He own my p***y (Bagian 1)

2289 Kata
Sejak peristiwa itu, andi mengalami perubahan perilaku, dia lebih banyak diam, dan kehilangan konsentrasi dalam bekerja, meskipun andi mengakui bahwa dalam hatinya dia sangat menikmati pertunjukan itu, namun andi sadar mentalnya menjadi ciut. Andi merasa inferior dihadapan frans, andi tak bisa menatap mata frans saat mengantar rina kembali ke apartemen sebelum andi ke semarang, harga dirinya sebagai lelaki jatuh tersungkur di hadapan frans. Andi lebih banyak bengong saat rapat staf, andi melihat kosong saat melihat stafnya memberikan presentase, ucapan stafnya saat persentase seperti film bisu bagi andi. Niken mengetahui kalau bosnya ini sedang ada masalah yang berat, namun niken juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Niken telah merasa ada perubahan dari bosnya sejak kembali dari solo, bosnya terlihat lesu dan kuyu, sudah beberapa hari ini malah bosnya itu tidak sadar niken ada didepannya. Saat mengantar dokumen2 untuk diperiksa, niken musti memanggil bosnya berkali-kali , baru bosnya itu sadar. Begitupun saat niken minta konfirmasi andi saat mengatur jadwal pertemuan dengan klien, andi hanya manggut2 tanpa tau apa yang sedang dibicarakan niken. ***​ Di kontrakan Andi Andi menghisap rokoknya dalam-dalam, asbak didepannya sudah terlihat penuh dengan puntung rokok. Pikirannya kosong, dia begitu terpukul dengan semua ini, pandangan rina saat andi tak bisa menahan ejakulasinya di kamar itu, tatapan kelecewaan rina padanya, lirikan frans yang tersenyum seolah menertawakan kelemahannya, sungguh membuat harga dirinya jatuh. “ohhh” andi meremas rambutnya, berhari2 dia sulit tidur, dia juga tak memperhatikan penampilannya, rambut didagunya sudah mulai tumbuh kasar. Andi tau dia tak bisa terus2an seperti ini, dia merasa sungguh tersiksa dengan semua ini, hatinya sudah perih dan andi telah lelah.. “apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan Tuhan” hati andi menjerit. Drrtt drtt, handphonenya bergetar, mata andi yang sembab melihat nama rina yang menelpon, andi hanya diam, dia merasa tak ingin bicara dengan siapapun sekarang, terutama rina. Drrt drtt, dengan malas andi menjawab panggilan itu. Andi : “halo” Rina : “assalamualaikum ayah” Andi : “hmm” Rina : “ihh bukan bales salam, malah hmm doang” Andi: “walaikumsalam” Rina: “ayah knapa sih, kok dingin gitu, ayah sakit?” Andi: “ gak” Rina :” tuh kan jawabnya singkat2” Andi melihat teleponnya, hatinya bergejolak kesal Andi : “ gak apa2, ayah Cuma capek, ada apa bun” Rina : “jumat besok aku mau ke jakarta, soalnya hari sabtu akbar ambil raport di sekolah, kayaknya aku mau di jakarta dulu sekitar 10 hari, kangen ama akbar” Andi : “akbar ambil raport?” Seketika perasaan andi berubah hangat ketika nama anaknya disebut, dia menyadari betapa lamanya dia tak menemui anak semata wayangnya itu. Rina: “yah..halo” Andi : “halo, ya udah bun, naik apa ke jakarta” Rina : “aku naik garuda, nanti dijemput bapak dibandara” Andi: “pak frans tau bunda mau ke jakarta?” Sialan, kenapa gw nanyain dia, andi mengutuk dirinya sendiri. Rina : “mas frans, ke luar kota yah selama 2 minggu, ada perjalanan dinas, 2 hari lalu dia berangkat” Ooh pantesan kamu ke jakarta ya bun..andi mendengus kesal. Andi : “ ohh oke, udah dulu ya bun, ayah capek mau tidur” Andi mematikan hpnya Di tempat lain, Rina tertegun saat telepon terputus, dia bingung ada apa dengan bang andi. ***​ Andi kemudian menekan nama my boy, dia menelpon akbar, sambil menunggu nada sambung diangkat, andi masuk kerumah, di rebahkan tubuhnya ke tempat tidur, andi tersenyum ketika terdengar suara akbar di telpon, andi berbincang bincang melepas rindu pada anaknya, sejenak perasaan galau di hatinya sirna, setelah puas mengobrol dengan akbar, andi kemudian menonaktifkan hpnya, dia lalu mencharge hp tersebut. Andi kembali keluar ke teras, perasaannya sekarang terasa lebih plong setelah mendengar suara anaknya. Andi menghisap rokok dalam dalam, “ya aku masih punya akbar yang harus ku jaga, aku gak bisa terus seperti ini, aku bisa gila kalau seperti ini terus, aku harus mengambil sikap, walaupun aku mencintai rina, aku harus menghentikan semua ini. Aku akan menceraikan rina.” Andi telah mengambil sikap. Dimatikan rokoknya, dia lalu masuk ke dalam rumah. ***​ Kantor BUMN Semarang Walaupun malam itu andi telah mantap mengambil keputusan, namun saat dikantor kembali pikirannya galau, andi menundukkan wajahnya di meja. Suara hatinya sedang berdebat “kalau aku cerai dengan rina, bagaimana dengan akbar? bagaimana perasaan akbar kalau orang tuanya bercerai, gimana aku ngomong ke mertuaku, apa alasanku bercerai, istriku selingkuh? Lalu bukannya semua gara2 aku? Ohh sialan..ohh aku bingung” . “Maaf pak” suara lembut mengagetkannya, andi mengangkat wajahnya, dilihatnya niken di hadapannya, andi kemudian melihat jam tangannya, ternyata sudah pukul delapan malam. Spoiler: Niken “Loh kamu kenapa belum pulang?” tanya andi kaget, “kan saya udah pernah bilang, kalau pak andi belum pulang gimana saya bisa pulang? Jawab niken sambil tersenyum manis. “aduhh, harusnya kamu pulang aja, gak usah nunggu saya, pasti suami kamu nungguin cemas” ucap andi merasa bersalah pada sekretarisnya ini. “Suami saya lagi ada urusan ke makasar pak, tadi saya mau pulang, tapi saya lihat pak andi sepertinya sedang banyak pikiran, jadi gak tega.” Ujar niken sambil membereskan kertas kertas yang ada di meja andi. “Maaf ya pak, bukan mau ikut campur, tapi kalau bapak butuh teman ngobrol, saya siap dengerin bapak” ucap niken lagi, mata niken memperhatikan andi yang sedang membereskan tas kerjanya. “gak ada apa2 kok niken, saya Cuma lelah aja” jawab andi tersenyum. “yuk pulang” ajak andi kemudian. Andi dan niken berjalan beriringan keluar kantor, “kamu pulang naik apa?” tanya andi saat berada di halaman luar kantor, “ini saya mau order grab aja pak” jawab niken. Andi merasa bersalah pada niken, gara gara dia banyak melamun, sekretarisnya ini harus pulang malam. “saya antar aja ya” kata andi, “gak usah repot2 pak, saya biasa naik grab jam segini” jawab niken, “gak apa, ayuk saya antar aja, lagian bahaya, malam malam gini perempuan pulang sendirian.” Ucap andi kemudian, niken akhirnya ikut dengan mobil andi. Sekitar 10 menit mobil telah berjalan, andi merasa niken memperhatikan dirinya terus, andi menoleh ke arah niken “kamu kenapa liatin saya” tanya andi, “emang bapak tau rumah saya?” jawab niken dengan mimik lucu. “astaga....aduhh ya ya, lah ini dimana” jawab andi kikuk, “hihihi bapak sih banyakan bengong” ucap niken merasa geli dengan bosnya ini. “nah belok sini aja pak, kita ambil arah salah” ucap niken memberitahukan alamat rumahnya, “maaf ya niken” jawab andi merasa malu. Mobil andi melaju, tak ada dialog lagi, keduanya hanya diam. “pak gimana kalau makan dulu disana, nasi gorengnya enak, pasti bapak laper, saya juga laper banget” ucap niken tiba2 sambil menunjuk suatu tempat. Andi melihat kearah niken, perutnya juga terasa lapar, andi mengangguk, dan kemudian menuju tempat yang ditunjuk niken. ***​ “enak kan pak nasgornya” ucap niken tersenyum melihat andi begitu lahap menyantap nasi gorengnya, andi dengan mulut penuh menjawab “yooo onakk bongoo” niken tertawa mendengar ucapan andi. Andi pun tak bisa menahan gelak tawanya, dia tersedak, niken terkikik, tawa keduanya begitu lepas. Suasana antara keduanya mulai cair, mereka saling berbincang, terkadang gelak tawa terdengar dari keduanya, andi tak bisa menahan tawanya terbahak bahak hingga keluar air mata ketika niken menceritakan sebuah cerita lucu. Setelah tertawa geli, andi kemudian menatap niken dengan lembut “makasih ya niken, sudah buat saya tertawa malam ini” niken kemudian memegang tangan andi, “kalau bapak mau cerita, saya bisa jadi pendengar yang baik, walau saya gak bisa bantu apa2, tapi paling tidak bapak lega karena udah ngeluarin uneg2 bapak”, andi terdiam. Andi menarik tangannya dari genggaman niken, “sebaiknya kita pulang ya, udah malem” ucap andi kemudian dia bangkit menuju keluar, niken menyusulnya. Dalam mobil keduanya diam, andi melirik niken yang sedang menatap dirinya, andi melajukan mobilnya ke arah simpang lima. ***​ Suasana simpang lima jumat malam itu masih ramai di kunjungi warga, Andi dan niken duduk di bangku yang menghadap tulisan besar dengan lampu terang “simpang lima”. Andi menatap niken, entah kenapa dia merasa nyaman dengan niken, andi membuka minuman kalengnya, dan diberikan ke niken, lalu dia mengambil minuman kaleng lain dari bungkus plastik yang berlogo mini market terkenal. Andi menenggak minumannya, lalu menatap niken, niken yang sejak tadi melihatnya,menganggukan kepala seolah berkata pada andi bahwa dia bisa dipercaya. Andi lalu bercerita semuanya, semuanya kecuali rahasia kamarnya. Niken mendengarkan dengan penuh perhatian. “nah kaya gitu nik” ucap andi tersenyum kaku pada niken. Andi hanya bercerita istrinya selingkuh, dan dia sulit meninggalkan istrinya karena faktor anak, dan juga cinta, andi tak mau menceritakan semua yang terjadi pada niken. “lalu rencana pak andi apa selanjutnya?” tanya niken, “ntahlah saya juga bingung” jawab andi jujur. Niken kemudian memegang tangan andi erat, dia mencoba menghibur bosnya ini, “pak, jangan ambil keputusan saat bapak emosi, biarkan emosi bapak mereda, lalu pikirkan semua secara matang sebelum ambil keputusan” Andi membiarkan tangan niken memegangnya, dia juga kemudian meremas lembut tangan niken, “ya nik, terima kasih ya, udah mau dengerin” niken hanya mengangguk sambil tersenyum manis. ***​ Mobil andi masuk ke kompleks perumahan yang berbentuk cluster, rata rata model perumahan itu tanpa pagar depan. “itu rumah saya pak”, niken menunjuk ke suatu rumah tidak jauh dari taman fasum. Waktu sudah pukul 12 malam, suasana kompleks rumah niken terlihat sepi. setelah mobil andi berhenti didepan rumah niken, keduanya terlihat canggung dan terdiam cukup lama, “ehh selamat malam ya nik” ucap andi terkesan kikuk, “eh ya pak, saya masuk dulu ya” jawab niken juga kikuk. Niken kemudian melepas sabuk pengaman mobil, tangannya menyentuh tangan andi, niken dan andi bertatapan. Entah siapa yang memulai andi dan niken berciuman, andi begitu bernapsu melumat bibir niken, sebaliknya niken juga tak kalah bernapsunya, dia lingkarkan tangannya ke leher andi, lama keduanya berciuman, lalu andi tiba2 melepaskan ciumannya. Andi terengah2, napasnya memburu, namun kesadarannya datang, niken juga terengah engah, niken menggigit bibirnya. “Maaf ya nik. Saya terbawa suasana” ucap andi menyesal, Andi sadar niken adalah istri orang. “gak apa pak, saya juga sama terbawa suasana” jawab niken merapihkan pakaiannya. “Saya masuk dulu ya pak” niken pamit, dan membuka pintu mobil. Andi memperhatikan niken yang berjalan menuju rumahnya Namun tiba tiba niken berbalik, dia menatap kearah andi. Andi bingung, apa ada barang niken yang tertinggal?, andi melihat ke arah bangku yang diduduki niken tadi. Andi mendengar ketukan di kaca mobil, terlihat wajah niken disana, andi menurunkan kaca mobil sisi penumpang. “bapak mau mampir, ehm minum kopi gimana?” ucap niken tersenyum menggoda. Andi terdiam memandangi niken. ***​ 3 hari sebelumnya. “Assalamualaikum, Hai paps “ niken menyapa suaminya yang sibuk di laptop. “Kumsalam, baru pulang mum” jawab endi suami niken, “ho oh” kata niken singkat sambil membuka sepatunya. “Ngapain paps,.. uplod foto lagi?” niken mendekati suaminya, niken merangkul bahu suaminya yang sedang sibuk di laptop, “gak, aku lagi bikin presentasi mums, how you work beb?” tanya suaminya tanpa menoleh. “ehmm nothing spesial” jawab niken, “paps aku mandi dulu ya, gerah, paps mau mandi bareng..?” goda niken, “ehehe, aku dah mandi beb” jawab endi, “ok paps. Mandi dulu ya” ucap niken sambil mencium pipi suaminya. Niken telah berganti pakaian dengan piyama tidur, “paps mau maem gak” tanya niken sambil berjalan ke dapur. “gak mum, kenyang, tadi paps beli pizza, tuh paps simpen di kulkas” niken membuka kulkas, dan mengambil sepotong, sambil mengunyah pizza, niken menghampiri suaminya, kemudian niken duduk di pangkuan suaminya yang sedang bekerja depan laptop. “gi ngapain sih paps” niken menatap suaminya dengan mata jenaka, di suapinya pizza yang dipegangnya, endi melahapnya, “mums, bentar ya paps selesaiin presentase ini dulu” niken merengut manja, dia seka saos pizza yang menempel di ujung bibir suaminya, niken masukan kemulutnya, niken kemudian berdiri. “bobo yuk paps” niken menarik tangan suaminya. Spoiler: Ilustrasi Niken “mum bobo dulu ya, paps ngerjain ini dulu” ujar endi, “ngerjain aku kapan paps” niken tersenyum nakal. “oh ya mums, besok aku ke makasar, ada pertemuan dengan pihak departemen store” ucap endi sambil menyebutkan nama departemen store besar di tanah air. “berapa hari paps” tanya niken sambil berjalan ke kulkas mengambil minum, “abis dari makasar, aku langsung ke palu, mungkin seminggu pp”. “ohh lama ya..ntar aku kangen loh paps” niken berjalan ke arah suaminya membawa minuman, diletakkan minuman itu. “Ini ya paps, Cuma air putih, klo kamu mau s**u, ambil sendiri ya di dalem, mums bobo ya” dikecupnya bibir suaminya, endi hanya tersenyum, di tepuknya p****t istrinya. Dia melihat istri cantiknya masuk kamar. “inget kalo mau s**u, masuk aja ya” ucap niken mengerlingkan matanya sebelum masuk kamar. Dalam kamar niken berbaring di ranjang, pikirannya tiba2 teringat andi bosnya di kantor. Sejak kembali dari solo, bosnya itu memang keliatan lesu, niken penasaran apa yang menyebabkan bosnya lesu. kemudian tiba tiba niken bangun “lalu kenapa istri pak andi gak ikut ke semarang ya, kenapa pak andi kok pulang ke solo, bukannya lebih baik istrinya ikut ke semarang, setau aku keduanya bukan orang solo” batin niken penasaran. “lalu kenapa malam itu, pak andi bertanya kamu lagi n***e bun?, apa yang sebenarnya terjadi, aku baru denger ada suami bertanya seperti itu, apa saat itu istrinya lagi m********i? Kayaknya pak andi tau deh bedanya m********i dan ngewe..aduhhh gw jadi penasaran nih.” Niken geregetan sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN