Fani merasa malu dengan perkataan Dave kepada ibunya, Fani lalu mencubit pinggang Dave.
"Aww!" Dave berteriak.
Dave meringis kesakitan sambil memegang pinggangnya.
"Fani kenapa kau mencubitku?" tanya Dave.
"Itu hukumanmu karena berbicara tidak sopan," jawab Fani.
Dave menggaruk Kepalanya yang tidak gatal.
"Memangnya ada yang salah dengan ucapanku," guman Dave berpikir.
Dave memeluk Fani kembali, Fani berusaha melepaskan pelukan Dave. Fani berlari bersembunyi di bawah selimut, Dave tersenyum menyeringai lalu menggelitik tubuh Fani dari luar selimut.
"Ha, ha, ha, ha, hentikan Dave geli!" Fani tertawa.
"Itu hukumanmu karena bersembunyi dariku," kata Dave tersenyum.
Fani tidak bisa menahannya lalu membuka selimutnya, dengan cepat Dave menyerang Fani dan kali ini tidak ada yang akan mengganggunya lagi. Fani berada di bawah tindihan Dave, Fani tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Dave menghujani ciuman di wajah Fani, ciuman itu terus turun ke bawah. Fani mendesah menikmati sentuhan Dave, kini Dave dan Fani menikmati indahnya penyatuan cinta.
*************
Seperti biasa Setiap pagi Fani terbangun, ia mandi dan Shalat subuh terlebih dahulu sebelum turun ke dapur. Fani membantu Bi Imah membuat sarapan, Bu Desy turun dari tangga melihat Fani yang tengah sibuk, lalu ia datang menghampirinya.
"Duh, rajinnya menantu mama," Bu Desy bergurau.
"Eh, Mama silakan duduk Ma sebentar lagi sarapannya selesainya.
"Iya sayang, Fani kemana Dave apa Dia belum bangun?" tanya Bu Desy.
"Belum Ma, biasanya sebentar lagi Fani akan membangunkan Kak Dave," jawab Fani.
Setelah selesai membuat sarapan Fani pamit kepada Bu Desy untuk membangunkan Dave.
"Ma, Fani ke kamar dulu ya,".
Bu Desy hanya menganggukkan kepalanya, Bu Desy memandang Fani yang sedang menaiki tangga. ia merasa bahagia memiliki menantu seperti Fani yang tidak hanya cantik tapi juga baik, sopan, rajin dan bisa mengurus Dave dengan baik.
Pak Bambang yang baru saja selesai lari pagi menghampiri istrinya yang sedang melamun.
"Mama, kenapa kok diam saja?" tanya pak Bambang.
"Eh, papa sejak kapan papa di sini bikin mama kaget saja," jawab Bu Desy.
"Sejak tadi papa di sini mama aja yang melamun, sekarang papa mau mandi dulu,".
Bu Desy hanya diam saja, ia lalu mengambil gelas untuk membuat s**u. sedangkan Fani berusaha membangunkan Dave, Fani menggoyangkan tubuh Dave dengan kuat.
"Dave ayo bangun, kenapa kau ini susah sekali untuk bangun," kata Fani kesal.
"Iya ya, aku bangun,".
Dave mengusap wajahnya dengan bantal dan membuka selimutnya.
"Mulai besok aku akan membangunkanmu setiap pagi jam 05.00, kita akan Shalat shubuh bersama," ucap Fani.
"Apa!" teriak Dave.
"Fani, mana bisa aku bangun sepagi itu,".
"Aku akan membuatmu terbiasa bangun pagi Dave,".
"Oke, oke aku akan bangun pagi setiap hari asalkan tiap malam kau memberikan aku itu,".
Dave menunjuk dua gunung kembar milik Fani, Fani membulatkan bola matanya lalu memukul kening Dave pelan.
"Dasar m***m," kata Fani.
Dave tersenyum melihat Fani, Fani pergi menyiapkan pakaian Dave dan bersiap untuk bekerja. Dave pergi ke kamar mandi dan memakai baju yang sudah di siapkan Fani, lalu bersiap ke kantor.
Dave dan Fani kemudian sarapan bersama Pak Bambang dan Bu Desy.
"Dave, setelah sarapan mama dan papa mau pulang kamu jaga Fani baik-baik dan cepat berikan mama cucu," kata Bu Desy.
Fani tersenyum malu mendengar ucapan Bu Desy, Fani berharap ia akan segera hamil sesuai keinginan ayah dan ibu mertuanya.
"Iya Ma, mama sama papa nanti Hati-hati di jalan ya, Dave dan Fani pamit berangkat ke kantor dulu,".
Dave menyalami ayah dan ibunya lalu di ikuti oleh Fani, Bu Desy memeluk Fani dengan erat.
"Fani kalau capek kamu tidak usah bekerja lagi biar Dave saja yang bekerja," pesan Bu Desy.
"Iya Ma, Fani senang kok bekerja daripada di rumah Fani kesepian hanya menunggu Kak Dave pulang dari kantor,".
Bu Desy tersenyum lalu memeluk Fani kembali, Fani membalas memeluk Bu Desy, Bu Desy sangat menyayangi Fani.
Dave dan Fani masuk ke dalam Mobil, Fani membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya kepada Bu Desy dan Pak Bambang. Dave yang sedang menyetir melirik Fani sesekali.
"Fani, kenapa di depan mama tadi kau memanggilku kakak?" tanya Dave.
"Memangnya kenapa apa kau tidak suka aku memanggilmu dengan sebutan kakak, Dave?" tanya Fani balik.
"Bukannya aku gak suka, tapi apa tidak ada panggilan yang lain?" tanya Dave.
Dave berharap Fani akan memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Em, apa ya," jawab Fani berpikir.
"Bagaimana dengan sebutan Mas saja?".
"Tidak, aku tidak mau!" sahut Dave cepat.
Fani merasa bingung memikirkan panggilan apa untuk Dave, Fani memegang kepalanya sambil terus berpikir.
"Bagaimana kalau Abang saja?".
"Terserah kau saja Fani,".
Dalam hati Dave merasa kesal karena Fani masih juga belum mengerti kalau ia ingin di panggil dengan panggilan sayang.
Fani menahan tawanya melihat wajah Dave yang kesal, sebenarnya Fani tahu kalau Dave ingin di panggil dengan panggilan sayang hanya saja Fani berpura-pura tidak tahu.
Tidak berapa lama Dave dan Fani tiba di kantor Fani, Fani mencium tangan Dave lalu turun dari mobil.
"Hati-hati di jalan ya, suamiku," kata Fani.
Fani tersenyum melambaikan tangannya, Dave membalas lambaian tangan Fani, Dave tersenyum mendengar Fani memanggilnya dengan sebutan suamiku.
"Bagus juga, suamiku," guman Dave terkekeh.
Dave menjalankan lagi mobilnya menuju kantornya, dalam perjalanan Dave terjebak macet. Dave menghubungi Reyhan untuk menggantikannya memimpin rapat hari ini sampai ia datang.
Setelah Dave meneleponnya, Reyhan langsung memimpin rapat pagi ini, semua kepala pegawai dari seluruh Divisi sudah berkumpul di ruang rapat.
"Hari ini saya yang akan memimpin rapat sampai Pak Dave, Presdir SC Group tiba," kata Reyhan.
Kepada semua kepala pegawai dari seluruh Divisi, Reyhan mulai memeriksa semua berkas-berkas yang di berikan kepala pegawai dan menyimaknya satu persatu. Setelah 20 menit rapat berlangsung Dave tiba di kantornya, ia segera menuju ruang rapat. semua kepala pegawai menunduk setelah melihat Dave datang.
"Dave, akhirnya kau sampai juga,".
"Iya Rey, bagaimana hasil rapatnya?" tanya Dave.
Reyhan memberikan beberapa berkas yang menurutnya ada kejanggalan, Dave memeriksa salah satu berkas ia menemukan ada kecurangan di dalam berkas dari bagian keuangan. Dave segera memanggil kepala pegawai dari bagian keuangan, kepala pegawai keuangan merasa ketakutan mendengar namanya di panggil lalu ia datang menemui Dave.
"Siapa yang membuat laporan ini, Ha?" tanya Dave marah.
Kedua kaki kepala bagian keuangan bergetar melihat amarah Dave, ia terus menundukkan kepalanya.
"Siapa, jawab aku!" bentak Dave.
"Di... Dia adalah salah satu karyawan bawahan saya Pak," jawab kepala bagian keuangan terbata-bata.
"Panggil dia, cepat panggil dia!" teriak Dave.
Kepala pegawai keuangan berlari keluar memanggil karyawan yang membuat laporan, karyawan itu lalu datang menemui Dave kedua tangannya memegang ujung bajunya menahan rasa takutnya kepada Dave.
"Kau tahu apa kesalahanmu?" tanya Dave.
Karyawan itu menggelengkan kepalanya, Dave lalu melempar berkas laporan ke wajah karyawan itu.
"Lihat itu, kau pikir aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan ha!" bentak Dave.
Karyawan itu melihat bukti laporan yang asli, ia sudah tidak bisa mengelak lagi kalau ia memang sudah memanipulasi data keuangan untuk keuntungan pribadinya.
"Maafkan saya pak, saya berjanji tidak akan melakukannya lagi," kata Karyawan itu memohon.
Dave tidak menghiraukan permintaan maafnya, Dave menarik tangan karyawan itu dan menyeretnya keluar. semua karyawan lain yang melihat merasa ketakutan, mereka berkumpul melihat siapa karyawan yang sudah membuat Presdir marah.
"Dengar kalian semua, aku tidak mau ada penghianat dalam bentuk apa pun di kantorku kalau ada yang berani macam-macam kalian akan bernasib sama dengan karyawan ini!" kata Dave berteriak.
Dave menunjuk wajah karyawan itu yang terus menangis menyesali perbuatannya, semua karyawan dan karyawati merasa takut melihat Dave.
Dave sangat membenci Pengkhianatan ia tidak akan segan-segan menghancurkan siapa pun yang sudah menghianatinya, bahkan dulu Dave yang sangat mencintai Laura berubah menjadi membenci Laura setelah dia menghianati Dave, bahkan Dave tidak mau melihat dan menyebut nama wanita itu lagi.