Bikin Masalah

1204 Kata
Mamih ini kemana, sih, merepotkan saja! Lagi acara besar begini masih sempat-sempatnya juga ya ampun keluyuran entah kemana. Eh … tapi tunggu dulu, bukankah tadi Abang bilang suruh cari di kamar yang isinya perias? Tapi kenapa kesitu ya? Ada apa? Apa jangan-jangan …. Kevin berlari mencari Mamihnya dan bertanya pada orang-orang yang berada di rumah tersebut, lalu berjalan menuju kamar pengantin. Lelaki tampan nan muda itu membuka pintunya dan terkejut melihat mamihnya sedang duduk santai, tertawa dan bercengkrama bersama mereka. Kevin hanya menggelengkan kepalanya saja. "Mamih! Astaga malah ada di sini, dicariin dari tadi juga!" "Kak Tasyaaaaaaa." "Halo Adik ganteng." "Kakak, bagaimana bisa ada di sini? Apa jangan-jangan Kakak yang merias?" "Haha, kamu benar Adik ganteng." "Astgaaaa, jadi yang merias pengantin perempuan yang sekarang menjadi istri Abang Reno adalah mantan Abang haha. Gila, kenapa bisa begini?" "Kevin! Berisik! Jangan teriak-teriak! Ih dasar bocah bar-bar!" ucap Mamih kesal bangkit dari duduknya menjewer telinga anak bungsunya itu. "Eh … eh … Mamih! Iya … iya … maaf," ucapnya memohon maaf. "Haha, lucu sekali," sahut Ayu. "Heh! Siapa suruh ketawa!" bentak Kevin kesal. "Idih, anak kecil! Nakalnya!" "Mamih, itu Kevin nakal." "Iya, memang Kevin tuh nakal! Suka kesal Mamih juga sama anak ini! Terus rese banget!" "Kak Tasya …," ucapnya lirih seakan-akan meminta pertolongan. "Haha, sudah-sudah. Kevin, ada apa kesini, Dik?" "Ini, cari Nenek satu ini. Heran deh, anaknya nikah, malah kabur-kabur begini, astaga. Tuh menantunya ngoceh saja dari tadi! Sudah tau bawelnya macam apa itu perempuan, heran deh!" "Mih, memang betah punya menantu seperti itu?" tanya Lita. "Memang kenapa, Nak?" "Lita!" tegur Putri. "Gak pa-pa, Mih. Jangan dengarkan Lita, Mamih sebaiknya ikut Kevin keluar dan duduk manis di pelaminan. Cukup lama juga 'kan Mamih keluar dari pelaminan, barangkali mau ada foto dan lainnya, Mih. Gak enak nantinya, Mih." "Hm … ya sudah, iya. Mamih sama Kevin keluar dulu ya, kamu sering-sering main dong ke rumah, Mamih." "Ngaco, Mih! Nanti kalau masalah sama menantu Mamih gimana?" timpal Kevin. "Lah? Masalah kenapa, Dik? Bilang saja teman Mamih." "Ya terserah Mamih deh!" "Bye Kak Tasya … Kevin rindu, Kakak. Tapi maaf ya sekarang gak bisa main bareng, nanti kita ketemuan kapan-kapan ya," ucap Kevin melambaikan tangan dan melangkah pergi keluar dari kamar bersama Mamih. *** "Sepertinya keluarga ini sangat merindukan lu, Kak?" ucap Cici usil sedikit menggoda. "Hehe, mungkin." "Bukan mungkin, Kak, tetapi memang iya mereka merindukan lu! Kelihatan loh dari respon Mamih Amora dan Kevin ke lu aja gimana. Sayang banget ya, bukan lu yang jadi menantu mereka. Wah kalau lu yang jadi menantu, kayaknya usaha rias lu akan melaju pesat lebih dari ini mengingat mereka adalah orang kaya raya." "Haha, yang gue butuhkan bukan kekayaan, Ayu. Tapi cinta, kasih sayang dan juga ketulusan. Buat apa gue jadi orang kaya raya tapi di dalamnya tidak ada cinta dan kasih sayang 'kan? Memang orang hidup butuh uang tetapi tidak semua harus dan bisa diselesaikan dengan uang 'kan?" "Iya Kak, benar. Banyak sekali sekarang orang-orang keliru karena uang." "Nah, itu! Maka dari itu, gue menghindari banget yang seperti itu, sih!" "Memang lu the best lah, Kak." "Kalian lebih luar biasa." Dan masih banyak lagi obrolan yang mereka bicarakan satu sama lainnya. Dari membahas satu hal menjadi membahas banyak hal. Ya begitulah jika para wanita sudah berkumpul, akan selalu ada hal yang bisa dibahas sampai akar dan lucunya akan ada obrolan baru lagi ketika salah satu obrolannya sudah selesai. Pasti saja, ada salah satu dari mereka yang mengganti topik pembicaraan agar tidak berhenti berbicara. Waktu terus berlalu dan ternyata jam untuk ganti baju kedua sudah bisa lakukan. Beberapa dari mereka keluar untuk menjemput pengantin perempuan ganti gaun yang lebih elegan. Putri tak lagi re-touch karena memang riasan masih bagus sekali, keahlian tangannya sungguh sangat indah. Sekarang, adalah tugas timnya untuk menggantikan gaun pada Sela dan selebihnya Cici yang bertugas menggantikan lipstik. Sesekali Sela melirik Putri yang sedang asik dengan kegiatannya memainkan ponsel yang mungkin lebih menarik daripada harus melihat pada Sela. Cih! Sok cantik! Bagaimana bisa ada perias yang lebih tertarik melihat ponsel dibandingkan pengantinnya. Sepertinya mereka memang ada sesuatu sehingga itu perempuan tidak mau ngurusin aku seperti ini! Apa-apaan ini! Malah para timnya yang mengurusku! "Memang jika sudah ganti baju itu urusannya tim ya?" tanya Sela secara tidak langsung menyindir Putri. "Iya, Kak. Betul. Bubos hanya saat akad saja," celetuk Ayu dengan nada sedikit menyebalkan. "Oh. Baru tau gue! Ternyata penata rias seperti itu! Haha." "Maksudnya, Kak?" tanya Lita tak terima dan sengaja menarik salah satu jepit yang masih menyangkut di rambut Sela. "Aw! Sakit bego! Bisa gak sih pelan-pelan!" bentaknya. "Oh maaf, gak kelihatan," ejeknya. Putri hanya melirik sekilas tanpa berniat untuk beranjak dari tempatnya dan ia hanya menggelengkan kepalanya saja. "Bego banget lu!" "Kak, kalau jadi pengantin tuh yang anggun, biar auranya keluar. Kalau ngamuk terus, riasan sebagus apapun akan terlihat biasa saja karena tak ada aura yang keluar," ucap Cici mengingatkan. "Bawel lu! Tau apa, sih, lu! Heran! Riasan begini saja belagu!" "Riasan begini? Memang begini seperti apa ya, Kak, maksudnya?" tanya Ayu yang juga menarik jepit dengan sengaja. "Aw! Dasar bego! Lu semua tim yang sangat bego ya! Pelan-pelan bisa 'kan! Kerjaan macam apa seperti ini! Gue laporin bos kalian baru tau rasa!" "Ngapain lapor bos?" tanya Putri lembut dengan senyum mengerikan. "Ya gue akan laporin kalian semua! Karena kerjanya gak bener! Yang tugasnya merias justru lebih memilih pegang ponsel dan timnya bego semua!!" "Gue bosnya!! Memang kenapa? Masalah? Tugas gue hanya di akad nikah, selebihnya itu ada asisten yang bisa menggantikan, gue hanya ngontrol saja! Lagi pula, lu itu pengantin 'kan? Kok tingkahnya begini banget?" tanya Putri maju mendekat ke arahnya. "Memang apa masalahnya dengan tingkah gue? Hah?" "Cih! Gak ada anggun-anggunnya sekali! Semua orang di ajak ribut! Gue rasa otak lu terganggu kali ya! Waras gak, sih, lu! Heran gue! Kok bisa-bisanya Reno menikah dengan perempuan aneh kayak lu!" "Maksud lu apa? Hah? Memang lu siapa!!" "Lu gak perlu tau siapa gue!! Yang jelas, gue lebih tau dan paham laki lu seperti apa dan bagaimana!! Dan ternyata laki lu itu bego! Ya jelas bego karena sudah menikah dengan perempuan bego macem lu!!" "Cepat selesaikan!! Gue muak di sini!! Gue tunggu di mobil!! Terserah lu pada mau diapain ini perempuan yang mulutnya jahat!!" Putri berlalu pergi meninggalkan mereka semua dan Sela dengan emosi yang masih menggebu. Putri tidak ada habis pikir, kliennya kali ini benar-benar menguras emosi sekali. Kalau saja bukan karena pekerjaan, ia sudah sejak tadi pagi mengacak-acak muka Sela. Saat Putri melangkahkan kakinya menuju keluar tiba-tiba ia berpapasan dengan Reno. "Tasya." "Apa?" "Kamu kenapa? Dan mau kemana? Bukannya Sela masih di dalam?" "Terus? Masalahnya sama gue apa? Tugas gue sudah selesai dan selanjutnya biarkan tim yang bertugas! Dan lu, gak usah rese kayak bini lu! Paham!" ucap Putri kesal dengan menunjukan pada Reno. "Loh? Ada apa memang?" "Ngapain tanya gue? Tanya saja sama bini lu! Kali aja tuh perempuan bar-bar ketemu lakinya jadi diam!" Putri berlalu pergi meninggalkan Reno dengan rasa kesal yang benar-benar memuncak. Dan Reno terlihat bingung sekali melihat tingkah mantan pacarnya yang bisa di bilang aneh. Ia yakin terjadi sesuatu di dalam maka dari itu menyusul dan benar saja sampai membuat Putri pergi tak menyelesaikan pekerjaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN