Jangan Seperti Ini

1992 Kata
Drt Drt Drt Getaran ponsel dari atas nakas membangunkan Shelina dari tidurnya. Dalam keadaan setengah sadar Shelina meraih ponsel yang ada di atas nakas. “Hallo.” “Sayang kamu masih tidur? Mas di depan bukain pintunya!” Shelina terkejut saat mendengar Yudi mengatakan ia ada di depan. “Kenapa mas datang sepagi ini. Bukannya semalam kata mas mau jemput pukul sembilan ya?” “Astaga sayang. Sekarang sudah pukul sembilan. Mas juga sudah jamuran nungguin kamu untuk membuka pintu. Dari tadi mas ketok-ketok tidak ada jawaban. Itu sebabnya Mas telpon kamu” “Ya ampun. Maaf mas aku segera kedepan." Shelina melirik jam yang ada di dinding kamarnya. Ternyata benar waktu telah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit. Shelina langsung berlari ke luar kamar, menuju pintu depan. Shelina masih belum sadar kalau ia masih menggunakan tank top, dengan celana training selutut. Untuk mengurangi wajah kusut bangun tidurnya. Shelina mengusap-usap wajahnya, dan menggulung rambutnya asal. Shelina membuka pintu, dan tersenyum kepada Yudi. Dug dug Jantung Yudi berpacu sangat cepat saat melihat penampilan Shelina saat ini. Rambut di gulung asal, dan wajah polos tanpa make-up. Yudi tidak mampu berkedip sedikitpun melihat penampilan Shelina pagi ini. “Mas. Kenapa?” Shelina menjentikkan jarinya di depan wajah Yudi. “Kamu cantik hari ini.” “ Ihhhh. Mas ada-ada saja. Masuk mas!” Shelina membuka pintu lebar-lebar untuk menghindari gosip dari tetangga. Yudi membuka sepatunya, dan mengikuti Shelina untuk masuk kedalam rumah. “ Shel. Apa maksud loe menyambut gue dengan pakaian minim seperti ini. Loe ingin menggoda gue.” Pekik Yudi didalam hati. Tatapan Yudi tidak pernah lepas dari tubuh Shelina. Tubuh yang terlihat sangat menggoda, dengan paha mulus, dan d**a yang sedikit berisi. Tank top berwarna pink muda, sangat kontras dengan kulit Shelina yang putih bersih tanpa cela. “Silahkan duduk mas. Mas mau minum apa?” “ Terserah kamu saja sayang. Apapun yang kamu berikan pasti akan mas minum.” “ Mulai deh gombalnya. Ya udah aku bikinin teh hangat ya.” Yudi mengangguk mengiyakan tawaran Shelina. Tatapannya tidak pernah lepas dari Shelina. Sampai gadis itu hilang dibalik pintu dapur. Yudi memperhatikan sekeliling ruangan. Ia melihat ada beberapa bingkai foto yang tergantung di dinding ruangan tersebut. Setiap bingkai yang ada, selalu berisi foto dua orang gadis .Yudi bisa memastikan kalau itu adalah Shelina ,dan Sandara. Saat Yudi menatap Sandara, entah mengapa amarah nya langsung muncul. “Sandara, bersiaplah. Setelah Shelina giliran loe.” Monolog Yudi di dalam hatinya. Sebelum Shelina mengantarkan Teh untuk Yudi. Ia berniat untuk sedikit memperbaiki penampilan. Shelina terkejut saat melihat penampilan nya pada sebuah kaca, yang terletak di antara dinding dapur dan ruang setrika. “Astaga. Pakaian gue.” Pekik Shelina dalam hati. Ia meraih sebuah baju kaos yang tergantung di ruang setrika. Kaos yang telah selesai di gosok, namun belum sempat ia bawa kekamar, karena semalaman ia sibuk memikirkan Sandara. “ Ini mas teh nya.” Shelina meletakkan satu gelas teh panas di atas meja kecil yang ada hadapan Yudi. “Terimakasih sayang. Oh ya, Kamu kok sendiri?" “ Sandara belum pulang dari kemarin mas. “ Shelina duduk di sebelah Yudi . Karena di ruangan yang tidak terlalu besar itu, Hanya terdapat satu buah Sofa panjang. Dan sebuah meja kecil. “Sandara jadi izin pulang kampung nya?” “Aku nggak tau mas, Kemarin waktu mau pulang aku jemput keruanganya, katanya dia mau lembur mas. Tapi sampai sekarang dia belum juga kembali. Aku sangat mengkhawatirkan Sandara.” Shelina menatap lurus kedepan. “ Kamu sudah mencoba untuk menghubungi dia?” Shelina menggelengkan kepalanya pelan. “Ponselnya tidak aktif dari kemarin sore. Hiks hiks . Dia ada dimana mas?” Shelina mulai terisak. Ia sangat menghawatirkan sahabatnya itu. Sahabat yang sangat berarti untuk nya. “ Mas akan cari tau dimana Sandara berada.” Yudi membawa Shelina ke dalam pelukannya. “Kamu tenang ya. Sandara pasti baik-baik saja. Mungkin setelah dari kantor dia langsung pulang ke kampung. Mungkin ponsel nya mati kehabisan daya.” Yudi mengusap lembut punggung Shelina. “Shel.” “mmmm.” “Aku sangat mencintai kamu.” Shelina mengadahkan kepalanya untuk menatap wajah Yudi. “Aku juga.” Mmmppp Yudi mencium bibir Shelina lembut. Mata Shelina membola, Ia terkejut Yudi tiba-tiba mencim bibir nya. Perlahan Shelina menutup mata, dan menikmati ciuman mereka. Semakin lama ciuman mereka semakin panas. Nafas Shelina semakin memburu, ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin ia lepaskan. Yudi mengalungkan kedua tangan Shelina kelehernya. Dengan bebas Yudi mengangkat ujung kaos yang di pake Shelina. Dalam satu tarikan kaos itu telah terlepas dari tubuh Shelina, bersamaan dengan terlepasnya ciuman mereka. Nafas Shelina semakin memburu, dan kepala nya terasa panas. Yudi sudah mulai kehilangan akal sehat. Ia berfikir untuk melakukan nya sekarang. Karena sesuatu di bawah sana sudah meminta agar segera di puaskan. Walaupun tadi malam ia telah di puaskan oleh seorang wanita bayaran di Club. Yudi memeluk tubuh Shelina, Ia mencium leher putih yang dari tadi telah menggodanya. Shelina merasakan tubuhnya meminta lebih. Saat merasakan sentuhan Yudi di punggung nya. Shelina mengigit bibir bawahnya untuk menahan sesuatu yang akan keluar dari bibirnya. Tangan Yudi mulai masuk kedalam tang top yang di gunakan Shelina. Ia mulai meraba punggung Shelina,untuk mencari pengait yang mengikat dua gundukan yang telah menggoda nya dari tadi. Setelah membuka pengait tersebut. Yudi menarik ujung tang top Shelina. Cepat Shelina menghentikan tangan Yudi. “Mas. Jangan seperti ini.” Shelina menggeleng pelan. Mata Shelina mulai berkaca-kaca. “Kalau mas benar mencintai aku. Mas pasti akan menjaga ku, sampai aku halal bagi mu.” Air mata yang dari tadi di tahan Shelina akhirnya keluar. Melihat Shelina menangis Yudi merasakan ada ribuan benda tajam yang menghantam dadanya. “Maaf.” Yudi membawa Shelina kembali kedalam pelukannya. Tubuh Shelina bergetar. Akhirnya ia menumpahkan semuanya di dalam pelukan Yudi. “Kenapa hati gue sakit melihat loe seperti ini Shel. Setiap gue melihat air mata loe jatuh rasanya seperti ada ribuan pisau yang menghantam d**a gue. Apakah gue telah termakan kata-kata gue sendiri.” Monolog Yudi di dalam hatinya. “Apakah benar mas mencintai aku?” Yudi mematung mendengar pertanyaan Shelina. Pertanyaan Shelina seperti berputar-putar di dalam benaknya. “Gue tidak mengerti dengan perasaan gue sendiri.” Monolog Yudi di dalam hatinya. Yudi mengurai pelukannya. Ia menangkup kedua pipi Shelina. “Kamu lihat mas baik-baik. Mas sangat mencintai kamu Shelina. Shelina Agatha menikah lah dengan ku.” Shelina memeluk Yudi dengan erat. Iya mengangguk pelan di dalam pelukan Yudi. “Sekarang kamu bersiap. Kita akan segera berangkat ke Solo.” Shelina mengangguk. Tapi ia tetap memeluk Yudi dengan sangat erat. “Ayo sayang. Kalau begini terus kapan kita berangkat nya? Mmh” “Aku malu mas.” Yudi mengernyitkan dahinya. “Malu. Malu kenapa?” “Itu.Mm. Ini pengait nya sudah mas lepas.” Shelina kembali menggigit bibir bawahnya. “Maaf.” Yudi membuka jaket yang Ia pakai. Dengan Shelina yang masih memeluk nya. Sebuah tangan menarik Shelina dari dalam pelukan Yudi. Plak Satu tamparan mendarat tepat di pipi mulus Shelina. “SANDARA.” Yudi berteriak kepada Sandara. Ia mendorong tubuh Sandara untuk menjauhi Shelina sebelum Sandara kembali menampar Shelina. “Sayang kamu tidak apa-apa?” Yudi memakaikan jaketnya kepada Shelina. Yudi bisa melihat dengan jelas bekas tamparan Sandara di pipi Shelina. “Dar. Hik Hiks gue salah apa sama Loe?” Shelina tidak mampu menahan tangisnya lagi. Rasa sakit di pipinya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan di dalam hati. Yudi memeluk Shelina untuk sedikit memberikan ketenangan. “Salah? Loe bilang salah apa? Loe nggak sadar apa yang loe lakuin bersama pria b******k itu disini!” Sandara menunjuk Yudi menggunakan tangan kirinya. “Sejak kapan loe menjual tubuh loe kepada pria b******k ini Huhh.” “Tutup mulut mu SANDARA!” Yudi berdiri untuk menghampiri Sandara. Cepat Shelina menarik kembali tangan Yudi. Shelina menatap Yudi dengan tatapan memohon. Shelina menggelengkan kepalanya pelan meminta Yudi untuk tidak memperkeruh keadaan. “Loe salah Dar. Gue-----“ “Ya loe benar. Gue salah, Gue memang salah menilai loe . Loe tidak menjual tubuh loe. Tapi loe memberikan nya secara gratis kepada pria b******k ini kan. Loe lebih rendah daripada seorang jalang Shel. Gue nggak mau melihat wajah loe lagi. Sekarang loe pilih, gue atau loe yang akan pergi dari sini” Tangis Shelina semakin pecah mendengar perkataan Sandara. Hatinya sakit saat sahabatnya sendiri menghinanya. Walaupun ini semua bukan sepenuhnya salah Sandara. Posisi Yudi yang sedang membuka jaket, dan Shelina yang sedang memeluk Yudi dengan penampilan acak-acakan. Wajar membuat Sandara salah paham. Tapi setidaknya Sandara meminta penjelasan kepada Shelina. “Tidak ada yang harus memilih.” Yudi membantu Shelina berdiri. Shelina tidak mampu menghentikan tangisannya. “Gue akan membawa Shelina pergi dari sini.” “Ta ta tapi mas.” “Ssstttt sudah, kamu harus mendengarkan mas satu kali saja.” Yudi menuntun Shelina menuju pintu keluar. Sebelum melangkahkan kakinya keluar Yudi menghentikan langkahnya sejenak. “ Sandara saya harap kamu pikirkan lagi kata-kata mu itu. Jangan sampai kamu menyesal suatu hari nanti. Oh ya . Kalau memang kamu adalah sahabat nya Shelina pasti kamu tahu bagaimana Shelina. Saya permisi." Yudi membawa Shelina meninggalkan Sandara yang sedang berdiri mematung. Tatapan lurus kedepan dengan tatapan kosong. Yudi membukakan pintu mobil untuk Shelina. “Masuklah sayang.” “Mas.” “Biarkan Sandara sendiri dulu. Agar dia bisa berpikir dengan jernih. Kalau dia menganggap kamu sahabat, dia pasti akan mencari mu. Ok.” Yudi mengusap pipi Shelina lembut. Yudi menyalakan mesin mobil, dan mulai menjalankan mobilnya perlahan keluar dari halaman kosan Shelina. Sebelum keluar dari gerbang. Shelina meminta Yudi untuk menghentikan mobilnya. “Mas tunggu dulu.” “Kenapa sayang?” “Koper ku masih didalam kamar mas. Semua keperluan selama di Solo ada disana, termasuk beberapa file untuk kunjungan. Mmmhhh ponsel ku juga tertinggal di atas ranjang. Izinkan aku kembali untuk mengambilnya sebentar ya mas.” “Kamu tunggu disini biar mas yang kesana untuk mengambil nya.” Yudi segera membuka sabuk pengamannya. Ia langsung turun dari mobil. Dengan setengah berlari Yudi kembali kedalam kosan Shelina. Langkah Yudi langsung terhenti. Mendengar suara kaca yang jatuh kelantai. Ia bisa melihat dengan jelas, Sandara melempar semua bingkai fotonya dengan Shelina ke lantai. Sandara terlihat Sangat buruk, dan kacau. “ARRRGHHH. b******k LOE YUDI. LOE SUDAH MELANGGAR JANJI LOE UNTUK TIDAK MENYENTUH SHELINA. TAPI APA KENYATAAN NYA LOE MALAH MENIDURI NYA b******k!” Sandara berteriak sekeras yang ia mampu. Semua barang yang ada di ruang tamu tersebut tidak ada lagi yang berbentuk. “Dulu orang tua loe membuat gue batal menikah dengan mas Eka. Dan sekarang loe kembali menggagalkan pernikahan gue. GUE BAHKAN RELA BERSANDIWARA DEMI MENJAGA LOE. GUE telah menyusun rencana bahagia untuk kita berdua. Tapi semuanya loe hancurkan dalam sekejap. Loe biarkan SI b******k ITU MENODAI LOE.” Sandara menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia memukul-mukul dadanya sendiri. Perlahan tubuh Sandara meluncurkan kebawah. Dan terduduk di lantai. Sandara memeluk kakinya. Ia menangis dengan nyaring. “Hiks. Hiks loe tega sama gue Shel. Apakah setelah ini gue juga akan gagal menjadi istri seorang Eka putra.” Yudi terkejut mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Sandara. “Apa sebenarnya yang loe rencanakan untuk Shelina.” Monolog Yudi di dalam hatinya. Tangannya mengepal erat, ingin rasanya ia memecahkan kepala Sandara sekarang juga. Setelah lelah berteriak, dan menangis. Sandara berdiri, ia masuk kedalam kamar. Dan langsung masuk kedalam kamar mandi. Melihat Sandara sudah masuk kedalam kamar mandi. Yudi masuk kedalam kamar Shelina. Cepat Yudi mengangkat koper yang terletak di dekat ranjang Shelina. Tidak lupa ia menyambar ponsel Shelina yang tergeletak di atas ranjang. Yudi segera berlari keluar kamar tersebut. Sebelum Sandara keluar dari kamar mandi, yang letaknya didalam kamar mereka. Yudi menghembuskan nafas lega, saat ia telah sampai didekat mobilnya. Yudi segera memasukkan koper Shelina kedalam bagasi. Saat Yudi Masuk kedalam mobil. Rahang nya mengeras,melihat Shelina tertidur didalam mobil dengan mata sedikit bengkak. Bekas tamparan Sandara tadi masih terlihat dengan jelas. Yudi mengambil ponselnya untuk menghubungi Rendi. Ia ingin memundurkan jadwal kunjungan. Setidaknya sampai keadaan Shelina stabil. “Ren, loe bantu gue untuk mengatur ulang jadwal kunjungan kita ya.” “Tapi Yud. Tim sudah on the way ke Solo.” Rendi terdengar sedikit kesal dengan permintaan Yudi. “Gue dan Shelina nggak bisa berangkat sekarang. Ada sedikit masalah antara Shelina, dan Sandara.” “Masalah apa?” “Nanti gue ceritain. Sekarang loe pindahin jadwal kunjungan menjadi besok. Gue nggak mau tau bagaimana caranya. Shelina lebih penting dari kada kunjungan itu buat gue. Dan untuk tim yang sudah berada di jalan, loe suruh terus saja. Besok gue sama Shelina menyusul. Setelah semua beres loe temui gue di apartemen. Satu lagi loe cari tau siapa itu Eka Putra.” “Tapi---“ Yudi memutuskan panggilannya dengan Rendi. “Gue akan mencari tau semua apa yang loe sembunyikan Sandara." Gumam Yudi pelan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN