Malam Pertama Kelabu

1226 Kata
Sebenarnya apa yang sudah diperbuat oleh Sela sampai membuat Putri kesal dan emosi seperti itu, sih! Heran! Ada saja masalah yang dibuat olehnya tuh! Untung saja cuman Putri yang ngambek dan timnya tetap bertugas, kalau tidak kacau sudah acara pernikahanku ini! Sela … Sela … kenapa harus cari masalah, sih! Huft! Reno melangkahkan kakinya menuju kamar dimana istrinya sedang ganti baju. Sesampainya disana, Lita langsung memberikan jas yang harus diganti oleh Reno. "Sayang," panggil Sela. "Kenapa, yank?" "Itu penata rias kampungan banget ya! Heran deh aku! Bukannya ngurusin aku malah ngeluyur pergi dan diserahkan ke antek-anteknya yang bego ini!" "Sela! Jaga ucapanmu!" "Loh? Kenapa? Memang benar kok mereka bego! Beresin rambutku saja tidak bisa! Malah bisanya menyakiti! Kamu lihat saja nanti, pasti banyak sekali rambutku yang rontok!" "Kayaknya bukan kami yang bego deh, tapi Kakak sendiri yang tidak bisa diam sejak tadi dan bukan hanya itu, Kakak juga dengan lantang menghina bos kami. Padahal Kak Putri adalah bos kami tapi ucapan kakak benar-benar menyakitkan!!" bentak Ayu lantang dengan suara yang setiap katanya ditekan agar bisa terdengar oleh Reno. "Dasar anak kecil!! Balikin fakta saja!!" "Sudah Sela! Kamu itu kenapa, sih! Di hari pernikahan masih saja bikin masalah! Heran! Kamu juga tadi pagi bikin masalah sama Mamah 'kan! Sudah jadi istri harusnya bisa berubah jadi lebih baik, lebih tenang, patuh dan nurut!!" "Sudah selesai. Kami pamit ya, Mas Reno," ucap Cici meninggalkan Sela dan membawa barang-barang diikuti oleh Lita dan Ayu. "Iya, makasih ya, Mbak. Hati-hati di jalan." Mereka menganggukan kepala dan tersenyum pada Reno lalu melangkah pergi meninggalkan kamar yang banyak drama dan juga huru-hara sejak tadi pagi. Mereka semua pamit pada keluarga, baik keluarga Sela dan juga Reno lalu melangkah masuk ke dalam mobil menyusul Putri yang sejak tadi sudah masuk ke dalam mobil karena kesal. *** Acara pernikahan hari itu berjalan dengan lancar dan juga sangat meriah sekali. Banyak orang yang ikut hanyut dalam kebahagiaan kedua keluarga tersebut. Setiap tamu undangan yang datang selalu berpikir beruntungnya Sela karena sudah menjadi menantu keluarga Bastian. Secara mereka sangat tahu sekaya apa keluarga tersebut. Setelah acara selesai, Sela langsung di boyong ke rumah keluarga Bastian dan akan tinggal disana satu atap dengan mertuanya sesuai dengan kesepakatan awal sebab memang Reno tidak ingin meninggalkan keluarganya jika sudah menikah. Ia akan selalu ingin berada di dalam keluarga tersebut, dan Sela sudah seharusnya dan sepatutnya ikut, nurut dan patuh terhadap ucapan suaminya. Saat ini, mereka sedang berada di dalam kamar membersihkan diri mereka masing-masing dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang pengantin yang sudah dihias seindah mungkin oleh keluarga Bastian. Namun siapa sangka setelah merasa rasa lelah itu sirna dan langit sudah mulai merubah diri menjadi jingga menjelang malam, Reno berkemas dan membuat Sela heran. "Mas? Kamu mau kemana?" "Touring." "Loh? Kok? Kamu malah pergi? Ini 'kan malam pertama kita, kenapa malah aku ditinggal sendirian, sih?" "Tapi ini bukan hal pertama kita melakukannya 'kan? Memang kenapa kalau aku pergi touring? Ada masalah? Gak ada 'kan? Mumpung lagi libur juga, jadi dimanfaatkan sebaik mungkin." "Eh? Lalu, aku menganggur sendirian di kamarmu ini?" "Aduh! Please, deh, ya, jangan lebay! Disini 'kan ada Mamih, Papih dan Kevin, kalau ada apa-apa bisa minta tolong sama mereka! Kamu jangan lebay dan jangan seperti anak kecil." "Tapi, Mas--" "Gak ada tapi-tapian ya, Sela! Kamu tidak berhak melarang hobiku! Sebab, sebelum kenal kamu juga aku sudah sering berkelana memuaskan diri dengan hobi! Paham kamu!" "Tapi ini beda posisinya Reno Alvian!" teriak Sela dengan sangat lantang. "Jaga ucapan kamu, Sela! Ingat kamu bicara sama siapa! Jadi istri gak ada patuhnya sekali! Baru juga setengah hari menjadi istri sudah tidak tau diri!!" "Aku atau kamu yang tidak tau diri, Mas!!" "Terserah!!" Reno keluar kamar dengan membawa tas ranselnya dan diikuti Sela dari belakang yang terus memanggil namanya namun tak diindahkan panggilan tersebut. Sela merasa sangat kesal sekali dengan sikap Reno yang seperti ini, ia merasa tak dihargai sebagai istri karena seharusnya ini adalah malam bahagia untuk mereka tetapi justru sebaliknya. "Mas!!" "Mas!!" "Mas Reno!!" "Berhenti, Mas!!" "Aku bilang berhenti!!" "Aku ini istri kamu loh, Mas!! Tega-teganya kamu ingin meninggalkanku sendirian di malam bahagia kita!!" "Mas!!" Reno terus melangkah tanpa menggubris ucapan Sela. Nada suara Sela semakin meninggi membuat semua anggota keluarga Bastian keluar dari kamarnya masing-masing. "Ada apaan, sih! Malam-malam bukannya istirahat ini malah teriak-teriak!!" bentak Kevin yang sepertinya sudah tertidur dan terganggu tidurnya karena teriakan Sela. "Kalian kenapa, sih?" tanya Mamih bingung yang melihat anak dan menantunya berdebat. "Reno, mau kemana?" tanya Papih bingung. "Touring, Pih. Sela ribet banget ngelarang-larang Abang pergi! Ribet!!" "Ya sudah, sih, Kak, biarkan saja Abang pergi touring! Itu 'kan hobinya sejak dulu, kenapa harus dilarang coba? Heran!" ucap Kevin yang memang sejak awal tidak terlihat suka dengan Sela. "Nah, bener kata, Adik! Kamu ribet, Sela!" "Tapi ini 'kan--" "Ah, ribet banget lu, Kak! Kebanyakan tapi!" tandas Kevin menutup kembali pintu kamar dan membantingnya. "Reno, kamu jangan bercanda, Nak. Masa iya istrimu ditinggal," ucap Papih lembut. "Reno gak bercanda, Pih. Memang mau touring, lagi pula dari awal Reno sudah bilang sama Sela jangan ambil tanggal sekarang untuk menikah karena memang Reno akan berangkat touring tapi dianya aja ngeyel! Heran!" "Abang mau kemana memangnya, Sayang?" "Yogyakarta, Mih. Sebentar kok, cuman tiga hari saja." "Sudah deh ya, Mih, Pih. Abang pergi dulu, Assalammualaikum." "Eh, Abang … Abang …!" teriak Mamih namun tak digubris olehnya dan langsung menancapkan gas motornya meninggalkan rumah besar itu. Papih hanya menggelengkan kepalanya saja, memang mereka tidak akan ada yang bisa menghalangi keinginan anak sulungnya itu. Papih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan Mamih mencoba menenangkan Sela yang sudah menangis sejak tadi. *** "Sudah ya, Nak, sudah. Maafkan anak Mamih ya, maafkan suamimu itu." "Mih, apa salah Sela meminta Mas Reno untuk tetap disini?" "Tidak salah. Tapi … dia memang begitu, Nak. Kamu harus sabar dan ikhlas menghadapinya, ya. Mamih yakin, nanti juga dia berubah dan kamu pasti bisa membuatnya berubah, Nak." "Memang Mas Reno selalu seperti ini Mih tiba-tiba berangkat touring?" "Iya, Nak. Jadi kamu sabar ya," ucap Mamih mencoba menenangkan. "Iya, Mih." "Ya sudah, istirahat, kamu pasti lelah. Mamih keluar kamar dulu ya." Sela mengangguk. Mamih Amora keluar kamar dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Sedangkan Sela kembali meringkuk di atas ranjang dan menutup semua tubuhnya dengan selimut lalu menangis tergugu di dalam selimut. Ia tak menyangka malam pertamanya akan seperti ini jadinya. Rasanya sakit sekali. Kamu tega, Mas! Sumpah tega banget! Benar-benar tak mempunyai hati sekali! Apa salahku sehingga di malam pertama kita bersama kamu bukannya memanjakanku ini justru sebaliknya! Kejam! Kamu pasti akan menyesal sudah memperlakukan diriku seperti ini, Mas! Setiap air mata yang jatuh ke pipi, kau harus membayarnya, Mas! Kamu harus membayar setiap waktuku yang terbuang dengan menangis percuma! Ya menangis percuma karena sudah menangisi sikapmu yang seperti ini! Mas, mungkin aku memang belum bisa menjadi istri yang baik tetapi bukankah kau juga seharusnya bisa mengajarkan kebaikan terhadapku? Kenapa justru kau meninggalkanku seperti ini? Apa kau masih marah mengenai persoalan tadi siang? Tetapi kenapa kau harus marah cuman gara-gara perias itu, Mas! Sebenarnya ada apa! Apakah kalian ada main dibelakangku! Jika memang kalian ada main maka jangan pernah menyalahkanku jika aku akan membuatnya sengsara!! Mas, aku akan menjadi ratumu! Dan kau harus membuktikan semua itu! Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya! Jangan pernah ada wanita lain di hatimu, pikiranmu dan juga anganmu! Cukup aku dan selalu aku! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN