episode 14

1383 Kata
Dave dan Fani duduk di sofa ruang keluarga, Dave terus menatap Fani. Fani merasa risih karena Dave terus menatapnya. "Sayang, kau kenapa melihatku seperti itu?" tanya Fani. "Sayang, kau tidak boleh memberi perhatian lebih kepada Reyhan,". "Kenapa Sayang, dia kan sahabatmu jadi secara tidak langsung menjadi sahabatku juga,". "Iya, tetapi tetap saja aku tidak suka istriku dekat dengan pria lain,". Fani tersenyum senang melihat Dave yang cemburu, Fani lalu menggenggam tangan Dave dan meyakinkannya. "Baiklah, mulai sekarang aku akan menjaga jarak dengan Reyhan,". Dave tersenyum dan mencium tangan Fani. Tidak lama kemudian Bu Anita datang sambil membawa kue coklat yang dibelikan Fani dan minuman, Bu Anita lalu duduk di sebelah Fani. Fani langsung mengambil dan memakan kue coklat itu. "Fani bagaimana keadaan kandunganmu. Apa baik-baik saja?" tanya Bu Anita. Fani tersedak mendengar pertanyaan ibunya. Dengan cepat Bu Anita mengambilkan air minum untuk Fani. Fani melirik Dave memberikan isyarat dengan mengedipkan matanya kepada Dave, agar Dave berbicara jujur kepada Ibunya kalau ia sebenarnya tidak hamil. Dave tidak mengerti dengan maksud Fani, Dave berpikir Fani menyuruhnya menjawab pertanyaan ibunya. "Kandungan Fani baik-baik saja kok Bu. Ibu tidak perlu khawatir," jawab Dave. Fani membulatkan matanya mendengar kata Dave, Fani menganggukkan kepalanya sambil berpura-pura tersenyum di hadapan ibunya. "Fani, jaga kandunganmu baik-baik jangan makan sembarangan ingat pesan ibu ya,". "Iya Bu," jawab Fani. "Ya sudah, kalau begitu ibu tinggal ke toko sebentar ibu mau menemani ayah dan adikmu," ucap Bu Anita. Fani menjawab dengan anggukkan kepalanya. Setelah ibunya pergi Fani menatap tajam Dave. Dave merasa takut melihat tatapan Fani yang seperti singa betina yang siap menerkamnya. "Sayang, kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Dave gugup. Fani tidak menjawab pertanyaan Dave, Fani bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Dave. Dave merasa takut saat Fani mendekatinya. "Sepertinya Fani sedang marah karena perkataanku," guman hati Dave. Dave berlari ke kamar Fani untuk menghindari Fani. Fani tidak tinggal diam ia mengejar Dave yang berusaha lari darinya. "Dave, kau tidak bisa menghindar dariku," ucap Fani kesal. Fani tidak memanggil Dave dengan sebutan sayang karena ia sedang marah dengan Dave, Fani berusaha membuka pintu kamarnya yang di kunci oleh Dave. "Dave, buka pintunya!" teriak Fani. Dengan perasaan gugup Dave membuka pintu kamar Fani, lalu Fani masuk ke dalam kamarnya berjalan perlahan mendekati Dave. "Dave, kau tahu apa kesalahanmu?" tanya Fani. Dave berjalan mundur perlahan sambil menggelengkan kepalanya berpura-pura tidak tahu. "Tidak, memangnya apa salahku?" tanya Dave balik. "Kau mau tahu apa salahmu. Salahmu adalah kenapa kau tidak berbicara jujur kepada ibuku," jawab Fani kesal. Dave menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memikirkan alasan apa yang tepat agar membuat Fani tidak marah padanya. "Itu...,itu karena aku belum siap Sayang, aku takut ibumu akan marah padaku,". "Tapi itu tidak benar Dave. Kau harus berbicara jujur kepada ibuku karena kau yang sudah berbohong," ucap Fani. "Baiklah, tapi tidak sekarang aku belum siap," ucap Dave memohon. Fani menghela napasnya, Dave memeluk Fani dan membujuknya agar Fani tidak marah padanya. Fani akhirnya mengerti dan tidak marah lagi pada Dave asalkan Dave berjanji akan berkata jujur nanti. Pukul 09.00 malam Pak bambang menutup tokonya di bantu oleh Dave, sementara Bu Anita menemani Aldo tidur. Pak Ridwan berterima kasih kepada Dave karena sudah membantunya. "Nak Dave tidurlah sudah malam, Terimakasih sudah bantu ayah tutup toko," ucap Pak Ridwan. "Iya Ayah," sahut Dave. Dave masuk kembali ke kamar Fani, tetapi ia tidak menemukan Fani di sana. Fani sedang berada di kamar mandi menggosok gigi dan mencuci mukanya. Dave membuka bajunya ia merasa kepanasan berada di kamar Fani karena di kamar Fani tidak ada AC, Dave sudah terbiasa tidur dengan menggunakan AC. Fani masuk ke dalam kamarnya melihat Dave yang tidak memakai baju sambil mengipasi tubuhnya, Fani mendekati Dave dan menghapus keringat yang ada di dahi Dave. "Sayang, kau kepanasan?" tanya Fani. "Iya sayang, disini tidak ada AC bagaimana aku bisa tidur," jawab Dave. Fani menghela napasnya melihat suaminya, sepertinya Dave tidak terbiasa hidup susah. Fani mengambil kipas angin lalu membawanya ke kamar dan menghidupkan kipas angin itu. "Bagaimana Sayang, apa kau sudah bisa tidur sekarang?" tanya Fani. "Ya Sayang, ini lebih baik," jawab Dave. "Sekarang tidurlah," ucap Fani. Fani mengambil selimut menutupi tubuh Dave, lalu Fani tidur di sebelah Dave. Dave tidur menghadap Fani dan melingkarkan tangannya ke pinggang Fani, Fani menyembunyikan wajahnya ke d**a Dave. mereka tidur sambil berpelukan. ***** Disisi lain Reyhan tidak bisa tidur, ia terus terbayang sosok Fani yang hadir di pikirannya. Reyhan bangun dan mengacak-acak rambutnya. "Aaaahhhhhh...!" teriak Reyhan. Reyhan bangun dan berjalan menuju dapur, ia mengambil sebotol Wine lalu membawanya ke kamar, Reyhan mulai meneguk minuman beralkohol itu sambil melihat foto ibunya yang sudah meninggal. Reyhan yang mulai sedikit mabuk berbicara dengan foto ibunya. "Ibu, aku tidak bisa melupakannya, aku tidak bisa Bu,". "Apa yang harus aku lakukan Bu, aku sudah jatuh cinta dengan istri sahabatku sendiri," kata Reyhan lirih. Reyhan terus meneguk sebotol Wine itu sampai habis tak tersisa, sampai akhirnya Reyhan tertidur dalam keadaan mabuk. Saat tertidur Reyhan bermimpi bertemu dengan ibunya, ibu Reyhan memeluk Reyhan dan mengusap kepalanya. "Nak, jika kau mencintainya biarkan ia bahagia meskipun bukan denganmu Nak," kata Ibu Reyhan. Reyhan tersadar dan bangun dari tidurnya, Reyhan mengusap keringat di wajah dan dahinya ia langsung memeluk Foto ibunya, Reyhan mengerti apa maksud dari perkataan ibunya lalu ia kembali tertidur. ********** Pagi hari pukul 05.00 shubuh Fani terbangun, Fani melihat Dave yang masih tertidur. Fani pelan-pelan berusaha melepaskan tangan Dave yang berada di atas pinggangnya, dan membangunkan Dave dengan lembut. "Sayang bangun, ayo kita Shalat shubuh dulu!" ajak Fani. Dave membuka matanya dan ia langsung memeluk Fani. "Biarkan seperti ini 5 menit lagi," kata Dave. Cukup lama Fani membiarkan Dave memeluknya, kemudian Fani berusaha melepaskan pelukan Dave. "Sayang, nanti kita kesiangan Shalat shubuh nya," kata Fani. Fani menarik tangan Dave mengajaknya bangun dari tempat tidur, Fani dan Dave bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan Shalat shubuh bersama. Setelah selesai Shalat Dave kembali melanjutkan tidurnya sementara itu Fani keluar menemui ibunya yang sedang memasak. "Ibu masak apa?" tanya Fani. "Ibu masak makanan kesukaanmu udang asam manis hari ini," jawab Bu Anita. Fani mendengar suara riuh di depan rumahnya ada banyak pembeli datang ke toko ayah Fani, Fani lalu segera membantu ayahnya di toko. "Bu, Fani ke toko ya bantu Ayah, sepertinya ada banyak orang yang beli di toko" ucap Fani. "Iya Sayang," ucap Bu Anita. Sampai di toko Fani melihat ayahnya kewalahan melayani pembeli, Fani langsung membantu ayahnya. "Ibu, mau beli apa?" tanya Fani. "Eh...Nak Fani sudah pulang ya, Ibu mau beli gula sekilo sama minyak sekilo," jawab Bu Tuti tetangga Fani. "Saya telur 10 biji ya Nak Fani," sambung Bu Aida. "Iya Bu, tunggu sebentar ya," ucap Fani tersenyum. Fani lalu memberikan pesanan Bu Tuti dan Bu Aida setelah mereka membayarnya, sedangkan Pak Ridwan melayani pembeli yang lain. Fani sangat senang karena toko ayahnya banyak pembelinya. "Ayah apa setiap hari toko kita Ramai seperti ini?" tanya Fani. "Iya Sayang, kalau setiap pagi Alhamdulillah ada saja yang beli, ayah sangat berterima kasih kepada suamimu yang sudah membangun toko ini, kalau hanya mengandalkan uang pensiunan ayah itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, semenjak ada toko ini ayah menjadi ada pekerjaan di rumah tidak membebankan kamu Nak, seperti dulu yang harus bekerja keras untuk keluarga," kata Pak Ridwan. "Ayah tidak perlu berbicara seperti itu, Fani bekerja keras karena sudah menjadi tugas Fani sebagai anak membantu orang tua, Fani sangat menyangyangi Ayah, Ibu dan Aldo," jawab Fani. "Iya Sayang, ayah sangat bahagia memiliki anak seperti Fani,". Fani memeluk ayahnya, lalu pak Ridwan mencium puncak kepala Fani. Ia berharap Fani akan selalu hidup bahagia bersama Dave suaminya. "Ayah, Fani mandi dulu ya," ucap Fani. Pak Ridwan tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu merapikan barang-barang di tokonya, Fani bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuhnya setelah selesai mandi Fani membangunkan Dave yang masih tertidur. "Sayang ayo bangun, sudah siang loh,". Dave terbangun mengusap wajahnya dengan tangan, Dave melihat jam weker kecil di atas meja rias Fani sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Dave lalu turun dari ranjang dan memeluk Fani. "Sayang, kau wangi sekali," ucap Dave. "Tentu saja, aku kan sudah mandi sekarang kau mandi nanti kita sarapan bersama," ucap Fani. "Baiklah," jawab Dave. Dave melangkahkan kakinya ke kamar mandi, Fani membersihkan tempat tidurnya ia melipat selimut dan menyusun bantalnya dengan rapi, Fani juga menyiapkan baju untuk di pakai Dave yang sudah ia bawa kemarin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN