Teka Teki

2013 Kata
Sesuai ekspektasi Shelina. Mereka sampai di kosan sebelum Adzan Maghrib berkumandang. Di teras kosan terlihat Sandara, dan Rendi sedang duduk-duduk. Mereka terlihat sesekali tertawa, Entah apa yang mereka bahas. Yang pasti itu adalah hal yang sangat lucu. “Akhirnya aku bisa melihat mu bisa tertawa lepas seperti itu dengan seorang pria. Aku harap kamu juga bangkit seperti ku.” Batin Shelina. “Sayang.” Yudi memegang pundak Shelina. “Kok malah melamun. Ayo turun kita sudah sampai.” “Maaf mas. Aku tidak melamun. Aku dari tadi memperhatikan Sandara, dan mas Rendi. Aku sudah lama tidak pernah melihat Sandara tertawa selepas itu dengan seorang pria.” “Kita doa kan saja, semoga mereka berjodoh. Ayo.” Yudi menggenggam tangan Shelina. Mereka berjalan beriringan kedalam kosan. “ Akhirnya kalian datang juga.” “Maaf mas. Tadi jalanan lumayan macet. Jadi baru nyampe. Padahal tadi di rumah mas Yudi Cuma sebentar. Oh ya sudah pada makan belum?” Shelina mengambil bahan makanan dari tangan Yudi. Melihat kedatangan Yudi, Sandara langsung berwajah masam. “Sudah Shel. Tadi gue di ajak mampir makan sama mas Rendi. Itu loe bawa apa?” Sandara menunjuk beberapa kantong plastik yang di bawa Yudi,dan Shelina. “Oh. Ini bahan makanan. Tadi gue takut loe belum makan. Jadi gue mutusin untuk membeli bahan makanan. Sebab persediaan kita mulai banyak yang kosong.” “Ya ampun Shel. Nggak mungkinlah Saya cuma memberi Sandara makan angin doang.” Rendi menggelengkan kepalanya. “Ya sudah. Kalau begitu mas langsung balik dulu ya.Yud,loe mau bareng apa nggak?” Rendi berdiri dari duduknya. Sandara mengikuti Rendi dari belakang untuk mengantarkan Rendi ke mobilnya. “Mas juga langsung balik ya sayang. Kamu nggak usah masak, Nanti mas delivery makanan untuk kamu sama Sandara.” “Mas nggak jadi makan disini?” “Nggak. Mas langsung balik saja. Nggak enak sama Sandara. Mas bisa merasakan, kalau Sandara tudak menyukai mas.” “Itu hanya perasaan mas saja.” Shelina berusaha menenangkan perasaan Yudi. Karena Shelina sendiri juga bisa merasakan, Sandara tidak menyukainya Yudi. “Semoga saja.” Yudi melangkah ke mobilnya. Shelina mengikuti langkah Yudi, untuk mengantarkan Yudi. “Shel. Setelah ini kamu istirahat ya. Kamu harus fit saat kunjungan nanti.” “Baik mas. Mas hati-hati ya.” Shelina melambaikan tangannya untuk melepaskan kepergian Yudi. “Yuk masuk Dar.” Shelina meraih tangan sahabatnya itu, dan menggandengnya masuk kedalam kamar mereka.” “Dar. Gue boleh minta tolong nggak?” Shelina meletakkan belanjaannya di atas meja kamar mereka. “Minta tolong apa?” Sandara mendekati Shelina. “Bantuin gue masukin belanjaan ini kedalam kulkas kita. Gue gerah mau mandi.” “Ya udah sini.” Sandara meraih beberapa plastik yang di bawa Shelina tadi. Shelina mengambil handuk,dan baju tidur yang akan ia pakai saat selesai mandi nanti. Sedangkan Sandara mulai menata beberapa bahan makanan kedalam kulkas. Setelah selesai, Sandara duduk di atas tempat tidur mereka. Ia mulai berselancar di media sosial. Lima belas menit berlalu, akhirnya Shelina selesai dengan ritual mandi nya. Shelina ikut berbaringg di sisi ranjang lainnya. “Dar. Lusa gue pergi ke Solo selama empat hari. Loe di kosan sama siapa?” Sandara Melihat kearah Shelina. Ia baru menyadari, saat kunjungan nanti ia hanya sendirian di kosan mereka. “O iya. Kok gue ngga kepikiran ya Shel. Anak-anak pada pulang kampung.” Sandara, ikut berbaring di samping Shelina. Ia berbaring miring untuk menghadap kepada Shelina. “Loe nggak apa-apa gue tinggal di kost-an sendiri? Kalau loe takut mending gue coba bicara sama mas Yudi , siapa tau gue bisa nggak ikut untuk bulan ini. Atau gue bisa minta tolong sama mas Yudi buat mengajak loe.” “Nggak usah Shel. Gue nggak apa-apa kok sendiri. Loe tenang saja.” “Loe yakin.? “Gue yakin banget. Oh ya. Tadi Ibu menghubungi gue. Beliau mencari loe, kata Ibu loe nggak menjawab panggilannya.” “Ponsel gue tadi ketinggalan di ruangan mas Rendi. Dan sekarang ponsel gue mati. Tuh lagi gue isi dayanya.” “Oo. Gue kirain ponsel loe hilang.” “Dar. Loe lapar nggak sih?” “Nggak terlalu sih. Tadi sore gue udah makan bareng mas Rendi. Loe nggak di tawarin makan gitu sama Yudi.” Sandara duduk dari berbarinnya. “Tadi sih gue di ajak mas Yudi mampir untuk makan. Tapi gue kepikiran sama loe, jadi gue saranin untuk beli bahan mentahnya saja. Rencana gue sih, kita makan bareng disini. “ “Shel. Gue jadi nggak enak nih sama loe.” “Nggak apa-apa kok Dar. Gue sebenernya bisa masak,tapi kelamaan gue keburu kelaparan.” Shelina bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan ke arah lemari dan meraih sebuah jaket. Dan memakai jaket tersebut. “ Loe mau kemana Shel?” “Gue mau kedepan. Beli nasi goreng nya si mamang. Loe mau disini apa ikut?” “Gue ikut.” Shelina ,dam Sandara bersiap untuk keluar. Tok tok tok Terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar. Shelina,dan Sandara saling pandang satu sama lain. “PERMISI GOOFOOD.” “Loe mesan makanan Dar?” Sandara menggelengkan kepalanya. Shelina berjalan kearah jendela kaca. Ia mengintip siapa yang ada didepan pintu. Shelina ingin memastikan yang datang apakah benar goo food atau bukan. Saat mengintip , Shelina teringat sesuatu. Ia langsung berlari ke arah pintu ,dan segera membuka pintu tersebut. “Goo food atas nama Yudi ya Bang?” “Iya neng. Katanya pesanan untuk Mbak Shelina.” “Saya Shelina. Ini sudah di bayar apa belum mas?” Shelina langsung meraih paper bag yang ada di tangan si Abang ojek online. “Ini sudah di bayar sama Pak Yudi. Saya permisi ya neng.” “Baik. Terimakasih ya Bang.” Shelina menutup pintu. Ia mengintip kedalam paper bag. Dari dalam Paper bag tercium aroma daging sapi yabg disiram dengan saos blackpepper. “ Goo food untuk siapa Shel?” “Untuk kita. Tadi mas Yudi janji mau ngirim makanan untuk kita. Gue kira dia lupa. gue ambil piring sama sendok dulu ya.” “Nggak usah.biar gue aja. Loe tunggu gue dikamar.” Sandara berjalan ke dapur untuk mengambil piring dan sendok. Sedangkan Shelina masuk kedalam kamar,ia membuka isi Paper bag. Dua buah kotak berisi Steak daging sapi. Aroma steak yang menggoda membuat Shelina tidak sabar untuk memakannya. Setelah selesai makan. Shelina ,dan Sandara kembali ke atas tempat tidur mereka. Mereka sibuk dengan ponsel masing-masing “Shel. Loe nggak coba hubungi Ibu loe balik?” “Sudah Dar. Tapi nomor Ibu nggak aktif. Mungkin Ibu sudah tidur. Besok gue coba hubungi Ibu lagi.” Ting Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Shelina (Sayang. Besok kekantonya mas jemput ya.) (Nggak usah mas. Aku bareng sama Sandara saja.) Ting (Mas jemput bareng Rendi sayang. Jadi pulang kantor kita langsung makan malam bersama sebelum berangkat ke Solo.) (Baiklah mas) Ting (Langsung istirahat ya. Sampai jumpa besok pagi. MAS RINDU) Setelah membaca pesan dari Yudi. Shelina meletakkan ponselnya di atas nakas di samping tempat tidur. Sedangkan Sandara masih asyik dengan media sosial nya. “Dar. Gue tidur duluan ya. Loe jangan begadang lagi.” “Iya bawel.”. Baru beberapa jam Shelina tertidur. Rasa haus membuat ia terpaksa bangun,dan mengambil air kedalam kulkas. Yang masih ada didalam kamar. Setelah menandaskan satu gelas air dingin. Shelina berniat tidur kembali. Namun. Seperti malam-malam biasanya Sandara tidak ada di atas tempat tidur mereka. Shelina bisa pastikan. Sekarang Sandara pasti ada di ruang tamu. Duduk di Sofa dekat jendela sambil menghubungi seseorang. Sesekali Shelina bisa mendengar Sandara terkekeh pelan. “Dar. Siapa yang kamu hubungi setiap tengah malam begini.” Guman Shelina pelan. Sandara selalu bangun di tengah malam ,dan berbicara dengan seseorang di ponselnya. Waktu itu, Shelina sempat berpikir, Kalau yang menghubungi Sandara adalah mas Rendi.Setelah Shelina menanyakan langsung kepada Rendi. Rendi menjawab; Kalau langit sudah beralih menjadi gelap Sandara tidak akan pernah mau mengangkat panggilan dari nya lagi. Setelah mendapatkan jawaban dari Rendi, Shelina memberanikan diri untuk bertanya kepada Sandara, Siapa orang yang sering menghubungi nya hampir di setiap tengah malam. Sandara hanya menjawab, ia menghubungi Ibu atau teman dikampung. Walaupun Shelina tidak bisa mempercayai jawaban Sandara. Tapi Shelina juga tidak bisa mendesak Sandara untuk berkata jujur. Shelina yakin suatu saat Sandara akan memberi tahu siapa orang tersebut. Seperti hari-hari sebelumnya, Shelina menanti angkutan online untuk membawa mereka kekantor. Tapi pagi ini sedikit berbeda, Mereka menanti kedatangan kekasih mereka masing-masing. Setelah cukup lama mereka berdua menunggu akhirnya mobil Rendi masuk kedalam gerbang kosan mereka. Di dalam perjalanan tidak ada satupun yang membuka suara. Yang terdengar hanyalah suara musik yang di putar oleh Rendi. Untuk mengurangi kecanggungan di antara mereka berempat. Lima belas menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di perusahaan. Sandara lebih memilih masuk kedalam kantor terlebih dahulu. Sedangkan Shelina,dan Yudi masih menunggu Rendi yang sedang memarkirkan mobil miliknya. “Sepertinya Sandara masih belum mau menerima mas menjadi kekasih mu Shel.” “Itu Cuma perasaan mas saja. Sandara mungkin sedang sibuk mas. Jadi terburu-buru.” Shelina mencoba menenangkan perasaan Yudi. Iya tidak mau sahabat dan kekasihnya saling bermusuhan. Mungkin setelah ini Shelina harus berbicara lagi dengan Sandara. Agar sahabatnya itu sedikit menekan egonya. “Loh. Sandara mana?” Rendi kebingungan karena hanya melihat Yudi dan Shelina. “Sudah duluan mas. Mungkin Sandara sedang banyak pekerjaan.” Rendi mengangguk. Sejenak ia berpikir, semenjak Shelina dan Yudi menjadi dekat . Sandara berubah seratus persen. “Mungkin feeling gue benar, syarat yang dulu di ajukan Sandara adalah cara halusnya untuk menolak gue.” Monolog Rendi di dalam batin. Rendi,Yudi dan Shelina berjalan beriringan. Dengan posisi Shelina berada di tengah. Semua mata tertuju kepada mereka bertiga. Mulailah Para karyawan lain berbisik-bisik tentang Shelina. Yudi yang menyadari Shelina mulai terpengaruh, Ia melingkarkan tangannya ke bahu Shelina. Wajah Shelina memerah mendapat perhatian dari Yudi. “Shel. Semua persiapan untuk besok apa sudah selesai kamu kerjakan?” Rendi membuka pembicaraan di antara mereka bertiga. “Sudah mas. Kita besok tinggal berangkat. Mmmm aku boleh meminta sesuatu?” “Apa?” Mereka menghentikan langkah tepat di pintu ruangan Shelina. “Bolehkah aku memasukkan Sandara kedalam tim ku. Karena kunjungan kali ini bertepatan dengan libur para mahasiswa. Sandara tidak memiliki teman di kost-an. Dia sangat takut akan kegelapan mas.”Kedua tangannya meremas satu sama lain. Ia takut di anggap lancang oleh Rendi, gara-gara menjalin hubungan dengan Yudi. “Tentu sayang. Kita bisa sekalian liburan.” Yudi mencubit hidung Shelina yang tidak terlalu mancung itu. “Dan loe Ren. Loe harus menyusul kita hari sabtu!” “Itu tidak perlu Shel.” Rendi menyandarkannya punggungnya ke dinding. “Bukannya kunjungan rutin kamu adalah momen pelepas rindu bagi Sandara. Aku tidak mau merusak itu semua.” Shelina mengernyitkan dahinya. “Rindu?” “Iya. Memangnya dia tidak pernah cerita sama kamu. Setiap kamu kunjungan dia akan izin untuk pulang ke Surabaya menjenguk Ibunya.” “Ibu? Ada apa ini?” Batin Shelina. “Sayang.hei kok melamun?” Yudi mengusap pipi Shelina. “Ah. Aku kira setiap dia mengatakan akan pulang ke kampung Cuma gurauan Sandara saja mas. Sebab Setiap weekend di akhir bulan dia juga pulang kampung.” Shelina berusahalah berbohong untuk menutupi kebohongan Sandara. “Ya sudah. Berarti tidak ada yang perlu kita cemaskan lagikan.” Shelina tersenyum berusaha tersenyum kepada Yudi. Untuk menutupi rasa penasarannya. Rendi, dan Yudi pergi meninggalkan Shelina. Pekerjaan mereka juga sudah rindu kepada tuannya. Setelah Yudi, dan Rendi menghilang di ujung lorong. Shelina masuk kedalam ruangan nya. Shelina duduk ,dan mulai menghidupkan komputer miliknya. Di liriknya jam yang menggantung di dinding. Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan. “Dar. Biasanya kita berdua disini. Becanda dan tertawa bersama. Tapi kenapa loe sekarang berubah. Gue kehilangan sosok Sandara yang dulu. Dar. Apa yang loe sembunyiin dari gue. Ibu? Ibu siapa yang loe kunjungi setiap gue pergi. Bukannya Ibu loe masih ada di Malaysia. Setiap akhir bulan loe juga meninggalkan gue sendirian di Jakarta. Loe pulang kampung kenapa gue nggak boleh? Gue ini sahabat gue atau bukan Dar. Kenapa loe berubah semenjak pernikahan gue batal. Begitu banyak rahasia yang loe sembunyiin.” Batin Shelina, Sesekali ia menghapus air matanya. Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Shelina masih duduk di tepi ranjang tempat tidurnya. Matanya menatap sebuah foto yang berada di atas nakas. Foto dua orang gadis berseragam putih abu-abu,yang saling berpelukan di atas sebuah perahu. Benar. Itu adalah dirinya dengan Sandara. Saat mereka merayakan kelulusan mereka. Air mata Shelina kembali jatuh. Mengingat perubahan sikap Sandara semenjak ia berhubungan dengan Yudi. Sandara seperti menjauhi dirinya. Apa lagi hari ini, mereka berangkat bersama, tapi mereka tidak bertegur sapa sama sekali. Saat makan siang, Sandara telah pergi entah kemana. Saat Shelina keruanganya Sandara sudah tidak ada. Sandara juga memilih lembur hari ini. Padahal besok adalah hari keberangkatan Shelina. “Aku pasti akan sangat merindukan mu.” Gumam Shelina. Sesekali Shelina membuka ponselnya, berharap ada kabar dari Sandara. Perasaan Shelina semakin tidak enak Sudah hampir tengah malam, tapi Sandara belum juga kembali. Ponsel Sandara juga tidak bisa di hubungi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN