Strawberry 8

1126 Kata
Tidak berapa lama, Sebastian kembali dan membawa sebuah katalog yang cukup besar. Ia menyodorkan katalog itu pada Clara yang menerimanya dengan bingung. Isi katalog itu adalah produk-produk dari Axeil Corp. yang umumnya adalah alat elektronik. "Untuk apa kau memberiku ini ? Aku tidak berniat membeli barang," kata Clara. 'Coba lihat produk mana yang harusnya ku inovasi. Terlalu banyak produk di katalog itu sampai membuatku pusing." Sebastian memandangnya serius sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Clara. "Berapa honorku untuk melakukan ini ???" Clara menaikkan sebelah alisnya. "Ow, ayolah Clara. Setega itukah kau pada temanmu ini ?" Sebastian memasang wajah memelas ke arah Clara. "Teman ? Hei, kita baru bertemu 3 kali. Apa sudah bisa di sebut teman ??? Haahh, baiklah. Aku bawa saja katalogmu ini. Terlalu banyak produk yang harus dilihat dan Sam bisa memarahiku kalau aku terlalu lama mengantar pesanan." Clara mengomel sebelum akhirnya menyetujuinya. Gadis itu sebenarnya memang baik hati hanya saja mulutnya yang pedas sering membuat orang salah paham. "Baiklah. Kau bisa membawa katalog itu. Aku akan menghubungimu lagi nanti. Nomor hapemu ?" pria itu mengambil ponsel dari sakunya dan menunggu Clara menyebutnya. Gadis itu hanya mengerlingnya. "Apa kau sedang mencoba menggodaku ? Jangan-jangan kau sedang bermodus ria dengan alasan katalog ini demi mendapatkan nomor hapeku," seringai Clara. Sebastian melongo mendengarnya. "Astaga... untuk apa aku bermodus ria padamu ??? Aku tidak mau terlihat seperti menelepon a—" *Ya, ya, ya. Aku tau kok. Aku cuma bercanda saja. Tidak lucu 'kan kalau aku akhirnya mengamuk karena kau mengejekku anak kecil lagi. Aku sudah tau kau mau mengatakan itu." Clara tertawa dan Sebastian tersenyum melihatnya. "Tapi, sayang sekali, Julien. Hapeku hilang entah kemana semenjak jambret itu menabrakku. Jadi, untuk sementara aku tidak pakai hape. Hubungi saja aku di kafe. Bukannya kau selalu begitu ?" Clara mulai menikmati cocktail-nya setelah menghabiskan puding. "Baiklah. Ada juga ya orang yang bisa bertahan tanpa hape ? Zaman sekarang 'kan semuanya berbasis hape." Sebastian menyimpan kembali ponselnya dan terdengar seperti sedang bergumam. "Aku bisa hidup tanpa hape. Tapi, aku tidak bisa hidup tanpa stroberi !" seru Clara saat berhasil menusuk stroberi yang ada di cocktail-nya. Ia kelihatan girang sekali menikmati stroberi hingga tidak sadar Sebastian memperhatikannya dengan tersenyum. Dengan satu lahapan, Clara menikmati stroberi terakhirnya dan ia langsung beranjak dari sofa. Masih sambil mengunyah ia melambai pada Sebastian dan berjalan ke arah pintu. "Terima kasih stroberinya ! Sampai jumpa !" seru Clara dengan membawa katalog besar itu. Sebastian hampir tertawa karena Clara terlihat kesulitan membawa katalog besar itu dengan tubuhnya yang mungil. *** Clara sibuk membalik-balik halaman katalog milik Sebastian malam itu. Ia berguling di ranjangnya sambil berpikir keras. Gadis itu sebenarnya merasa heran juga kenapa ia mau menolong Sebastian. Tapi, menurutnya pria itu tidak berbohong padanya dan memang terlihat kesepian. Pandangannya tiba-tiba berhenti pada selembar halaman dan sepertinya ia mendapat ide. Clara mengambil spidol dan mulai mencoret-coret katalog itu tanpa berpikir Sebastian mengizinkannya melakukan hal itu atau tidak. Keesokan siangnya, telepon berdering dan Clara sudah menebak-nebak bahwa Julien-lah yang menelepon. Ia membawa katalog itu ke kafe jika Julien menagihnya. Ternyata tebakan Clara benar, Sam memanggilnya sambil menunjuk telepon yang baru saja dijawabnya. “Kau sudah dapat ide ?" tanya Sebastian saat Clara mengambil gagang telepon. "Kau pikir aku tidak ada kegiatan lain ya selain mengerjakan katalogmu itu ?" Clara berusaha menyembunyikan tawanya dan terdengar sebal. Sebastian nampaknya sedikit terkejut. “Ah, maaf aku tidak bermaksud begitu. Tidak apa-apa kalau kau belum mengerjakannya. Lain kali saja aku meneleponmu. Aku tidak terburu-buru kok." Nampaknya pria itu sedikit segan meminta bantuan Clara. Gadis itu tiba-tiba tertawa, "Aku bercanda. Sudah selesai kok. Kau mau aku ke sana ? Kalau ya, jangan lupa pesan camilan stroberiku. Aku sudah pegang pena loh." Clara benar-benar bersiap-siap menulis pesanan Sebastian. Sam mengernyit mendengarnya dan mengamati gadis itu. “Tidak, tidak. Aku yang akan ke sana. Sekitar jam 5 sore nanti aku ke kafe. Okay ?" kata-kata Sebastian membuat Clara tertegun. Tumben dia mau ke sini ? Bukannya dia sibuk ? pikir Clara. "Baiklah." Clara menutup teleponnya dan terkejut saat melihat Sam yang memandangnya penuh selidik. "Siapa itu Clara ??? Jadi, pesanan yang selama ini ada stroberinya itu untukmu ??? Kau sedang memeras customer-ku ???" suaranya terdengar menyeramkan bagi Clara. "Aku tidak memerasnya ! Dia yang mau memberikannya padaku ! Dia Julien yang kuceritakan padamu kemarin," jelas Clara. Samantha mengangguk-angguk, "Oh, pangeran cinderella-mu." "Dia bukan pangeran, Sam. Dia teman baruku," kata Clara. Akhirnya ia mengakui juga kalau Sebastian telah menjadi temannya. "Hmm, teman ya." Sam nampaknya sedikit ragu dan menyeringai ke arah Clara. Tapi, dengan cepat ia langsung pergi dari sana sebelum Clara menyadarinya. *** Clara dan Sam sibuk sepanjang hari itu. Karena hari yang lumayan terik, banyak tamu yang datang untuk menikmati minuman dingin. Gadis itu pun sampai lupa dengan janjinya bertemu Sebastian. "Clara ! Bersihkan tumpahan kopi di sana ! Tadi ada tamu yang menjatuhkan kopinya !" teriak Sam dari balik mini bar nya. "Oke !" balas Clara sambil mengambil kain pel dan berlari ke arah pintu. Tumpahan kopi di dekat pintu masuk membuat Clara sedikit kewalahan saat membersihkannya. Ia harus menyingkir setiap kali ada tamu yang keluar-masuk. Gadis itu sedang menunduk mengambil sampah gelas plastik saat pintu terbuka. BRUK ! Ada yang menabrak Clara hingga gadis itu terduduk. Si penabrak terjatuh berlutut di belakang Clara. Clara meringis memegangi bokongnya yang menghantam lantai. Tiba-tiba, ia sadar dan langsung berbalik melihat tamu yang terjatuh itu. "Ah ! Maafkan saya ! Anda baik-baik saja ???" Clara menoleh panik dan memegang lengan pria itu yang meringis memegangi lututnya. "Ya, tidak apa-apa." tangan pria itu terangkat untuk menenangkan Clara. Hng ? Suara itu ? Clara mengernyit dan mengenali suara si pria. "Julien ?" panggilnya. Si pria menoleh dan terkejut saat melihat Clara. "Pantas saja aku terjatuh. Kau tidak masuk dalam jarak pandanganku, Clara." ia berdiri dan menghela napas. "Kau kemari untuk mengejekku ??? 'Mohon maaf tuan kalau saya terlalu pendek hingga keliatan seperti batu di depan pintu'. Apa itu yang harus kukatakan padamu ???" Clara berkacak pinggang memandangnya. Tapi, tiba-tiba ia terdiam karena melihat penampilan Sebastian yang tidak seperti biasanya. Clara selalu melihat Sebastian mengenakan kaos dan celana panjang longgar hingga penampilan pria yang berdiri di depannya membuatnya tertegun. Sebastian mengenakan jas hitam dan kemeja berwarna biru gelap. Dasinya yang berwarna emas terlihat kontras sekali hingga membuat kesan elit pada pria itu. Rambut Sebastian pun seperti disemir karena terlalu rapi. Kakinya benar-benar jenjang dalam setelan pakaian itu hingga Clara harus mendongak melihat wajahnya yang entah kenapa terlihat berkharisma. "Kenapa ? Ada yang menempel di wajahku sampai kau melotot begitu ?" Suara Sebastian mengagetkan Clara. Gadis itu langsung menggeleng dan kembali mengernyit padanya. "Kau terlalu rapi," jawab Clara dengan sedikit rasa sebal. Ia memanyunkan bibirnya dan merasa iri pada Sebastian yang terlihat keren. Jadi tinggi itu memang enak ya, batin Clara miris.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN