Tidak lama kemudian Dave dan Fani tiba di rumah, Fani langsung menuju kamar merebahkan tubuhnya di ranjang yang menurutnya sangat nyaman.
Sementara itu Dave pergi ke dapur untuk menemui Bi Imah, Bi Imah yang sedang memasak merasa kaget saat melihat Dave sudah berada di Rumah.
"Eh...Tuan sudah pulang," sapa Bi Imah.
"Iya Bi, baru saja sampai, Bibi masak apa?" tanya Dave.
"Bibi cuma masak ayam goreng dan tumis kangkung Tuan, karena bahan makanan sudah habis di kulkas," jawab Bi Imah.
Dave terdiam, ia berencana untuk mengajak Fani besok berbelanja bahan makanan.
"Ya sudah Bi, besok saya dan Fani akan berbelanja bahan makanan Bibi catat apa saja yang harus di beli," kata Dave.
Bi Imah menganggukkan kepalanya dan melanjutkan kembali memasaknya, Dave lalu melangkahkan kakinya ke kamar menemui Fani. sampai di kamar Dave melihat Fani yang sedang tertidur, dan berniat membangunkannya, Dave mengelus tangan Fani dengan lembut .
"Sayang bangun, sudah mau magrib loh gak boleh tidur,".
Fani terbangun berusaha membuka matanya sambil menggaruk rambutnya yang acak-acak kan, Fani lalu duduk di tepi ranjang dan melihat jam yang masih melekat di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Dave tersenyum melihat Fani, ia masih terlihat cantik bahkan saat ia bangun tidur.
"Sayang kenapa kau tersenyum? “tanya Fani dengan suara khas bangun tidur.
"Tidak, tidak ada apa-apa kau terlihat semakin cantik saat bangun tidur," jawab Dave terkekeh.
Fani merasa Dave sedang meledeknya ia melempar Dave dengan bantal yang ada di sampingnya.
"Jangan meledekku,".
Dengan cepat Dave menangkap bantal itu, Dave lalu mendekati Fani dan duduk di sebelahnya, Dave menyelipkan rambut Fani yang menutupi wajahnya ke belakang telinganya.
"Tidak Sayang, aku tidak meledekmu kau memang benar-benar cantik bahkan saat bangun tidur," kata Dave.
Seketika pipi Fani merona merah, ia lalu beranjak pergi meninggalkan Dave menuju kamar mandi.
"Sayang mau kemana?" tanya Dave.
"Mandi," jawab Fani tanpa menoleh melihat Dave.
Dave menunggu Fani yang sedang mandi sambil memainkan ponselnya, Dave mendapatkan pesan baru di emailnya. Dave lalu membuka email itu, email itu berisi tawaran kerja sama dengan Perusahaan AF Group salah satu perusahaan terbesar di Singapura. Dave merasa senang mendapatkan tawaran kerja sama itu, Dave berpikir ia bisa mengembangkan perusahaannya menjadi lebih besar lagi jika bekerja sama dengan perusahaan AF Group.
Selesai Mandi dan berpakaian Fani melihat Dave tersenyum sambil melihat ponselnya, Fani curiga kalau Dave sedang chat dengan wanita lain, Fani mendekati Dave lalu merebut ponselnya.
"Sayang, apa yang kau lakukan dengan ponselku?" tanya Dave bingung.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin melihat kau sedang chat dengan wanita lain atau tidak," jawab Fani.
Dave tertawa mendengar kata Fani, Dave merasa senang melihat Fani yang merasa cemburu. Dave lalu mengambil ponselnya dari tangan Fani dan memperlihatkan isi ponselnya.
"Lihat ini tidak ada chat dari wanita lain. Sayang kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Dave.
"Habisnya kau tersenyum sambil melihat ponselmu, aku mengira kau sedang chat dengan wanita lain," kata Fani sambil mengerucutkan bibirnya.
"Sayang, aku tersenyum karena aku merasa senang mendapatkan tawaran kerja sama dengan Perusahaan AF Group, salah satu Perusahaan terbesar di Singapura," kata Dave menjelaskan.
Fani merasa malu karena sudah salah paham dengan Dave, Dave mengelus puncak kepala Fani dan mengecup pipinya sekilas.
"Sudah, jangan pikir yang macam-macam," ucap Dave.
Dave lalu beranjak pergi ke kamar mandi, Dave berhenti sebentar lalu membalikkan tubuhnya menghadap Fani.
"Sayang, tunggu aku mandi sebentar, kita Shalat magrib bersama setelah itu makan malam," kata Dave.
Fani menganggukkan kepalanya menuruti perintah suaminya, Fani duduk di tepi ranjang menunggu Dave, Fani memukul keningnya pelan merutuki ke bodohkannya.
"Fani, Fani kenapa kau tadi bisa berpikir seperti itu," guman Fani pada dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian Dave selesai mandi ia keluar dengan memakai celana boxer pendek sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Fani menelan salivanya melihat Dave yang begitu menggoda. Dave tanpa memakai baju berjalan mendekati Fani yang sejak tadi melihatnya, Fani segera mengalihkan pandangannya saat Dave mendekatinya berpura-pura tidak memperhatikan Dave.
Dave duduk di sebelah Fani, ia memegang wajah Fani dengan kedua tangannya dan langsung melahap bibir Fani dengan lembut dan dalam Fani juga tidak kalah membalas ciuman Dave. Ia mengalungkan tangannya ke leher Dave, Dave merebahkan Fani ke tempat tidur membuka sedikit baju Fani dan menikmati leher jenjang Fani. Fani mendongakkan kepalanya ke atas agar Dave lebih leluasa melakukannya.
Bi Imah yang baru saja menerima telepon rumah dari orang tua Dave bergegas menemui Dave untuk menyampaikan pesan dari ibu Desy, sampai di depan kamar Dave, Bi Imah lalu mengetuk pintu.
"Tok,tok,tok,".
Tetapi tidak ada jawaban.
"Apa Tuan Dave sedang tidur ya, Ah...tidak mungkin ini kan sudah magrib mana mungkin Tuan Dave tidur," guman Bi Imah.
Bi Imah melihat pintu kamar yang tidak terkunci Bi Imah lalu memberanikan diri masuk ke kamar Dave, Bi Imah sangat terkejut saat masuk dan melihat majikannya sedang bermesraan. Dave dan Fani tersadar dengan kehadiran Bi Imah, Dave segera melepaskan ciumannya dan Fani merapikan bajunya. Bi Imah segera meminta maaf karena kelancangannya.
"Maaf Tuan, Bibi sudah mengganggu," kata Bi Imah.
Dengan cepat ia keluar dan menutup pintu kamar Dave, Bi Imah segera turun ke bawah dan menyiapkan makan malam.
Fani merasa malu karena Bi Imah melihatnya bermesraan dengan Dave.
"Sayang bagaimana ini, Bi Imah lihat kita tadi," kata Fani malu.
"Sudah biarkan saja kita hanya berciuman tidak ngapa-ngapain, ayo kita bersiap Shalat magrib dulu!" ajak Dave.
Dave mengambil bajunya di lemari dan mengambil Air wudhu lalu di ikuti oleh Fani, Dave memakai sarung dan pecinya sementara itu Fani memakai mukenanya mereka lalu Shalat magrib bersama.
Selesai Shalat Fani mencium punggung tangan Dave dan Dave mencium kening Fani, Fani melipat mukena juga sajadahnya dan menyimpannya di lemari. mereka lalu beranjak turun ke bawah untuk makan malam.
Dave dan Fani makan malam bersama, Bi Imah kemudian memberikan catatan bahan makanan yang akan di beli kepada Dave dan menyampaikan pesan ibu Desy.
"Tuan Dave, tadi nyonya besar menelepon katanya lusa nanti Tuan Dave dan Nona Fani di suruh ke Rumah nyonya besar," kata Bi Imah.
"Benarkah Bi?" tanya Dave.
"Iya Tuan, tadi nyonya besar berkata seperti itu," jawab Bi Imah.
"Tapi kenapa mama tidak menelepon ke ponselku saja," guman Dave.
Dave lalu mengambil ponselnya di kamar, Bola mata Dave membulat saat melihat 10 panggilan tak terjawab dari ibunya.
"Kenapa Sayang?" Tanya Fani.
"Ternyata mama sejak tadi menghubungiku tapi aku tidak tahu," jawab Dave.
Dave memperlihatkan 10 panggilan tak terjawab dari Bu Desy kepada Fani.
"Ya sudah, nanti telepon mama lagi aja Sayang," ucap Fani.
Dave menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makan malamnya sampai selesai. seperti biasa Fani membantu Bi Imah membersihkan meja makan setelah makan malam, sedangkan Dave duduk di ruang keluarga sambil menelepon ibunya.
"Tut, tut, tut,"
Tidak lama kemudian Bu Desy menjawab telepon Dave.
"Halo Dave, kau kemana saja tadi mama sudah menghubungimu berulang kali tapi kau tidak menjawabnya?" tanya Bu Desy sambil mengomel.
"Maaf Ma, tadi Dave sibuk sampai lupa meletakkan ponsel Dave tadi dimana," jawab Dave.
"Sibuk apa, mama tahu itu cuma alasanmu saja mama tadi sudah menyampaikan pesan kepada Bi Imah, apa Bi Imah sudah memberitahukanmu?" tanya Bu Desy.
"Sudah Ma, tadi Bi Imah sudah menyampaikan pesan mama," jawab Dave.
"Mama tidak mau tahu kau dan Fani harus datang kalau tidak mama akan marah," ancam Bu Desy.
"Iya Ma, Dave dan Fani pasti akan datang,".
"Ya sudah mama tutup dulu teleponnya salam mama untuk Fani,".
"Ya Ma," jawab Dave.
Bu Desy lalu mematikan teleponnya, Dave menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sikap mamanya yang tidak pernah berubah selalu memaksa kehendaknya. sebelum menikah Dave memang sudah tinggal sendiri, ia tidak tinggal bersama orang tuanya karena sikap Bu Desy yang selalu memaksa Dave menuruti semua keinginannya meskipun begitu Dave tahu kalau mamanya sangat menyayanginya.
"Sayang, kau kenapa?" tanya Fani sambil duduk di sebelah Dave.
"Biasa mama memaksa kita. Lusa kita harus datang ke Rumah mama," jawab Dave.
Fani menganggukkan kepalanya, Fani melihat kertas yang di berikan Bi Imah kepada Dave lalu Fani membaca daftar belanja bahan makanan itu.
"Sayang, besok kita akan berbelanja bahan makanan," kata Dave saat melihat Fani membaca daftar itu.
"Benarkah, besok pagi ya Sayang. Kita belanjanya!" ajak Fani.
"Iya Sayang," jawab Dave.
Fani sangat senang bisa berbelanja di pasar, biasanya dulu sebelum menikah setiap minggu Fani selalu berbelanja bersama ibunya di pasar.
Dave menyalakan TV nya dan menonton TV bersama Fani sambil memakan kue kacang buatan Bu Anita, Fani memegang stoples kue kacang itu dan menyandarkan kepalanya di bahu Dave.