episode 10

1081 Kata
Malam hari Dave bersiap mengajak Fani makan malam, Fani berpura-pura sakit ia sengaja memakai jaket dan selimut tebal. "Fani, kau kenapa?" tanya Dave. "Gak tahu ini Dave, tiba-tiba kepalaku pusing dan kedinginan sepertinya aku tidak enak badan," jawab Fani. Dave mendekati Fani dan memegang keningnya, Dave merasa aneh karena kening Fani tidak panas. Fani menutup matanya ia takut Dave tahu kalau ia hanya berpura-pura sakit, Dave mencium kening Fani dengan lembut. "Fani ada apa sebenarnya, tadi siang saat di telepon kenapa suaramu berbeda bahkan sekarang kau tidak memanggilku dengan panggilan sayang lagi?" tanya Dave. Fani terdiam ia bingung bagaimana menjelaskan tentang perasaannya saat ini apa ia harus jujur atau tidak kepada Dave kalau ia mencintai Dave, tetapi Fani takut mengetahui kenyataan kalau Dave tidak mencintainya. "Tidak ada apa-apa Dave, aku hanya belum terbiasa memanggilmu dengan panggilan suamiku," jawab Fani beralasan. "Ya sudah kalau begitu makan malamnya di tunda saja, Em. Sekarang kau mau makan apa biar aku belikan?" tanya Dave. "Tidak perlu Dave, aku makan masakan Bi Imah saja," jawab Fani. Dave menganggukkan kepalanya, lalu pergi meminta Bi Imah mengantarkan makanan ke kamar, Dave masuk ke ruang kerjanya untuk membaca buku. Fani menghabiskan makanannya setelah itu ia tertidur, sedangkan Dave ketiduran di sofa ruang kerjanya dengan buku yang menutupi wajahnya. Pagi hari Fani terbangun dan ia tidak menemukan Dave ada di sampingnya. "Dimana Dave apa dia sudah bangun," guman Fani. Fani turun ke bawah mencari Dave tetapi ia tidak menemukan Dave dimanapun, Fani merasa bingung tiba-tiba Fani teringat ruang kerja Dave. Fani segera berlari mencari Dave di ruang kerjanya, dan benar saja Fani melihat Dave tertidur di sofa. Fani ingin membangunkan Dave tetapi saat di hadapan Dave, Fani mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar untuk bersiap ke kantor. Fani menuliskan sebuah surat untuk Dave, ia meletakkan surat itu di atas meja riasnya, setelah itu Fani berpamitan dengan Bi Imah. "Bi, Fani pergi ke kantor dulu ya,". "Iya Non," jawab Bi Imah. Fani pergi menggunakan Taksi Online yang ia pesan, sedangkan Dave terbangun setelah buku yang menutupi wajahnya terjatuh, Dave melihat jam di ruang kerjanya sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. "Astaga, aku sudah ketiduran disini sejak tadi malam," guman Dave. Dave kembali ke kamarnya, Dave merasa bingung karena tidak ada Fani di dalam kamar. Saat Dave ingin turun menemui Bi Imah tanpa sengaja tangan Dave menyentuh surat yang di tulis Fani terjatuh di lantai, Dave mengambil surat itu dan membaca isi surat itu. "Dave, Maafkan aku pergi ke kantor tanpa pamit kepadamu, aku tidak ingin mengganggu tidurmu. karena pagi ini aku harus pergi ke Perusahaan SC Group untuk mengambil berkas yang sudah di tanda tangani Presdir SC Group kemarin,". Dave meremas surat itu lalu bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kantornya menyusul Fani kesana, sampai di kantor Dave berlari menuju ruangannya. tetapi ia tidak menemukan Fani disana, Dave lalu pergi ke ruangan kerja Reyhan. "Rey, apa Fani tadi datang kesini?" tanya Dave. "Aku tidak tahu Dave, aku tadi bertemu dengan klien dan baru kembali ke kantor," jawab Reyhan. Dave duduk di sofa bersama Reyhan, Dave mengambil ponselnya dan menelepon sekretarisnya. "Halo, ada apa Pak?" tanya sekretaris. "Apa tadi ada ibu Fani datang ke kantor?" tanya Dave balik. "Iya Pak, Ibu Fani tadi meminta berkas yang kemarin sudah Bapak tandatangani," jawab sekretaris itu. "Kenapa kau memberikannya, kenapa tidak menunggu aku datang!" bentak Dave. "Maaf Pak saya tidak tahu, saya pikir...". Belum sempat sekretaris itu menjawab Dave sudah mematikan teleponnya, Dave mengacak-acak rambutnya karena kesal. Reyhan yang berada di samping Dave curiga ada sesuatu yang terjadi antara Dave dan Fani. "Ada apa Dave, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Reyhan. "Fani, sepertinya dia menjauhiku, dari kemarin sikapnya berbeda tidak seperti biasanya bahkan dia tidak memanggilku dengan panggilan sayang lagi" kata Dave lirih. "Apakah kau mencintai Fani, Dave?" tanya Reyhan. "Tentu saja Rey, aku mulai menyukainya saat ia mau menikah denganku dan aku mencintainya karena sikapnya yang lembut dan tulus," jawab Dave. Reyhan yang mulai menaruh hati kepada Fani merasa sedih mendengar perkataan Dave, sebenarnya Reyhan berharap Dave tidak mencintai Fani dan akan berpisah dengan Fani suatu hari nanti agar Reyhan bisa memiliki Fani. Reyhan hanya diam saja tidak menanggapi perkataan Dave, Dave lalu menyentuh bahu Reyhan. "Rey, kenapa kau diam saja?". "Aku tidak apa-apa Dave," Reyhan tersenyum. Reyhan berusaha menutupi perasaannya agar Dave tidak mengetahui yang sebenarnya. "Apa kau sudah pernah mengatakan kepada Fani kalau kau mencintainya Dave?". "Belum Rey, tapi dari semua perlakuanku kepada Fani sudah cukup menjelaskan kalau aku mencintainya,". Reyhan tertawa mendengar alasan Dave, Dave merasa bingung kenapa Reyhan tertawa. "Dave, wanita itu berbeda dengan pria, wanita itu membutuhkan ungkapan cinta kalau kau tidak mengatakannya Fani tidak akan pernah yakin kalau kau mencintainya," kata Reyhan. "Benarkah seperti itu Rey?" tanya Dave tidak percaya. Reyhan menganggukkan kepalanya, Reyhan berniat membantu Dave meskipun ia menyukai Fani tetapi Reyhan tidak akan merebut Fani dari Dave. "Dave, kau jangan khawatir aku akan membuat makan malam romantis di sebuah Cafe untukmu dan Fani kau bisa mengungkapkan cintamu kepada Fani di sana," kata Reyhan. Dave tersenyum senang sambil memeluk Reyhan. "Rey Makasih ya, kau memang sahabatku yang terbaik,". "Tentu saja, memangnya kau punya sahabat siapa lagi selain aku," kata Reyhan terkekeh. Dave dan Reyhan akhirnya tertawa bersama. ****** Sore hari Fani pulang ke rumah, Fani berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Bi Imah datang ke kamar untuk mengambil pakaian kotor. "Eh, Non Fani sudah pulang?" tanya Bi Imah. "Iya Bi, baru saja aku pulang," jawab Fani tersenyum. Bi Imah teringat tadi siang ada yang mengirim paket untuk Fani, Bi Imah lalu mengambil sebuah Paper bag di lemari. "Non, ini ada sesuatu untuk Non Fani,". "Apa ini Bi?" tanya Fani. "Gak tahu Non, tadi kurirnya bilang untuk nona Fani," jawab Bi Imah. "Ya sudah, Makasih ya Bi,". "Iya Non, Bibi kembali ke belakang dulu,". Fani membuka isi Paper bag itu, ternyata isi Paper bag itu adalah sebuah gaun berwarna putih yang sangat indah. Fani sangat senang melihat gaun itu, Fani mengambil sebuah kertas yang ada di dalam Paper bag dan membacanya. "Apa kau menyukainya?". "Aku ingin kau memakainya nanti malam," Dari Dave. Fani memeluk gaun itu dan menciumnya, Fani sangat bahagia karena gaun itu dari Dave. Fani segera mandi dan bersiap, ia tidak sabar untuk bertemu Dave. Fani memakai gaun itu, gaun itu terlihat sangat pas di tubuhnya. Fani merias wajahnya dengan make up natural tidak berlebihan, Fani terlihat sangat cantik. Fani membentuk rambutnya ke atas sehingga terlihat lebih elegan, dan memakai sepatu high heels berwarna putih kemudian ia membawa tas kecil yang senada dengan gaunnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN