Setelah satu jam Dave dan Fani tiba di rumah orang tua Fani, Fani lalu turun dari mobil bersama Dave dan Reyhan.
"Sayang ini Rumah siapa?" tanya Fani
Fani merasa bingung karena Fani tidak tahu kalau rumah ibunya sudah di renovasi dan ada toko sembako di depannya.
Dave tidak menjawab pertanyaan Fani, Dave memegang tangan Fani dan mengajaknya masuk.
"Assalamualaikum,".
"Wa’alaikum salam,".
Aldo membuka pintu dan melihat kakaknya Fani datang, Fani langsung memeluk Aldo dengan erat.
"Aldo!".
"Kakak kangen banget sama Aldo. Ibu sama Ayah mana?" tanya Fani.
"Ada di dalam Kak," jawab Aldo.
Aldo berlari masuk ke dalam menemui ibu dan ayahnya.
"Ibu, Ayah, Kak Fani datang!" teriak Aldo.
"Tidak mungkin kakakmu datang," ucap Bu Anita tidak percaya.
"Iya Bu, Kak Fani datang,".
Aldo menarik tangan ibunya keluar, Bu Anita terkejut saat melihat putrinya datang.
Dave dan Reyhan menyalami Bu Anita, Bu Anita langsung memeluk Fani mereka saling berpelukan melepas rindu.
"Ibu, Ayah, Gimana kabarnya. Sehat?" tanya Fani.
"Iya Ibu dan Ayah baik-baik saja. Ayo masuk ibu panggil ayah sebentar,".
Tidak lama Pak Ridwan ayah Fani datang. Fani langsung mencium punggung tangan ayahnya lalu di ikuti oleh Dave dan Reyhan. Pak Ridwan duduk di sebelah Dave, sementara Fani membantu ibunya membuat teh untuk ayahnya, Dave dan Reyhan.
"Bagaimana pekerjaan Nak Dave?" tanya Pak Ridwan.
"Alhamdulillah lancar Pak," jawab Dave.
"Mulai sekarang jangan panggil Pak, panggil Ayah saja sama seperti Fani karena Nak Dave menantu Ayah,".
Dave menganggukkan kepalanya.
Fani datang sambil membawa teh. Fani meletakkan teh di atas meja lalu duduk di sebelah ayahnya.
"Silakan di minum Nak Dave dan Nak...," kata Pak Ridwan terputus.
Sambil mengingat wajah Reyhan sepertinya ia sudah pernah bertemu Reyhan tetapi Pak Ridwan lupa dimana mereka bertemu.
"Reyhan Pak," sahut Reyhan.
"Ow iya Nak Reyhan. Ayah baru ingat Nak Reyhan di acara pernikahan Dave dan Fani,".
"Iya Pak," jawab Reyhan.
Dave dan Reyhan meminum tehnya, setelah itu Reyhan berniat untuk langsung pulang, Reyhan berpamitan kepada ayah Fani.
"Pak Ridwan, Reyhan Pamit pulang dulu,"
"Kenapa cepat sekali Nak Reyhan. Istirahat dulu sebentar di sini," kata Bu Anita.
Reyhan menganggukkan kepalanya ia merasa tidak enak kepada Bu Anita, Bu Anita lalu meminta Fani mengantarkan Reyhan ke kamar Aldo untuk beristirahat.
"Ayo Rey!" ajak Fani.
Reyhan mengikuti langkah Fani menuju kamar Aldo, sampai di sana Reyhan merebahkan tubuhnya di ranjang Aldo. Fani memberikan Reyhan selimut dan memakaikannya.
"Istirahatlah Rey," kata Fani tersenyum.
Reyhan membalas senyum Fani, setelah itu Fani kembali bersama ayahnya dan Dave.
"Ayah sejak kapan ada toko sembako di depan rumah kita?" tanya Fani.
"Sejak sehari setelah kalian menikah Toko itu di bangun, itu semua dari suamimu Fani bahkan Rumah ini juga di renovasi atas keinginan suamimu katanya ia ingin memberikan kejutan untukmu," jawab Pak Ridwan.
Fani merasa senang ia tidak menyangka Dave begitu perhatian kepada keluarganya.
"Fani ajak suamimu istirahat sana, kalian pasti lelah," perintah Pak Ridwan.
"Iya Ayah," jawab Fani.
Fani mengajak Dave ke kamarnya, kamar Fani tidak terlalu besar hanya ada satu lemari kecil dan meja rias di sebelah tempat tidur sangat jauh berbeda jika di bandingkan dengan kamar Dave. Dave melihat foto Fani semasa sekolah SMA yang terletak di atas meja riasnya.
Dave memegang foto Fani sambil tersenyum, dalam foto itu pipi Fani terlihat sedikit tembam dengan rambut pendek berponi sehingga Fani terlihat sangat imut.
Fani merasa malu karena Dave melihat fotonya, Fani mengambil foto itu dari tangan Dave dan menyembunyikan di balik tubuhnya.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh melihatnya?" tanya Dave.
"Iya tidak boleh," sahut Fani cepat.
Dave tersenyum lalu berjalan mendekati Fani, lalu Fani berjalan mundur ke belakang sampai tubuhnya menyentuh dinding.
"Sayang, kau terlihat sangat imut di dalam Foto itu," ucap Dave di telinga Fani.
Mendengar kata Dave membuat pipi Fani seketika merona merah, Dave lalu mengambil foto Fani kembali.
"Sayang, sini kembalikan!" teriak Fani.
"Tidak mau," sahut Dave.
Dave mengangkat tinggi foto itu, Fani berusaha meraihnya tetapi tangannya tidak sampai. tetapi Fani tidak kehilangan akal, ia naik ke tempat tidur dan melompat ke tubuh Dave. Dave yang tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya terjatuh bersama Fani yang kini berada di atas tubuh Dave.
Dave dan Fani saling bertatapan, tiba-tiba Aldo masuk ke kamar Fani. Aldo melihat kakaknya sedang berpelukan di lantai.
"Kakak sedang apa?" tanya Aldo.
Fani dan Dave terkejut melihat Aldo, dengan cepat Dave dan Fani bangun, seolah-olah tidak terjadi apa pun.
"Aldo, ngapain kesini?" tanya Fani.
"Aldo di suruh ibu memanggil kakak, kata ibu di suruh makan," jawab Aldo.
"Ya, sebentar lagi Kakak kesana,".
Aldo keluar dari kamar Fani, Fani menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Semoga Aldo gak bilang apa-apa sama Ibu," guman Fani.
Dave dan Fani keluar kamar bersama menuju meja makan, Fani juga mengajak Reyhan untuk makan bersama. Bu Anita sudah memasak ayam goreng, sayur asam dan sambal tomat.
"Maaf ya, makanannya seadanya seperti ini," ucap Bu Anita.
"Iya Bu, tidak apa-apa ini sudah cukup," kata Dave dan Reyhan bersamaan.
Fani lalu mengambilkan nasi untuk Dave dan Reyhan, sementara Bu Anita mengambilkan nasi untuk Aldo dan Pak Ridwan. Fani diam-diam mengambil sambal lalu dimasukkan ke dalam piring Aldo.
"Ayo dimakan!" Ajak Pak Ridwan.
Semua makan dalam keadaan diam tapi tiba-tiba Aldo berteriak.
"Bu, makanan Aldo kok pedas!" teriak Aldo.
"Kok bisa, ibu tadi tidak mengambil sambal," ucap Bu Anita bingung.
Fani tertawa melihat Aldo yang kepedasan, melihat kakaknya tertawa Aldo tahu kalau itu pasti ulah kakaknya.
"Bu, kak Fani itu yang masukan sambal di makanan Aldo," ucap Aldo merajuk.
"Fani, kau ini sudah menikah masih saja suka menjahili adikmu,".
"Aldo, sini Ibu ganti makanannya dengan yang baru," ucap Bu Anita.
Setelah makan malam Reyhan pamit pulang kepada Pak Ridwan dan Bu Anita.
"Pak, Bu, Reyhan pamit pulang dulu,".
"Iya, Nak Reyhan hati-hati di jalan ya," kata Pak Ridwan.
Reyhan menganggukkan kepalanya, Fani mengantarkan Reyhan ke depan rumah bersama Dave.
"Rey, hati-hati ya di jalan," kata Dave.
Saat Reyhan akan melangkahkan kakinya, Fani menahannya Fani teringat Reyhan yang tidak memakai jaket.
"Rey, dimana jaketmu?" tanya Fani.
"Sepertinya tertinggal di kamar Aldo," jawab Reyhan.
Fani berlari mengambil jaket Reyhan di kamar Aldo lalu memberikannya kepada Reyhan, Reyhan memegang jaket itu.
"Kenapa tidak di pakai Rey?" tanya Fani.
"Tidak. Nanti saja," jawab Reyhan.
Fani mengambil jaket Reyhan dan memakaikan jaketnya, Reyhan merasa terkejut dengan apa yang di lakukan Fani, Reyhan terus menatap Fani yang saat ini begitu dekat dengannya bahkan ia bisa merasakan hembusan napasnya.
"Ini lebih baik. Sebentar lagi malam angin di luar pasti sangat dingin," ucap Fani.
Setelah memakaikan jaket Reyhan. Dave merasa cemburu melihat tatapan Reyhan yang berbeda kepada Fani.
"Terimakasih Fani. Aku pulang dulu," ucap Reyhan.
Fani menganggukkan kepalanya, saat mobil Reyhan menjauh Dave dan Fani melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.