya Stella dengan dirinya, ia sungguh tidak habis pikir bagaimana ia melupakan hal itu.
Stella mengitari kamarnya yang besar, ia mencari ponsel pintarnya, tetapiia tidak kunjung menemukannya dan itu membuat dia stress. Bagaimanapun ponsel tersebut sudah seperti identitas dirinya, ia bisa-bisa tidak dapat keluar dari Pentdorm juga tidak menemukan ponsel pintarnya.
Oiya Ransel!
Stella teringat bahwa ia meninggalkan ponselnya di ransel hitamnya, ia mengedarkan pandangannya dan mendapati ransel hitamnya di dekat lemari putih tinggi yang bersih. Ia segera dengan cepat mengambil ransel hitam tersebut. Stella membukanya dan mencari dengam cepat ponsel pintarnya. Ia hampir mau pingsan saja karena ia tidak menemukan apa yang ia cari, tetapi ia mendapati benda persegi panjang dan menariknya.
Yasshhh dapat!
Stella segera membuka kunci layar ponselnya dan mencari aplikasi penghubung jadwal mereka dengan Starlight School, ia dengan cepat meng-klik apapun dan mendapati jadwalnya hari ini.
‘Tidak ada jadwal, hari ini bebas!’ Tulisan peringatan pada ponsel pintar Stella.
Tubuh Stella melemas, ia jatuh ke kasur seperti jelly, ia menghelakan napasnya. Ia sungguh lega, sudah seperti ingin berjumpa dengan kematian saja rasanya. Tidak lucu ia diusir di hari keduanya berada di Starlight School, mau ditaruh dimana mukanya?
Stella bangkit kembali dari tidurnya, ia sekarang ingin menyegarkan pikirannya dengan berjalan santai pagi hari di area Pentdorm, siapa tau ia juga mendapatkan kenalan baru? Sungguh Stella sangat senang berinteraksi sosial, mendapatkan teman baru seperti mendapatkan hadiah besar baginya, ia sangat suka hal itu.
***
“Xander?” panggil seseorang ragu seakan ia ingin memastikan bahwa yang ada di depannya adalah Xander.
Xander yang mendengar panggila tersebut berbalik, matanya menangkap sosok Rei dengan pandangan yang menelitinya.
“Ada apa?” tanya Xander setelahnya dan kembali menghadap ke depan, ia berjalan kembali seakan Rei sangat tidak penting baginya.
“Banyak gaya banget lo,” ucapan Rei tersebut membuat langkah Xander berhenti, ia kembali menatap Rei yang ada di sampingnya.
“Maksud lo?” tanya Xander.
“Lo tau maksud gue,”
“Jangan bilang kalau lo juga-“ perkataan Xander dipotong secara cepat oleh Rei.
“Iya, gue juga. Jangan bicara sembarangan, kita tidak akan tau bagaimana sistem yang dibuat mereka.” Rei berbisik dekat kepala Xander di akhir kalimatnya.
Xander yang awalnya sangat tidak tertarik dengan Rei kini ia mengubah niatnya, ia berpikir sepertinya Rei akan menjadi sekutu terbaiknya. Apakah mungkin sebenarnya ada dari pihak Starzy Ara yang emang ingin menghancurkan rencana jahat Starlight School? Makanya para Starzy Ara memilih orang-orang seperti mereka.