Beberapa hari setelah cerita makan siang
"Yah ada yang mau bunda omongin” ucap Rina pada suaminya yang sedang asik tiduran depan tv, “apa bun” jawab andi tanpa menoleh, dia sedang asik menonton liga inggris yang sedang tayang di tv. Tiba tiba Rina menarik tangan andi, dan mengajaknya bicara di meja makan.
“Sepertinya pak Frans Wenda sudah tergila gila pada bunda yah” ujar Rina, “Bunda pikir mungkin sudah saatnya bunda minta bantuan pak Frans Wenda untuk membantu karier ayah” lanjur Rina. “rencana bunda apa?” andi bertanya sambil berdebar, dia ingin tahu rencana istrinya yang sudah menjadi binal ini.
“Rencananya besok bunda akan pergi keluar sama pak Frans Wenda, nanti disana bunda akan menyampaikan maksudnya yang tadi” jawab Rina. "bunda mau keluar ama pak frans, kaya kencan gitu?" tanya Andi, “Hmm.. sebentar yah, bunda mau ngambil sesuatu” Rina hanya tersenyum menjawab, lalu pergi ke kamar.
Tak lama kemudian Rina keluar membawa sebuah bungkus kertas berwarna coklat dengan tulisan logo salah satu merek pakaian terkenal, dia membukanya, ternyata sebuah sackdress terusan berwarna putih tulang dibawah lutut berlengan pendek sekali “ini kiriman pak Frans Wenda yah, tadi diantar oleh gosend, katanya bunda harus pakai ini besok” ujar Rina sambil membuka lipatan baju itu, “bntar bunda coba ya yah” kembali bunda masuk kamar, tak lama kemudian Rina keluar.
Andi hanya melongo melihat penampilan istrinya, begitu serasi baju itu membalut tubuh sintal istrinya, “bagaimana yah” tanya Rina sambil mengangkat tangannya mengikat rambut, terpana andi dengan apa yang dilihatnya, seksi sekali istrinya, kulit Rina terekspos begitu indah, baju itu melekat mengikuti lekuk tubuh istrinya, panjangnya yang hanya sedikit dibawah lutut, semakin indah dipandang. “eh ayah kok ditanya malah melotot” andi tanpa menjawab langsung saja memanggul istrinya.
“Aduh ayah ngapain sih, bentar2 aku ganti baju dulu, aku gak mau baju ini rusak, ini kan khusus buat pak Frans Wenda nanti” ucap Rina enteng, andi yang mendengar itu merasa cemburu, namun dia malah tambah begairah, ditunggunya istrinya itu melepaskan baju tadi, rina melipat baju itu dan memasukan kembali ke kantong kertas, setelah itu baru Rina mengijinkan andi menyentuhnya.
Pergumulan andi dan Rina malam itu semakin panas, Rina merasa andi juga mulai ada perbaikan, dia mulai lebih lama dalam menyetubuhinya, namun emang susah juga p***s andi tetap tidak terlalu terasa sesak buat Rina, kembali hanya dengan membayangkan pak Frans Wenda yang menyetubuhinya baru dia bisa mendapat o*****e.
Sebetulnya Rina merasa bersalah dengan suaminya ini, satu2nya yang dia tidak bisa cerita pada suaminya adalah hal ini yaitu membayangkan pak Frans Wenda menyetubuhinya saat sedang bersebadan dengan suaminya, dia menjaga perasaan Andi. Sedikitpun dia tak pernah menyinggung ukuran p***s suaminya, ataupun blak-blakan mengatakan gak pernah o*****e pada suaminya ini, bagaimana pun dia adalah suaminya yang telah bersama selama 10 tahun, dan juga dia telah memberikan seorang anak yang ganteng, tentunya rasa sayangnya pada suaminya masih ada, ya dia menyayangi suaminya.
Namun dia juga sudah memutuskan bahwa dia perlu juga hal lain yang tak bisa dipenuhi oleh suaminya sekarang, saat ini Rina tahu kalau dirinya mulai menyukai dan benar2 ingin bersetubuh dengan pak Frans Wenda.
Rina yakin pak Frans Wenda bisa memenuhi rasa dahaganya sebagai seorang wanita. Namun disisi lain, dia tau dalam kepercayaan yang dia anut, perbuatan itu dosa besar, persetubuhan tanpa ikatan pernikahan adalah zinah, itu dosa besar.
Karena itu dia mencoba menghapus dahaganya hanya dengan membayangkan pak Frans Wenda, Rina berpikir membayangkan lelaki lain meyetubuhinya tentunya tidak termasuk dosa, paling tidak itulah yang rina pikirkan saat Rina melayani nafkah batin suaminya, namun rasanya semua itu gak cukup, dahaganya tak pernah bisa terpuaskan sempurna, bagaikan kehausan namun air yang diminum hanya sedikit, hausnya tetap ada hanya berkurang sedikit.
Rina ingin dahaganya benar-benar terpuaskan sempurna, Ohh bagaimana ini, semua ini menjadi dilema yang sulit bagi Rina, apakah suaminya mengizinkan dia menikah dengan pak Frans Wenda sehingga Rina bisa memuaskan dahaganya tanpa harus zinah, apakah mungkin semua itu terjadi, dinegara ini rasanya mustahil masyarakat bisa nerima, masyarakat pasti anggap itu suatu kewajaran dan bukan keanehan apabila ada pria yang memiliki istri lebih dari satu,, namun jika seorang wanita mempunyai 2 suami, maka sudah pasti akan di cap aneh dan bahkan dianggap tercela.
Rina juga tidak bisa menceraikan suaminya, tatapan suaminya, sikap suaminya belakangan ini, membuat rina tidak tega meninggalkannya, belum lagi gimana cara bicara pada orang tua kita, gimana cara menjelaskan pada akbar putra semata wayangnya, akbar sangat dekat dengan ayahnya, dia sangat senang kalo ayahnya datang, rina gak ingin kehilangan akbar, kalau aku tinggalkan bang andi, tentu aku akan repot berebutan akbar di pengadilan, dan yang kasian akbar, namun rina juga masih menyayangi suaminya, ohh tapi aku juga butuh pak frans untuk menghapus dahagaku sebagai wanita ” Apa yang harus ku lakukan” benak Rina sambil menatap langit2 kamarnya, perlahan dia lelah dan terlelap.
Sabtu sore
Rina kembali mematut dirinya di depan cermin, dia sudah berdandan cantik, dia mengenakan baju pemberian pak Frans Wenda, andi melihatnya dengan perasaan cemburu, istri cantiknya akan kencan dengan pria lain, ya ini benar benar kencan, dia mulai curiga istrinya bermain hati, karena terlihat begitu bahagia dan tak sabar menunggu hari ini datang, hari istrinya janjian dengan pria lain.
“yah, gak cemburu kan” tanya Rina genit sambil memutar tubuh sintalnya depan cermin, “mana ada sih, suami yang gak cemburu, istrinya begitu senang berkencan dengan laki2 lain” batin andi bergumam, “ya gak lah, kan kita udah sepakat” kata2 itu yang keluar dari mulut andi,
“ayah tenang aja setelah pulang nanti malam, bunda ceritain semua sambil kaya waktu itu, gimana ayah suka kan” kembali Rina berkata genit sambil mengelus rambut suaminya, Andi hanya tersenyum teringat saat Rina mengocoknya tempo hari, dilihatnya Rina mengambil hp dan mengetik sesuatu, “Yah bentar lagi pak Frans Wenda datang, dia udah sampai depan gerbang kompleks” ujar Rina sambil menyemprotkan parfum ke leher dan lengannya.
Andi melepaskan istrinya, pak Frans Wenda seperti biasa seperti pria gentlement, membukakan pintu mobil untuk Rina, mereka duduk berdua dibelakang, pak Frans Wenda kemudian melambaikan tangan ke andi sambil tersenyum, andi membalas lambaian tangan bosnya itu, andi masih memandangi mobil yang membawa istrinya hingga menghilang dijung gerbang kompleksnya.
Apa maksud rina mau cerita setelah pulang, apa yang direncanakan mereka? Apa mereka akan bersetubuh? Andi bertanya tanya, dia mendengus kesal, ditendangnya pot bunga petunia hingga berserakan, namun sesaat kemudian andi kuatir rina marah bunga kesayangannya berantakan, dia buru buru membereskan.