"Hufft… baiklah, karena kau sudah menolong dan merawatku. Tentu saja aku tidak bisa menolak keinginanmu. Kau bisa ikut kami ke Jakarta, tapi itu jika Ayahmu mengizinkan." Ucap Zidan akhirnya menyerah pada wajah polos Ayunda. 'Apakah aku melakukan ini benar-benar sebagai rasa terima kasihku pada Ayunda ataukah rasa bersalahku pada Eleana?! Entahlah, setiap melihat Ayunda, bayang-bayang Eleana selalu menghantuiku. Seolah aku harus menebus rasa bersalah dan semua yang menggerogoti hatiku. Eleana, sebenarnya kamu sedang ada dimana, apakah keadaanmu baik-baik saja?' batin Zidan, ia menundukkan wajahnya, menyelami lebih dalam apa yang sedang diperbuatnya. Sedangkan Ayunda masih menggelayut pada pak Mulya, memberikan binar matanya, meminta izin agar di perbolehkan ikut Zidan ke Jakarta. "Ay