Kesan Pertama di Pertemuan Perdana

1556 Kata
            Keesokan harinya Niyala bangun pagi-pagi sekali untuk menunaikan shalat subuh setelah dia mandi terlebih dahulu. Sudah menjadi kebiasaannya untuk bangun pagi. Setelah usai menunaikan shalat subuh, ia beranjak untuk membangunkan Amel yang masih asyik tidur hingga suara dengkuran halusnya terdengar cukup jelas di suasana subuh yang sunyi ini.             “Amel, ayo bangun. Nanti nggak sempat shalat subuh lo. Ayooo mel buruan bangun” ujarku sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Amel sampai sebatas leher.             “ Hemmm, bentar lagi deh. Aku masih ngantuk Yal” ujarnya sambil menarik selimut yang sudah ku tarik sehingga kembali seperti semula.             Melihat teman sekamarnya masih berencana untuk melanjutkan tidurnya, Niyala mulai mempersiapkan berkas-berkas yang akan di bawa sebelum mengikuti pelatihan hari kedua ini.Niyala menatap keluar jendela dengan sedikit membuka tirai hotel yang berwarna putih tulang. Sambil menghidupkan paket data gawai miliknya, dia memandang suasana kota Jakarta dari kamar yang terletak di lantai empat.             Setelah paket data di hidupkan pesan di aplikasi berkirim pesan yang berwarna hijau mulai terdengar bersahut-sahutan. Ada pesan dari ibu, aku jadi kangen ibu padahal baru dua hari tak melihat wajah dan dan tak mendengar cerewetnya ibu. Lekas ku balas pesannya, ibu menanyakan keadaanku dan mengingatkanku harus shalat tepat waktu dan makan yang teratur. Walaupun berjauhan, ibu selalu mengingatkan akan hal-hal yang dianggap remeh tapi aku menyukainya. Ah, ibu aku rindu. Kemudian kuingatkan juga supaya tidak lupa makan teratur karena ibu punya penyakit maag, kalau sudah telat makan pasti akan sakit perut yang melilit dan lemas.             Kemudian ada beberapa pesan dari grup sekolah yang isinya memberikanku semangat dan bergurau untuk menyuruhku membawakan buah tangan untuk rekan sejawat di tempatku mengajar. Padahal mereka hanya bergurau saja, tapi tetap nanti akan aku bawakan buah tangan khas kota Jakarta, biarlah tak banyak yang penting ada pikirku. Mataku tertuju pada satu pesan dari nomor tak bernama. Setelah ku buka pesannya, kulihat foto profil pemiliknya yang tak lain dan tak bukan adalah sosok lelaki idola yang menjadi peyelamatku kemarin malam. Benarkah ini Andromeda?             “ Assalamualaikum Niyala, kamu sudah tidur?” Ternyata pesannya dikirim kemarin malam, tak lama setelah aku mematikan paket data untuk bersegera tidur merehatkan tubuh tertera pukul 22.30 pesan itu terkirim. “Waalaikum salam, kemarin sudah tidur sekarang sih sudah bangun” balasku ditambah dengan emoji senyum. Kulihat dia belum aktif, terakhir aktif tak lama setelah mengirim pesan untukku kemarin malam. Tepat di ranjang sebelahku yang masih dihuni oleh gadis berhidung bangir itu terpampang nyata pemandangan yang mengindikasikan bahwa rekan sekamarku masih terbuai ke alam mimpi. Dia masih saja tidur dengan nyenyaknya. Akhirnya ku bangunkan dia lagi dengan sedikit kasar agar dia segera bangun, waktu sudah menunjukkan pukul 06.10 menit dan Amel belum mandi belum lagi waktu untuk berdandan padahal pukul 07.00 kami harus turun untuk menyantap sarapan pagi. Dengan sedikit gertakan akhirnya Amel bangun dan segera mandi serta bersiap-siap. Sambil menunggu Amel mandi, aku mengecek gawaiku kemali dan ternyata ada balasan pesan dari pesan tak bernama tadi. Ku buka pesannya dan ternyata yang berkirim pesan sedang aktif karena tertera bahwa dia sedang online di bagian atas aplikasi berkirim pesan ini. Andromeda terbangun dari tidurnya karena timbul hasrat ingin buang air kecil. Setelah kembali ke kasurnya yang berukuran king size yang dilengkapi dua bantal dan dua guling. Ruangan kamar didominasi oleh warna abu-abu ditambah dengan berbagai ornamen penghias dinding yang menambaha kesan elegan. Kasurnya dipenuhi ukiran jati dan di bagian dindingnya terdapat beberapa lukisan dan foto dirinya bersama kedua orang tua. Disamping nakas tempat tidur, Andromeda mengambil gawai dan mengecek pesan yang dikirimkannya tadi malam kepada gadis manis yang bernama Niyala. Ternyata pesannya sudah di balas, Andromeda pun tersenyum penuh arti, kemudian segera ia membalas pesan mumpung yang dikirimi pesan juga sedang online. “Wahhh di balas juga ternyata. Oh ia, hari ini sibuk nggak? Kalau misal ada waktu luang, aku mau ngajak ketemu. Boleh nggak? “ ditambahkan emoji senyum di akhir pesan. “Dari pagi sampai sore ada kegiatan sih, mungkin malam baru agak senggang”. “Kalau begitu, malam aku ke hotel ya. Nanti aku tunggu di lobby. Boleh kan?” “Hemmm, ok”. “Sampai ketemu nanti malam ya, see you “. Usai membaca pesan Andromeda, aku tinggalkan gawaiku di kasur. Kulihat Amel sudah siap dan mengisyaratkan untuk turun ke bawah.  Aku dan Amel turun ke lantai dua untuk sarapan pagi. Sesampai di sana, aku memilih untuk mengambil nasi goreng yang diatasnya ada telur ceplok, ada sambal dan acar dan tak lupa beberapa buah  kerupuk udang bertengger manis di piringku pagi ini kemudian ditemani secangkir teh hangat. Di hadapanku, Amelia sedang menyantap roti tawar dengan selai cokelat, ada salad buah di mangkuk kecil dan segelas jus jeruk murni. Pukul 08.00 acara dimulai, Amel dan Niyala sudah siap untuk berkegiatan. Di hari kedua ini jadwal kegiatan akan berlangsung hingga pukul 16.00 di selingi break dan ishoma pada jam makan siang nanti. Waktu bergulir dengan cepat dan akhirnya kegiatan berlangsung lancar hingga berakhir tepat pukul 16.00. Setelahnya Niyala dan Amel kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. “Cieeee, jadi ni ye ketemuan malam ini?” ejek Amel kepada Niyala. Niyala memberitahukan kepada Amel bahwa ia akan di ajak ketemuan oleh sosok idolanya itu. Tentu saja Amel mendukung dan berinisiatif untuk menemaniku jikalau ku malu untuk menemuinya nanti. “Ihhh, Amel apa-apaan sih” ucapku dengan tersipu-sipu malu. Sesampainya di kamar Amel menyuruhku untuk beristirahat untuk persiapan nanti malam, biar tampil prima katanya. Aduh, macam mau ketemu orang penting pikirku. Sejak sore Andro sudah sibuk bersiap-siap untuk bertemu seseorang yang rencananya akan dijadikan someone special kelak. Kalau di perhatikan kok kayaknya berlebihan banget ya, sempat Andromeda berpikir demikian tapi entahlah ia ingin malam ini menjadi malam yang spesial bagi dirinya dan gadis manis itu. Setelah menetapkan pilihan pada sebuah kemeja berkerah dengan lengan pendek berwarna biru muda serta celana panjang berwarna hitam. Pukul 17.00, Andro sudah mandi dan bersiap untuk turun ke lantai bawah untuk sekedar duduk di halaman dan makan cemilan. Ia sambil memperhatikan Kang Uus yang sedang mencuci mobil di pelataran garasi rumah. Bik Aroh juga terlihat sedang menyiram tanaman Mami yang beraneka ragam, ada bunga anggrek, bunga mawar,melati dan jenis tanaman hias lainnya. Mami datang dan duduk di samping Andro yang sedang menikmati teh hangat dan sebungkus keripik kentang. “Nanti malam Andro keluar sebentar ya mi, ada janji mau ketemu teman”. “Bawa mobil sendiri?” ujar mami Andro memastikan. “ Ia mi, mau ngomongin persiapan turnamen beberapa bulan ke depan juga rencananya”. Dalam hati Andro, duh maaf ya mi Andro mesti boong ntar malah ribet di tanya-tanyain mulu. “Ia, jangan pulang terlalu malam ya” ntar mami kunci noh pintu depan biar nggak bisa masuk”. “Jelasnya dong mamiku sayang, yah paling lama jam 11 udah balik mi”. Pukul 19.00 Andro sudah siap meluncur ke hotel Aryaduta. Menggunakan kemeja dan celana yang disiapkannya tadi, dilengkapi dengan jam tangan sport seharga puluhan juta. Tak lupa menggunakan rambut agar terlihat rapi. Sebelum menuju ke sana, Andro mengirim pesan agar bersiap karena ia akan segera meluncur ke sana, paling hanya memakan waktu lima belas menit dari kediamannya. Niyala sedang mematut penampilannya di depan cerminusai menunaikan shalat magrib. Hijab berwarna soft pink, ditambah dengan gamis polos dengan warna yang lebih tua dari hijab yang dikenakannya. Simpel, dan tak perlu memakan banyak waktu. Bedak tipis dipoleskan ke wajah, karena ia tak suka menggunakan riasan yang berlebih. Alis tebal alami ditambah bulu mata lentik menghiasi bola mata  yang tertutup soflense berwarna hitam. Bila tak sedang berkacamata, ia menggunakan softlense sebagai penggantinya dikarenakan memang mata Niyala yang minus. “Aku otw ya, kalau sudah di lobby nanti aku chat”. Tak ku balas pesannya, nanti kalau dia sudah di lobby baru aku balas. Sambil menunggu Andro sampai, aku duduk di sofa kamar dan mencoba menerka-nerka seperti apakah pertemuan nanti akan berlangsung.  Amel memberikanku semangat dan mengatakan penampilanku sudah pantas dan dia mengatakan bahwa aku terlihat lebih menawan karena tidak ada kacamata yang bertengger di hidungku.             Andro sudah berada di parkiran Hotel Aryaduta. Ia mengirimkan pesan kepada Niyala bahwa ia sudah sampai. Niyala pun segera membalas pesannya dan mengatakan bahwa ia akan segera turun ke lobby.             Andro duduk di sofa lobby hotel sambil memandang keluar jendela hotel yang menampilkan pemandangan jalan di depan hotel yang terlihat cukup ramai. Dari kejauhan Andro melihat seorang gadis yang dia tunggu. Ia seakan tak berkedip karena melihat gadis itu tyang tampil simpel sehingga terlihat lebih mempesona daripada kemarin. Mata indahya seakan menghipnotis pandangan Andro, bibir tipis dan pipi pualam yang hanya dipoles bedak tipis itu sungguh memberikan kesan tersendiri.  Entahlah, Andro sendiri tiba-tiba berdiri dan diam terpaku sejenak. Bingung harus memulai pembicaraan darimana sebelum akhirnya Niyala yang menyapa duluan.             “Hai” sapa Niyala ke Andromeda sambil melambaikan tangan ke hadapan wajah Andro yang terlihat seperti ekspresi keterkejutan.             “ Niyala ya?” ujarnya seolah tak percaya.             “Ia, memangnya siapa lagi” ujarku sambil tersenyum manis ke arahnya.             “Aku pikir aku salah orang ternyata tidak, hehe” diiringi tawa kecil dari lelaki tampan ini. Andromeda memandang Niyala dengan tatapan hangat, yang di pandang agak salah tingkah dan tersenyum kaku.             Oh Tuhan, kenapa aku deg-degan banget ya ketemu gadis ini. Biasanya juga kalau ketemu cewek yang lebih cantik dari ini, aku biasa aja kok sama yang satu ini aku jadi salah tingkah. Benar-benar ada sesuatu yang lain yang membuat Andro merasa gadis yang ada di hadapannya ini berada. Aura nya berbeda. Aku harus mengena gadis ini lebih jauh. Aku ingin mencari tahu seputar kehidupannya. Aku Andromeda, lelaki tampan idaman wanita kenapa tiba-tiba seakan tak berkutik di hadapan gadis yang baru aku kenal dengan segala kesederhanaannya. Aku harus mengenalmu lebih jauh Niyala. Suara hati Andromeda ang diiringi tatapan yang sarat makna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN