Fani membantu ibunya menyiapkan makanan mengambil piring, sendok, dan gelas lalu ia meletakkannya di atas meja makan. Pak Ridwan dan Aldo sudah duduk di meja makan terlebih dahulu, lalu Fani memanggil Dave untuk sarapan bersama.
"Sayang sudah selesai belum mandinya. Ayo kita sarapan!" panggil Fani.
"Iya Sayang, sebentar lagi!" teriak Dave dari dalam kamar mandi.
Fani menunggu Dave di kamar tidak lama kemudian Dave selesai mandi dan berpakaian, lalu mereka menuju meja makan dan sarapan bersama.
"Bu lihat, kemarin Aldo di kasih uang 100 ribu sama Kak Dave, Banyakkan gak kayak kak Fani selalu memberikan Aldo uang 10 ribu," kata Aldo senang.
Aldo menunjukkan dua lembar uang 50 ribuan kepada Bu Anita, kemarin malam sebelum membantu Pak Ridwan menutup Toko, Dave memberikan uang untuk Aldo jajan di sekolah.
"Anak-anak tidak boleh memegang uang banyak, Aldo tidak boleh boros," kata Fani.
"Ah...bilang aja Kak Fani pelit," sahut Aldo.
Fani memutar kedua bola matanya mendengar kata Aldo, lalu ia memukul pelan kening Aldo.
"Kakak tidak pelit, Kak Fani mau Aldo belajar berhemat,".
"Bu, Kak Fani itu nakal masak kening Aldo di pukul," Aldo merajuk.
"Sudah-sudah kalian ini selalu saja bertengkar, Aldo apa yang di katakan kakakmu itu benar sekarang habiskan makananmu," kata Bu Anita.
Aldo menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai sarapan Dave dan Fani duduk di ruang keluarga bersama Bu Anita. Dave memberanikan diri meminta izin kepada Bu Anita untuk pulang hari ini.
"Bu, nanti sore kami akan pulang ke Rumah," kata Dave.
"Cepat sekali Nak Dave, bagaimana kalau kalian menginap semalam lagi di sini," kata Bu Anita.
"Tidak bisa Bu, besok Fani dan Kak Dave sudah harus kembali bekerja," sahut Fani.
"Iya Bu, lain kali kami akan menginap lagi disini," kata Dave.
Bu Anita menganggukkan kepalanya, wajahnya berubah menjadi sedih. Bu Anita sebenarnya masih berat melepaskan Fani pergi karena ia masih merindukan putrinya.
Fani tahu kalau ibunya merasa sedih ia lalu mendekati ibunya dan memeluknya.
"Ibu jangan sedih, Fani juga masih kangen sama Ibu tapi bagaimana dengan pekerjaan Fani nanti disana kalau Fani tidak pulang,".
"Iya Fani, Ibu mengerti,".
"Fani janji mulai besok Fani akan lebih sering menelepon ibu," ucap Fani.
Mendengar ucapan Fani seketika senyum mengembang di wajah Bu Anita, Fani mencium kedua pipi ibunya.
"Baiklah. Ibu akan membuat kue untuk kalian bawa pulang nanti," ucap Bu Anita.
Bu Anita menyiapkan bahan-bahannya tepung, kacang halus, gula halus dan minyak sayur. Fani lalu membantu ibunya membuat kue kacang sedangkan Dave bermain game bersama Aldo di kamar.
Tanpa terasa Sore hari tiba, Dave dan Fani bersiap-siap untuk pulang. Bu Anita menyusun kue kacang ke dalam tiga buah stoples penuh, sebelum pulang Fani memberikan amplop berwarna coklat kepada ibu dan ayahnya.
"Apa ini Fani?" tanya Pak Ridwan.
"Ini uang gaji Fani untuk Ayah dan Ibu," jawab Fani.
"Tidak Fani, lebih baik kau simpan saja," sahut Bu Anita.
Bu Anita mengembalikan amplop itu ke tangan Fani, Dave melihat Bu Anita menolak pemberian Fani. Dave lalu mengambil amplop itu dan memberikannya lagi kepada Bu Anita.
"Bu terimalah ini hasil kerja keras Fani, Fani sudah menjadi istriku, aku yang akan menanggung semua kebutuhannya, Fani tidak memerlukan uang itu lagi," kata Dave.
Bu Anita menatap Fani, Fani menganggukkan kepalanya meyakinkan ibunya agar mau menerimanya. Bu Anita lalu menerima amplop itu. Tanpa sepengetahuan Fani, Dave sudah menambahkan jumlah uang yang ada di dalam amplop itu menjadi 2 kali lipat lebih banyak dari gaji Fani biasanya.
"Baiklah ibu ambil. Terima kasih ya Nak," kata Bu Anita tersenyum.
"Iya Bu," jawab Dave tersenyum.
Bu Anita menyimpan amplop itu di dalam lemari lalu bergegas ke dapur mengambil tiga stoples kue kacang yang sudah di siapkannya dan memberikannya kepada Fani.
"Fani, bawa kue ini Dua stoples untukmu dan Dave dan satu lagi berikan kepada Nak Reyhan,".
"Iya Bu, nanti sebelum pulang ke rumah kami mampir sebentar ke rumah Reyhan memberikan kue ini,".
"Ya sudah, kalian hati-hati di jalan ya," kata Pak Ridwan.
Fani menjawab dengan anggukkan kepalanya dan mencium punggung tangan ayah dan ibunya lalu di ikuti oleh Dave.
"Ayah, Ibu, Fani pamit pulang ya,".
"Aldo, kakak pulang dulu, jangan nakal ya," pesan Fani.
"Siap kak," jawab Aldo.
Fani melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam Taksi Online yang sudah di pesan Dave setengah jam yang lalu, dalam perjalanan pulang Fani terlihat murung. Dave mengerti kalau Fani masih merindukan keluarganya, Dave membawa Fani ke dalam pelukannya agar membuatnya tenang.
Tanpa terasa Dave dan Fani tiba di Apartemen Reyhan, Dave lalu mengetuk pintu apartemen Reyhan.
"Tok, tok, tok,".
"Assalamualaikum, Reyhan!" panggil Dave.
Reyhan terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ketukan pintu, seharian penuh Reyhan hanya ingin bermalas-malasan di rumah dan tidak ingin ada yang mengganggunya.
"Siapa sih yang datang, mengganggu saja," guman Reyhan kesal.
Dengan berat hati Reyhan melangkahkan kakinya membuka pintu, Reyhan sangat terkejut melihat Dave dan Fani yang datang.
"Ada apa kalian kesini?" tanya Reyhan.
Dave tidak menjawab pertanyaan Reyhan, ia langsung masuk dan duduk di sofa. Reyhan lalu mempersilahkan Fani masuk.
"Dave ada apa, kenapa kau kesini?" tanya Reyhan lagi.
"Kami kesini mau memberikan kue ini untukmu Rey, itu dari ibuku" jawab Fani.
Fani memberikan stoples kue kacang kepada Reyhan, Reyhan lalu menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih Fani," ucap Reyhan.
"Iya sama-sama Rey," sahut Fani.
Reyhan meletakkan kue itu di atas meja dan duduk bersama Dave, Fani melihat seisi apartemen Reyhan yang terlihat berantakan.
Tanpa berpikir Fani langsung merapikan apartemen Reyhan, ia mengambil sepatu Reyhan yang berserakan di lantai dan meletakkannya di Rak sepatu.
"Fani apa yang kau lakukan?" tanya Reyhan.
"Apartemenmu terlihat berantakan Rey, aku hanya sedikit merapikannya," jawab Fani.
"Tidak perlu Fani, biarkan saja seperti ini," kata Reyhan.
"Sayang, percuma saja kau merapikannya paling besok sudah seperti ini lagi," sahut Dave.
Fani tidak menghiraukan perkataan Reyhan dan Dave, Fani kembali merapikan apartemen Reyhan. ia mengambil baju Reyhan yang sudah di Loudry lalu membawanya ke kamar Reyhan di lantai atas. sampai di kamar Reyhan, Fani sangat terkejut melihat kamar Reyhan yang menurutnya seperti kapal pecah, semua bantal dan selimut sudah tidak lagi berada di tempatnya.
"Huh...beginilah bentuk kamar Pria lajang," guman Fani.
Fani meletakkan baju Reyhan di lemari dan mengambil bantal, selimut yang tergeletak di lantai lalu mengembalikannya ke tempat tidur, tanpa sengaja kaki Fani menyentuh sebuah botol di dekat ranjang Reyhan.
"Apa ini," guman Fani.
Fani mengambil botol itu tercium aroma alkohol dari botol itu, Fani merasa yakin kalau botol itu benar-benar bekas minuman beralkohol.
"Reyhan...!" teriak Fani dari dalam kamar.
Dave dan Reyhan berlari ke kamar setelah mendengar teriakkan Fani.
"Fani, ada apa?" tanya Reyhan.
"Sayang, ada apa kenapa kau memanggil Reyhan?" tanya Dave.
"Apa ini?" tanya Fani balik.
Fani menunjukkan sebuah botol di tangannya sambil menatap tajam Reyhan, Reyhan teringat kalau ia sudah minum tadi malam dan lupa membuang botol Wine itu.
"Itu botol Wine," jawab Reyhan gugup.
"Apa kau minum-minuman ini?" tanya Fani menyelidik.
Reyhan menganggukkan kepalanya, ia merasa seperti seorang pencuri yang sudah tertangkap basah. Fani berjalan mendekati Reyhan, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Reyhan membuat Reyhan semakin gugup.
"Kenapa Rey, kenapa kau meminum-minuman itu ha! minuman beralkohol itu di larang dan tidak baik buat kesehatan?" tanya Fani marah.
"Sayang sudahlah, itu hanya sebotol Wine Reyhan hanya meminumnya sedikit," sahut Dave membela Reyhan.
"Sayang, apa kau juga sering meminum-minuman itu?" tanya Fani beralih menatap tajam Dave.
"Tidak Sayang, dulu aku memang pernah minum tapi sekarang tidak lagi," Jawab Dave gugup.
"Iya Fani, tadi malam aku tidak bisa tidur jadi aku meminum Wine itu, tapi aku berjanji tidak akan meminum yang beralkohol lagi," jawab Reyhan.
Fani menghela napasnya melihat Dave dan Reyhan, lalu ia berjalan keluar melewati Dave dan Reyhan untuk membuang botol Wine itu, Fani berhenti sebentar lalu membalikkan tubuhnya.
"Aku tidak akan memaafkan kalian, kalau sampai kalian meminum-minuman itu lagi," Ancam Fani.
Sambil menunjuk wajah Dave dan Reyhan bergantian lalu kembali berjalan ke bawah, Reyhan menghela napasnya dengan kasar setelah Fani pergi meninggalkannya.
"Dave, aku tidak menyangka Fani bisa galak seperti singa betina kalau sedang marah," kata Reyhan terkekeh.
"Kau tahu Rey, kemarin aku hampir saja di terkamnya," jawab Dave.
"Benarkah, memangnya kenapa?" tanya Reyhan ingin tahu.
"Karena aku belum berkata jujur kepada ibunya kalau dulu aku berbohong mengatakan kalau Fani sedang hamil supaya ibunya mengizinkanku menikahinya," jawab Dave.
Reyhan tertawa mendengar kata Dave, Dave memukul lengan Reyhan karena sudah menertawakannya.
"Terus apa yang terjadi, apa Fani sudah menerkammu?" tanya Reyhan penasaran.
"Tentu saja tidak, aku merayu dan membujuk agar ia tidak marah padaku, kalau sampai Fani marah mungkin aku akan berpuasa selama sebulan," jawab Dave.
Reyhan terus tertawa ia tidak bisa menahannya, Dave merasa kesal dengan Reyhan lalu ia pergi meninggalkan Reyhan dan berjalan ke bawah menyusul Fani.
"Sayang, ayo kita pulang!" panggil Dave.
"Iya Sayang," jawab Fani.
Fani berjalan menemui Dave lalu mereka berpamitan kepada Reyhan.
"Rey, kami pulang dulu," kata Dave.
"Iya, sekali lagi Terimakasih Fani, kuenya enak sekali," kata Reyhan tersenyum.
Fani menganggukkan kepalanya, Dave dan Fani lalu pulang menggunakan mobil Reyhan.