Bab 3. Masih di tuduh mandul

1488 Kata
Satu minggu telah berlalu, pulang kantor Zeelia mampir ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes kesuburannya. “Maaf Bu Zeelia, saya harus mengatakan ini.” Dokter Maya memulai obrolannya. “A-ada apa Dok?” Jawab Zeelia gugup dia takut akan hasil tes kesuburan dirinya dan suaminya satu minggu yang lalu. “Maaf, Anda tidak bisa hamil, karena..” Dokter Maya menggantung ucapannya karena merasa tidak enak hati pada pasiennya. “Karena rahim saya tidak subur Dok?” Tanya Zeelia dengan suara parau dan mata berkaca- kaca. “Bukan Anda Bu Zeelia tapi suami Anda, bibit suami Anda tidak bagus dan ini cukup sulit untuk di atasi jadi maaf.” Jelas Dokter Maya Zeelia membungkam mulutnya dia sungguh tidak percaya dengan hasil tes itu. Dan air matanya mengalir deras di pipinya. “Suami saya?” Tanyanya yang masih tidak percaya. Dokter Maya mengangguk. “Ya, Pak Raka mandul.” “Mandul?” Kaget Zeelia. Dokter Maya mengangguk lagi dengan wajah yang ikut sedih melihat pasiennya bersedih. “Apa Dokter yakin? Mungkin ada kesalahan Dok?” Tanya Zeelia, tapi Dokter Maya menggelengkan kepalanya. “Kami sudah mengujinya beberapa kali Bu, jadi saya sangat yakin dan ini belum ada obatnya.” Jawab dokter Maya lagi. Zeelia hanya bisa pasrah dan akhirnya dia mengambil hasil tes kesuburannya dan menyembunyikan hasil tes kesuburan itu di dalam tasnya lalu dia pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Zeelia di sambut suami dan kedua mertuanya yang sedang berbincang di ruang keluarga. “Yah, Bu baru datang?” Tanya Zeelia dengan senyum ramah sambil mencium tangan kedua mertuanya dan suaminya. “Dari tadi, kamu ini ke mana saja jam segini baru pulang? Mau jadi istri durhaka kamu dengan tidak mengurus suami? Mandul saja sok-sokan sibuk sibuk kerja.” Kata Siska, Ibu mertua Zeelia begitu ketus dan pedas. Zeelia menggenggam kuat tas jinjingnya untuk menahan amarahnya yang selalu di tuduh mandul sama mertuanya. Tidak tahu saja mereka jika anaknya yang mandul bukan aku. “Kalau mau aku buka sekarang ayo saja, tapi aku tidak tega dengan mas Raka.” Katanya dalam hati. “Zeelia lembur Bu, ada pekerjaan yang belum selesai tadi jadi pulangnya agak lama. Mas Raka sudah makan malam apa belum?” Tanya Zeelia pada suaminya yang sedari tadi hanya diam saja ketika Ibunya menghina dirinya. “Mau makam apa kalau kamu saja baru pulang.” Jawab Raka ketus dan itu membuat Zeelia tersenyum kecut. Zeelia berpamitan pada semua orang lalu pergi ke kamar untuk mandi dan berberes kamar sebentar. Sesampainya di kamar Zeelia menyembunyikan hasil tesnya tadi di dalam lemari di bawa tumpukan bajunya. “Semoga mas Raka tidak tahu isi hasil tes yang baru aku ini selamanya. Kalau sampai tahu dia akan merasa kecewa pada dirinya sendiri.” Gumam Zeelia lirih dengan air mata yang menetes lagi. Zeelia tidak bisa melihat suaminya sedih dan merasa gagal jadi seorang suami karena kondisinya yang tidak bisa memberikan keturunan pada keluarga kecilnya. Walaupun hampir satu tahun ini suaminya mulai berubah jadi cuek padanya. Zeelia lebih memilih menyembunyikan kebenaran itu sendiri. Dia tidak masalah jika harus mendengarkan penghinaan dari orang lain apalagi mertuanya. Yang terpenting suaminya tidak merasa tersakiti dengan kenyataan itu. Setelah bersih dan rapi, Zeelia turun ke dapur lalu masak untuk makan malam bersama suami dan kedua mertuanya. Setelah selesai memasak semua menu makan malamnya. Zeelia mengajak suami dan kedua mertuanya untuk makan malam. Di tengah-tengah makan malam, Zeelia hampir saja tersedak makanannya ketika mendengar omongan mertuanya. “Ka, sebaiknya kamu menikah lagi saja dan cari wanita yang bisa kasih kamu anak.” Celetuk Siska dengan santainya tanpa peduli keberadaan Zeelia di sana. Zeelia langsung menelan bulat-bulat makanan yang baru masuk dalam mulutnya karena kaget sama omongan Ibu mertuanya. Dengan cepat dia menyambar gelas di depannya dan meminum air putih itu sampai tandas. “Zel, kamu tadi sudah mengambil hasil tes kita di Dokter kandungan?” Tanya Raka pada istrinya, dia tidak menanggapi omongan Ibunya dan malah membahas perihal tes kesuburan pada Zeelia. “I-iya sudah mas.” Jawab Zeelia sedikit gugup. “Bagaimana dengan hasilnya?” Tanya Raka lagi. Seketika semua mata yang berada di meja makan menatap Zeelia. Suasana jadi tegang menunggu jawaban darinya. “H-hasilnya bagus mas, Dokter bilang mungkin kita kecapekkan karena sama-sama kerja.” Zeelia terbata karena gugup di tatap intens oleh suami dan kedua mertuanya. “Kenapa kamu gugup? Jangan-jangan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kamu katakan?” Tanya Siska dengan tatapan tajamnya. “Ti-tidak Bu, itu kata Dokter.” Bohong Zeelia kemudian menundukkan kepalanya. “Jangan bohong kamu Zel, jawab jujur kamu mandul kan?” Tanya Siska mengintimidasi, sontak saja Zeelia mengangkat wajahnya dengan mata berkaca-kaca. “Zeelia sudah jujur kok Bu.” Jawab Zeelia dengan suara parau. Ada rasa tidak tega saat istrinya di pojokkan terus-terus sama Ibunya, tapi dia juga menginginkan anak sekarang. Melihat teman-temannya yang baru menikah sudah punya anak semuanya. Apa lagi Ibunya semakin menuntut agar dia segera punya anak. “Sudah Bu, kita lanjutkan makannya lagi.” Lerai Raka kemudian mereka pun kembali makan malam dalam hening. Zeelia jadi tidak berselera lagi untuk makan. Pikirannya begitu kalut, dia selalu di tuduh mandul oleh mertuanya. Sedangkan akhir-akhir ini suaminya juga menuntut anak darinya dan sudah tidak pernah membelanya lagi saat di hina Ibunya. Hati Zeelia semakin tak karuan rasanya seperti di remas saat mengetahui kenyataan pahit itu. Setelah selesai makan malam, kedua mertuanya pamit pulang karena hari juga masih 21.00. “Ibu pulang dulu Raka, pikirkan apa yang Ibu sarankan tadi agar kamu bisa memiliki anak.” Kata Siska yang membuat Raka menghembuskan nafas beratnya. “Jangan lupa transfer uang Ibu Zel.” Siska mengingatkan Zeelia ketika mencium punggung tangannya. Tak ada kata yang keluar dari bibir Zeelia dia hanya mengangguk saja. “Huft.. masalah uang saja bicaranya halus banget. Giliran yang lain pedasnya ngalahin cabe sekilo.” Gerutunya dalam hati yang mulai ingin berontak. Setelah kepergian kedua mertuanya Zeelia dan Raka segera masuk ke dalam kamarnya untuk segera beristirahat. “Mas!” Panggil Zeelia memeluk tubuh Raka dari belakang, tapi Raka melepaskan tangan Zeelia yang memeluknya. Kali ini Zeelia benar-benar merasa kehilangan sosok suami yang penuh perhatian, pengertian dan yang mencintainya. Sekarang Zeelia sedang butuh tempat untuk dia bersandar. Dia tidak bisa mengatakan kebenaran yang akan menyakiti hati suaminya. Tapi kenapa suaminya malah menjauh dari dirinya. “Aku lelah Zel, kita istirahat saja.” Kata Raka kemudian naik ke atas ranjang lalu membungkus tubuhnya dengan selimut. Zeelia pun melakukan hal yang sama, dia juga ingin segera beristirahat agar otak dan hatinya tenang sejenak. ***** Pagi harinya, Zeelia terbangun dan dia sudah tidak mendapati suaminya di sampingnya. Zeelia mencoba mencarinya di penjuru rumah tapi tidak ada. Bahkan dia tidak melihat tas kerjanya yang berada di atas meja kerja suaminya. Zeelia berlari ke garasi dan benar saja mobilnya juga tidak ada di sana. “Apa mas Raka sudah berangkat kerja, terus kenapa mas Raka tidak membangunkanku?” Gumam Zeelia lirih. Dengan langkah yang tidak bersemangat dia menuju dapur untuk masak sarapan untuk dirinya sendiri. “Nak Zee, pak Raka tadi pesan ada pekerjaan mendadak. Tadi perginya bareng sama Mbok datang ke rumah makanya Pak Raka titip pesan untuk di sampaikan pada nak Zeelia.” Kata Mbok Sar yang baru masuk dapur. Zeelia mengernyitkan keningnya saat mendengar omongan mbok Sar. Mbok Sar ini bertugas membersihkan rumah Zeelia saat pagi saja lalu pulang bareng Zeelia berangkat kerja. “Mbok Sar tadi ketemu suami saya?” Tanya Zeelia menghentikan gerakannya yang sedang memotong seafood. “Iya nak, tadi pas Mbok datang Pak Raka terburu-buru keluar rumah dan mengatakan pesan itu pada Mbok.” Kata Mbok Sar sambil membantu Zeelia memotong bumbu. Zeelia hanya mengangguk saja, dia heran dengan tingkah suaminya yang semakin aneh setiap harinya. Mana ada panggilan kerja pagi – pagi seperti ini, pikirnya. TING! Ada pesan masuk di ponsel Zeelia. Mas Raka: Sayang maaf, tadi mas terburu-buru jadi tidak sempat membangunkanmu dan berpamitan. Mas lupa kalau pagi ini mas dinas luar selama satu minggu. “Ternyata mas Raka sedang dinas luar makanya berangkat pagi-pagi. Maaf mas aku sempat berpikiran buruk tentangmu.” Gumam Zeelia. ***** Sedangkan di sebuah kost, Raka sendang tersenyum bahagia. “Astaga! Aku gak nyangkah bakal punya anak sayang. Terima kasih sayang, terima kasih!” Kata Raka dengan mata berkaca-kaca. “Terus kapan mas Raka akan menikahiku?” Tanya Hanin dengan wajah yang di buat sedih. “Secepatnya sayang, mas janji akan menikahimu secepatnya. Mas akan mengajakmu bertemu Ibu dan Ayah terlebih dahulu. Sabar ya sayang.” Kata Raka sambil menciumi perut Hanin karena bahagia. Hanin mengangguk mendengar janji yang di katakan oleh Raka. Raka memeluk Hanin erat dengan hati yang bahagia. Hanin juga memperlihatkan tersenyum bahagianya. “Ya sudah kita harus bersiap berangkat ke kerja. Nanti kita sarapan di luar saja.” Ajak Raka penuh perhatian. Inilah yang Hanin suka dari Raka dia sangat menyayanginya dan memanjakan dirinya. Bahkan royalnya Raka membuat Hanin ingin mendapatkan hati Raka. Dia pikir Raka cukup mapan dan tentu itu nanti bisa menjamin kehidupannya di masa depan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN