Strawberry 7

1090 Kata
"Jadi, siapa itu Sam ?" Sebastian nampaknya benar-benar penasaran. Clara mengerlingnya sesaat. "Kenapa kau segitu penasarannya sih ? Apa jangan-jangan kau tertarik padaku ???" Kali ini Clara yang mencondongkan tubuhnya ke arah Sebastian hingga pria itu mundur sedikit. "Tidak. Apa kau tidak merasa lucu kalau aku jalan sambil menggandengmu ? Nanti aku dikira sudah punya anak," ejek Sebastian. Clara menggembungkan kedua pipinya dan memukul lengan Sebastian. Pria itu hanya tertawa saja. "Sam itu temanku yang pemilik kafe SweetTime. Sayangnya dia perempuan, bukan laki-laki seperti dugaanmu yaaa." Clara menjulurkan lidah ke arah Sebastian. "Hooo, berarti aku bisa minta bantuanmu untuk menjodohkanku dengannya, mungkin ?" gumam pria itu sambil menerawang. Clara menaikkan sebelah alisnya. "Kau saja belum pernah bertemu dengannya, sudah minta ku comblangin. Yang benar saja !" dengus Clara. "Hei, jangan salah. Justru itu menariknya ! Aku penasaran dengannya dan kurasa mungkin dia cukup cantik. Jangan menganggu khayalanku !" Sebastian menyingkirkan tangan Clara yang menyentuh keningnya seperti sedang mengecek suhu tubuh pria itu. "Kau pasti gila karena kebanyakan kerja. Mungkin kerja juga menyebabkan kau punya sindrom jomblo akut. Separah-parahnya nasibku karena pendek, aku tidak berkhayal tentang orang yang belum kukenal sepertimu. Hati-hati, Julien. Kalau ternyata Sam tidak seperti bayanganmu, kau bisa kecewa." Clara berdecak sambil melipat tangan di d**a. Sebastian tertawa saja mendengarnya. Clara meletakkan gelas smoothies-nya yang sudah habis di meja. Ia mengambil tasnya dan berdiri hingga Sebastian menoleh ke arahnya. “Smoothies-ku sudah habis. Aku pulang ya. Terima kasih sudah menjamuku," kata Clara sambil tersenyum singkat dan melompati kaki Sebastian yang menghalangi jalannya. "Baiklah. Lain kali kita ngobrol lagi ya. Ternyata kau enak diajak bicara asal emosimu terkendali saja." Sebastian tersenyum dan ikut beranjak dari sofa untuk mengantar Clara sampai pintu depan. "Memangnya lain kali kau punya waktu ? Kau 'kan si artis Korea yang punya jadwal super sibuk," sindir Clara sambil memutar kedua bola matanya. "Siapa tau aku memang punya waktu. Kalau ada, aku pasti mencarimu." Sebastian tertawa dan berdiri memandang Clara yang memakai helm-nya. Clara hanya mengangguk tanpa bicara dan tersenyum meninggalkan rumah Sebastian. *** Sudah seminggu Clara tidak bertemu dengan Sebastian lagi. Gadis itu pun mengira pertemuan mereka hanyalah pertemuan biasa untuk saling menyapa saja dan ia tidak terlalu memikirkannya. Saat sedang santai di kafe, Clara melirik koran di meja dan melihat pria itu muncul di berita. Hooo, ternyata dia tidak bohong, pikir Clara saat sedang membaca artikelnya. Samantha muncul di samping gadis itu dan ikut melirik beritanya. "Harga saham Axeil Corp sedang menurun... hmm, tumben kau membaca berita seperti itu ?" celetuknya. Clara menutup korannya dan menaikkan sebelah alisnya memandang Sam. "Tidak juga. Kau saja yang gak sadar kalo aku sering membaca hal-hal seperti ini," balas Clara. Sam menepuk pelan kepala Clara dan mendesah. "Haah, kau ini sebenarnya pintar. Tapi, hanya karena tinggimu saja kau jadi menyedihkan begini." Sam berlagak sedih hingga Clara memberengut ke arahnya. Telepon kafe berdering dan Sam pergi meninggalkan Clara begitu saja. Clara kembali menatap koran itu dan berpikir, Julien pasti sedang stress... Beberapa menit kemudian, Sam pergi ke dapur dan menyiapkan pesanan. Nampaknya ada kerjaan lagi untukku, Clara memandang punggung Sam yang menghilang ke balik pintu dapur. Saat Sam kembali membawa beberapa pesanan, Clara sudah berdiri dengan helm-nya. "Wah, nampaknya kau sudah terbiasa mendengar bunyi telepon," kagum Sam. Clara hanya melemparkan seringai saja dan mengambil kotak pesanan dari tangan Sam. "Satu strawberry pudding, cappucinno, dan strawberry cocktail. Antar ke jalan Serayu nomor 25," perintah Sam. Clara tertegun mendengarnya. "Julien yang memesannya ?" "Siapa itu Julien ?" tanya Sam bingung. "Pangeran Cinderella. Kau lupa ?" Clara balas memandangnya. "Kau tidak bilang padaku namanya siapa, mana ku tau," jawab Sam. "Oh, baiklah." Clara langsung pergi menuju rumah Sebastian tanpa berkata apa-apa lagi. *** "Hai, Clara. Nampaknya kau sehat seperti biasa !" Sebastian terlihat antusias saat melihat scooter Clara yang masuk ke dalam halaman rumahnya. Clara menatap Sebastian yang terlihat tidak stress sama sekali. Pria itu malah menyiram tanaman sambil bersiul. "Nampaknya kau tidak stress sama sekali, Julien." Clara menyerahkan kotak pesanannya pada lelaki itu. "Kenapa aku harus stress ?" heran Sebastian sambil membayar. "Aku sudah baca berita di koran. Saham perusahaanmu sedang menurun. Tapi, kenapa kau bisa santai begini ?" Gadis itu mengernyit ke arah Sebastian yang kembali melanjutkan aktivitasnya. "Ooh itu. Aku butuh istirahat untuk memikirkan strategi. Kalau otakku santai, aku lebih mudah berpikir. Tapi, kalau aku memaksakan kepalaku untuk membaca dokumen-dokumen itu, aku pasti gila jadinya." Sebastian tersenyum dan mematikan selang airnya. "Kalau begitu selamat bersantai." Clara berjalan cuek kembali ke scooter-nya hingga membuat Sebastian menoleh. "Apa yang kau lakukan ? Masuklah," ajaknya. "Lho ? Kau 'kan mau bersantai. Untuk apa mengajakku ?" Clara menatapnya bingung. "Justru karena aku mau bersantai lah makanya aku mengundangmu ke sini. Kau 'kan hiburanku," kekeh Sebastian. Kening Clara berkerut sebal. "Kau kira aku ini badut yang harus melucu untukmu ya ?" "Bukan badut. Tapi, teman ngobrol. Kau harusnya berterima kasih karena bisa berteman dengan CEO terkenal sepertiku," senyum Sebastian dan ia langsung masuk ke dalam rumah diikuti oleh Clara yang menurut juga. "Ya, ya. Aku berterima kasih lagi. Kau sepertinya suka minta terima kasih ya." Clara menghela napas panjang. Sebastian tertawa dan mulai membuka kotak pesanannya. Disodorkannya strawberry pudding dan cocktail-nya ke arah Clara. Ia hanya mengambil cappucinno dan mulai menyeruputnya. Gadis itu tidak menolak sama sekali dan malah senang menerima makanan itu. Sebastian hanya mengamatinya dan mendengus. "Nampaknya kau suka sekali dengan stroberi. Padahal itu 'kan asam," komentarnya. "Tidak begitu asam. Kadang ada rasa manisnya juga. Seperti kehidupan yang tidak selamanya manis bukan ?" balas Clara sambil sibuk menyendokkan pudingnya. "Oooohh, kau puitis sekali Clara," kekeh Sebastian. Clara hanya tersenyum dan menatap stroberinya dengan girang. "Jadi, apa yang akan kau lakukan tentang sahammu ?" Clara nampaknya tertarik dengan masalah ini. Sebastian menoleh ke arahnya sesaat kemudian menerawang ke langit-langit. "Nampaknya aku harus mencari strategi baru agar harga saham naik lagi. Tapi, aku belum tau harus melakukan apa. Mereka sepertinya hendak menjual saham karena anjlok seperti ini. Aku sampai harus bolak-balik meyakinkan mereka," cerita Sebastian sambil menghela napas panjang. "Kenapa kau tidak membuat produk baru atau inovasi dari produk lama ? Daripada kau sibuk meyakinkan para pemegang saham untuk tidak menjual saham mereka, cara ini lebih baik. Apalagi kalau produkmu memiliki fasilitas yang tidak dimiliki perusahaan lawan. Pasti sahammu akan meningkat tajam." Clara terus berceloteh tanpa menoleh dari pudingnya. Sebastian tertegun dan memandang Clara. Ia diam seperti sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius. Mendengar tidak adanya suara, Clara pun memandangnya heran, "Ada apa ?" "Tunggu sebentar." Sebastian tiba-tiba berdiri dan bergegas naik tangga. Sepertinya ia akan mengambil sesuatu, pikir Clara dan kembali menghabiskan pudingnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN