Fani yang sudah menyelesaikan pekerjaannya ingin datang menemui Siska, saat Fani berjalan ke ruangan Siska. Fani melihat seorang wanita yang sedang menangis di luar dekat kantornya, Fani berjalan mendekati wanita itu ia merasa penasaran kenapa wanita itu menangis. Wanita itu bersama temanya yang sedang berusaha memenangkannya.
"Sudahlah jangan menangis lagi," kata teman wanita itu.
"Aku benar-benar tidak menyangka dia tega melakukan semua ini, padahal selama ini dia selalu bersikap baik padaku, aku pikir dia mencintaiku,".
Wanita itu memeluk temannya sambil terus menangis.
"Kenapa kau bisa berpikir kalau dia mencintaimu, apa dia pernah mengatakannya kalau ia mencintaimu?" tanya teman wanita itu.
Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Jika seorang pria bersikap baik kepada wanita bukan berarti dia mencintai wanita itu, sudahlah lebih baik kau lupakan saja dia," kata teman wanita itu.
Fani mendengar percakapan mereka ikut merasa sedih, akhirnya Fani tidak jadi pergi ke ruang kerja Siska, Fani lebih memilih kembali ke ruangannya, Fani teringat dengan percakapan dua wanita itu.
Awalnya Fani dan Dave menikah tanpa cinta, tapi selama ini Dave sudah menjadi suami yang baik dan selalu bersikap lembut kepadanya.
"Apakah Dave sudah jatuh cinta padaku tapi jika benar kenapa Dave tidak pernah mengatakan kalau ia mencintaiku, apa itu berarti tandanya Dave tidak mencintaiku," guman hati Fani.
Fani duduk sambil memegang pulpen di tangannya ia mencoret coret kertas kosong, hati Fani merasa gelisah Fani takut kalau Dave benar tidak mencintainya karena Fani sudah mencintai Dave.
"Tut,tut,tut," bunyi ponsel Fani.
"Halo, Assamu’alaikum,".
"Wa'alaikum salam,".
"Fani, nanti Reyhan yang akan menjemputmu pulang aku ada sedikit pekerjaan," kata Dave.
"Baiklah," jawab Fani pelan.
Fani langsung menutup teleponnya. Dave merasa ada yang aneh dengan suara Fani tidak seperti biasanya. Dave akan bertanya langsung nanti di Rumah, lalu Dave memanggil Reyhan.
"Rey, nanti sore jemput Fani pulang ya karena aku tidak bisa menjemputnya hari ini," kata Dave.
"Memangnya ada apa Dave sampai kau tidak sempat menjemput istrimu?" tanya Reyhan.
"Aku harus ke rumah papa sebentar meminta tanda tangannya ada beberapa berkas yang harus meminta persetujuannya," jawab Dave.
Reyhan menganggukkan kepalanya mengerti alasan Dave.
Sore hari tiba Reyhan bersiap menjemput Fani, Reyhan menunggu Fani di luar kantor. Tidak berapa lama Fani keluar bersama Siska. Siska melihat jam di pergelangan tangannya, menunggu Taksi Online yang ia pesan belum datang juga.
"Ayo Sis, pulang bareng aja sama aku dari pada menunggu taksi lama datangnya!" ajak Fani.
"Tapi Fani, bagaimana dengan suamimu?" tanya Siska ragu.
"Tenang aja Sis, hari ini aku di jemput sama Reyhan bukan suamiku,".
"Siapa Reyhan itu?" tanya Siska lagi.
"Sudahlah nanti aku kenalkan,".
Fani menarik lengan Siska menuju mobil Reyhan, Fani memperkenalkan Reyhan dengan Siska.
"Reyhan, ini Siska teman kerja dan Sahabatku dan Siska ini Reyhan Asisten sekaligus sahabat suamiku," kata Fani.
Reyhan dan Siska saling bersalaman sambil tersenyum canggung, Fani mengajak Siska masuk ke dalam mobil dan meminta Reyhan mengantarkan Siska terlebih dahulu.
Dalam perjalanan Fani dan Siska saling bercanda mereka tertawa bersama, diam-diam Reyhan memperhatikan Fani. Menurut Reyhan Fani terlihat semakin manis jika tertawa, tanpa terasa mereka tiba di rumah Siska.
"Makasih ya Fani, hati-hati di jalan," kata siska.
Siska turun dari mobil dan melambaikan tangannya, lalu Reyhan melajukan mobilnya kembali menuju rumah Dave, untuk sesaat Fani lupa akan kegelisahan hatinya karena ada Siska. tetapi setelah pulang dari rumah Siska, Fani menjadi diam saja.
Fani kembali memikirkan perasaan Dave apakah ia mencintainya atau tidak. Reyhan melihat wajah Fani yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, lalu Reyhan memberanikan diri bertanya kepada Fani.
"Nona kenapa diam saja, apa ada yang mengganggu pikiran nona?" tanya Reyhan.
"Tidak ada apa-apa, oh ya Reyhan menurutmu apa Dave mencintaiku?" tanya Fani.
"Tentu saja, kenapa Nona bertanya seperti itu?" tanya Reyhan balik.
"Sudah aku bilang jangan panggil aku nona Rey, panggil Fani saja," jawab Fani.
"Maaf Fani, aku lupa," ucap Reyhan tersenyum.
"Ya sudah tidak apa-apa, nanti bangunkan aku kalau kita sudah sampai,".
Fani memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu di ponselnya, Reyhan merasa bingung kenapa tiba-tiba Fani bertanya apa Dave mencintainya atau tidak. Sampai di rumah Dave, Reyhan lalu membangunkan Fani, Reyhan menggoyangkan pelan tangan Fani.
"Fani, kita sudah sampai," kata Reyhan.
Fani membuka matanya yang masih mengantuk.
"Makasih ya Rey,".
Fani keluar dari mobil dan berjalan sambil memegang kepalanya, ia masih belum bisa membuka matanya dengan sempurna, Fani tidak melihat ada sebuah batu di depannya lalu ia tersandung dan hampir terjatuh.
Dengan cepat Reyhan berlari dan menangkap tubuh Fani, Reyhan dan Fani saling berpelukan dan bertatapan. jantung Reyhan berdetak lebih cepat saat melihat Fani lebih dekat, Fani dengan cepat melepaskan pelukan Reyhan.
"Terimakasih Rey, kalau kau tidak menangkapku mungkin aku sudah terjatuh," kata Fani.
Reyhan menganggukkan kepalanya lalu pergi kembali ke mobil menuju kantor Dave, Fani masuk ke dalam rumah setelah melihat mobil Reyhan tidak terlihat lagi.
Sampai di kantor Reyhan melanjutkan pekerjaannya, tapi kali ini Reyhan tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Ia teringat kejadian saat ia memeluk Fani, wajah Fani selalu terbayang di benaknya.
"Sial, ada apa denganku," guman Reyhan kesal.
Reyhan mengusap wajahnya dengan kasar, Dave yang sudah kembali dari rumah ayahnya datang menemui Reyhan. Dave melihat wajah Reyhan yang kesal.
"Ada apa Rey, sepertinya kau sedang kesal apa sudah terjadi sesuatu?" tanya Dave.
"Tidak, tidak terjadi apa-apa Dave," jawab Reyhan gugup.
"Ya sudah kalau begitu ayo kita pulang, besok kita lanjutkan lagi," ucap Dave.
Reyhan menjawab dengan anggukkan kepalanya, Dave dan Reyhan pulang mengendarai mobilnya masing-masing.
Sampai di rumah Dave mencari Fani di dalam kamar tetapi ia tidak menemukannya, Dave lalu mencari Bi Imah di dapur dan menanyakan dimana Fani.
"Bi, dimana Fani apa Bibi melihatnya?" tanya Dave.
"Non Fani ada di taman belakang Tuan sedang menyiram tanaman," jawab Bi Imah.
Dave segera pergi ke taman belakang, Ia melihat Fani yang tengah asyik menyiram tanaman. Dave berjalan perlahan dan memeluk Fani dari belakang, Fani memegang tangan Dave yang berada di atas perutnya.
"Dave kau sudah pulang, sana mandi dulu,".
"Tidak mau," sahut Dave.
Dave masih terus memeluk Fani, Fani melepaskan pelukan Dave. Fani berusaha menjauh dari Dave, Ia tidak ingin terlalu berharap kalau Dave mencintainya.
"Dave mandi dulu sana, kau bau keringat,".
"Baiklah, aku mandi dulu nanti malam kita makan malam diluar,".
Dave mencium pipi Fani sekilas lalu pergi. Fani memegang dadanya menahan tangisnya. sebenarnya ia merasa sakit jika harus menjauh dari Dave tapi Fani harus melakukannya, Fani takut rasa cintanya semakin dalam.