Pernyataan

1522 Kata
"Pak.” Shelina mencoba membuka pembicaraan di antara mereka. “Ya. Shel.” Yudi meletakkan ponselnya di atas meja. “Sepertinya, Pak Rendi masih lama Pak. Saya kembali keruangan saya dulu. Pekerjaan saya benar-benar menumpuk Pak. Nanti kalau Pak Rendi kembali, Bapak bisa menghubungi saya kembali.” Shelina berdiri, Dan membungkukkan sedikit badannya. Ia ingin segera pergi dari ruangan itu. Ya . Walaupun Shelina telah berjanji kepada Pak Fery untuk mencoba mendekati Yudi. Tapi sampai sekarang Shelina belum mampu untuk melakukannya. “Shel.” Yudi berdiri dan meraih lengan Shelina Lalu ia membawa Shelina kedalam pelukannya. Deg deg Jantung Shelina berdetak semakin kencang. Wajahnya memerah seperti tomat yang siap di panen. Shelina menggit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang menyerangnya kini. Cukup lama mereka diam. Tanpa ada suara dan pergerakan. Nyaman. Itulah kata yang terucap didalam hati Yudi. “Apa yang kamu rasakan sekarang Shel.” Yudi semakin mengeratkan pelukannya. “Nyaman Pak.” Shelina membatin. “Izinkan saya berada didekat mu. Izinkan saya untuk menjadi milikmu Shel. Saya tau ini terlalu cepat, Tapi saya tidak mampu menahan perasaan ini. Saya mencintai kamu.” “Tapi Pak.” Shelina mencoba melepaskan pelukan Yudi. “Ssssst Diamlah. Dengarkan saya.” Yudi mengelus punggung Shelina dengan lembut. Sentuhan Yudi membuat jantung Shelina semakin menggila. Kalau jantungnya buatan manusia, mungkin jantung itu sudah melompat keluar. Karena sudah tidak mampu menahan detakan yang sangat kuat. “Saya tau, ini adalah pertemuan kita yang ketiga. Tapi bukankah cinta datang tanpa di sadari. Shel, jadilah istri saya.” “Pak. Saya.” “Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Saya akan menunggu sampai kamu siap. Begitu kamu siap saya akan langsung melamar kamu. Untuk saat ini izinkan saya menjadi milikmu Shel.” “Pak.” “Sssttt. Kalau boleh saya meminta. Bisakah kamu memanggil saya dengan sebutan mas, atau abang. Saya menjadi semakin tua kamu panggil Pak. Satu lagi, jika kamu menerima saya balas pelukan saya. Jika tidak lepaskan pelukan saya. Saya akan melepaskan mu Shel.” Shelina kembali teringat janjinya terhadap Pak Fery. Untuk berusaha mengubah Yudi dengan cinta yang Ia miliki. Tidak ada salahnya untuk mencoba. Shelina berfikir ini pasti akan sangat mudah, karena Yudi juga mencintai nya. Dengan perlahan tapi pasti , Shelina mengangkat kedua tangannya. Dan membalas pelukan Yudi. Yudi merenggangkan pelukannya. Ia mengecup puncak kepala Shelina. Shelina sedikit mendongakkan wajahnya untuk menatap Yudi. Bibir yang merah muda itu tersenyum, dan terlihat sangat menggoda. Apa lagi bibir merah muda itu sedikit tebuka. Setelah Shelina menyelesaikan senyumannya. Yudi kehilangan akal Sehatnya. Kepalanya memanas melihat yang ada di hadapannya sekarang. Yudi meraih tengkuk leher Shelina, Dan langsung melumat habis bibir yang dari tadi menggodanya. Mata Shelina membesar. Ia berusaha melepaskan pelukan Yudi. Tapi Yudi semakin mempererat pelukannya di pinggang Shelina. Ciuman itu semakin dalam, dan lembut. Shelina akhirnya pasrah dan membiarkan Yudi selesai dengan sendirinya. Sementara di luar, Marco telah berkali-kali mengetuk pintu ruangan Rendi. Untuk mengantarkan laporan keuangan perusahaan. Yang diminta Rendi setelah makan siang tadi. Yudi, dan Shelina hanyut kedalam dunia cinta mereka berdua. Yudi semakin tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Tangannya kembali mengelus punggung Shelina. Shelina ingin menghentikan ciuman mereka, karena ia takut mereka kebablasan. Apalagi nanti kalau seandainya tiba-tiba Rendi kembali. Shelina mendorong tubuh Yudi. Ciuman mereka terlepas. Yudi menatap Shelina, sorot mata nya telah tertutup kabut gairah. “Mas. Sudah! Aku tidak mau kita hilang kendali mas.” Shelina melepaskan pelukan Yudi. Yudi menarik Shelina kembali ke dalam pelukannya. “Maaf kan saya. Saya mencintai kamu. Saya tidak akan mengambilnya sebelum kita menikah.” Shelina mengurai pelukan Yudi. Ia kembali menatap Yudi. Saat Yudi ingin mencium bibir Shelina kembali. Marco membuka pintu ruangan tersebut. Tatapan mereka bertiga bertemu. Shelina segera melepaskan pelukan Yudi dan ia menunduk. Sungguh Shelina terasa malu sekarang. Ketahuan berciuman dengan atasan sendiri. Untuk menghilangkan rasa malunya, Shelina berniat untuk pergi keluar dari ruangan itu. Namun Yudi malah menarik tangan Shelina dan kembali memeluknya. Shelina menyembunyikan wajahnya ke dalam d**a bidang milik Yudi. Marco sangat terkejut melihat Shelina, dan Yudi. Gadis yang selama ini ia cintai . mampu melakukan hal itu di kantor. Walaupun yang Marco tau Shelina adalah calon istri atasannya. Tapi mereka harus sadar kalau ini adalah kantor. “Saat masuk kedalam ruangan orang lain. Sebaiknya kamu biasakan diri untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Ada keperluan apa kamu keruangan saya?” “Maaf Pak. Saya sudah berkali-kali mengetuk pintu. Tapi sama sekali tidak ada jawaban. Saya pikir Pak Rendi tidak ada didalam ruangan nya. Sehingga saya memilih masuk untuk mengantarkan laporan keuangan, yang tadi di minta Pak Rendi. Kalau begitu saya titip Bapak saja. Permisi Pak.” Marco meletakkan laporan tersebut di atas meja. Ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Yudi baru menyadari sesuatu. Kalau ia sekarang tidak sedang berada di ruangan nya sendiri. Ini adalah ruangan Rendi. “Astaga kenapa gue jadi lupa segalanya sekarang?” Gerutu Yudi dalam hati. “ Maaf mas. Aku harus balik keruangan. Aku tidak mau mereka berprasangka buruk tentang kita.” Shelina melepaskan pelukan Yudi. “Baiklah Sayang.” “Mas aku ingin titip ini ya untuk Mas Rendi.” Shelina mengambil berkas yang tadi ia letakkan di atas meja. “Ini apa?” “Ini laporan kunjungan bulan kemarin. Untuk panduan kunjungan bulan ini" Yudi membuka berkas yang di berikan oleh Shelina. “Oh ya Sayang. Nanti kamu jangan pulang sendiri. Mas akan antar kamu pulang. Sekalian mampir ke rumah, untuk bertemu dengan Bunda" “Baik Mas. Yasudah kalau begitu, aku mau kembali keruangan. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai.” “Kamu hati-hati ya.” Yudi mengusap pucuk kepala Shelina. Shelina hanya membalas dengan senyuman. Di ruangan Sandara. Tok tok tok “Masuk.” “Hai San. Lagi sibuk nggak?” Rendi masuk kedalam ruangan Sandara, dan duduk di kursi yang ada di depan meja Sandara. Sandara sedikit bingung dengan kedatangan Rendi. “Bukannya tadi mas Rendi meminta Shelina untuk keruanganya. Tapi kenapa dia ada disini? Apa Shelina belum menemui mas Rendi.” Batin Sandara “Hei. Kok kamu malah melamun San?” “ Aku heran aja, kenapa mas ada disini. Bukannya tadi mas meminta Shelina untuk keruangan mas. Apa Shelina belum kesana?” “Shelina sudah ada di ruangan mas San” Rendi meraih sebuah dokumen yang ada di atas meja Sandara. “Terus mas kok disini?” Sandara menatap Rendi curiga. “Ehem. Sebelumnya mas minta maaf sama kamu.” “Maaf. Untuk apa?” perasaan Sandara mendadak langsung tidak enak. “Mas sengaja meminta Shelina untuk datang keruangan mas. Ada seseorang di sana yang ingin berbicara dengannya.” “Siapa?” Di dalam otak nya Sandara menebak, orang yang di maksud Rendi adalah Yudi. “Oh Tuhan. Lindungi lah Shelina” Batin Sandara. "Yudi ingin berbicara dengan Shelina San." "Kalau dia ingin berbicara dengan Shelina, loe bisa menemani mereka mas. Kenapa malah loe tinggal. Katanya loe mau melindungi sahabat gue." Shelina berdiri dan segera keluar dari ruangannya, untuk menyusul Shelina. "Mereka hanya berdua di sana yang benar saja. Sedangkan ada gue dia berani menyentuh Shelina. Apa lagi sekarang mereka hanya berdua." Gerutu Sandara. Sebelum Sandara membuka pintu , Rendi membawa Sandara kedalam pelukannya. "Hanya hari ini. Mas mohon San. Kamu percaya sama mas, Yudi tidak akan melakukan hal-hal bodoh terhadap Shelina. Tunggulah sebentar lagi, kamu akan melihat kebahagiaan Shelina." Rendi mempererat pelukannya. Sandara hanya mampu diam tak bergerak. "Apa yang kamu rasakan sekarang San?" "Sesak mas. Kamu bisa membunuhmu ku kalau seperti ini." Rendi mengurai pelukannya, Rendi mencubit hidung Sandara. "Kamu berhasil menghancurkan momen romantis kita sayang." "Mas, Aku sudah sering mengatakannya kepada mu. Aku tidak menyukai hal yang berbau romantis." Sandara tersenyum ke Rendi. Rendi menyatukan hidung mereka berdua. "Aku akan mengubah mu menjadi Sandara yang baru." Ceklek "SAN. GUE mau bicara." Shelina membuka pintu ruangan Sandara. Suara Shelina yang tinggi saat memanggil Sandara, mendadak merendah saat melihat Sandara dan Rendi berpelukan. Sandara yang terkejut langsung melepaskan pelukan Rendi, dan berjalan ke arah kursi kerjanya. Sandara menghempaskan tubuhnya di atas kursi tersebut. Shelina hanya tersenyum kikuk di depan pintu. Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eh... Maaf. Saya kira Sandara cuma Sendirian. Ternyata ada Mas Rendi, kalau begitu saya permisi dulu mas." " Pantas saja di tungguin di sana nggak datang-datang, ternyata sibuk berduaan disini" Gerutu Shelina. "Tunggu Shel. Saya juga sudah selesai dengan Sandara." Rendi mengedipkan matanya kearah Sandara. "Bagaimana Shel?" "Ehhh. Bagaimana apa nya mas? Shelina mengerjap. "Bagaimana hubungan mu dengan Yudi? Sudah resmi?" "Mm. Itu." Pipi Shelina memerah, ia menggigit bibir bawahnya sendri. Untuk menghilangkan rasa gugup karena pertanyaan Rendi. "Saya sudah tau jawabannya. Selamat ya." Rendi mengulurkan tangannya ubtuk bersalaman dengan Shelina. "Iya mas." Shelina menerima uluran tangan Rendi. Dan menggenggam tangan pria itu. "Tunggu-tunggu. Ini salam-salaman, selamat-selamatan dalam rangka apa?" Sandara melepaskan jabatan tangan, Shelina dan Rendi. Rendi Kembali memeluk Sandara. "Sesuai janji kamu, kalau Shelina memiliki kekasih. Kita akan meresmikan hubungan kita. Sekarang Shelina telah memiliki kekasih, Jadi kamu juga telah resmi menjadi kekasihku." Cup Rendi mencium pipi Sandara sekilas. Sandara melepaskan pelukan Rendi. Dan menatap pria itu tajam. "Shel. Jangan bilang kamu jadian sama laki-laki itu." Shelina menunduk. Ia belum pernah melihat Sandara Semarah ini. Wajah Sandara memerah. Tangannya mengepal erat. "Dan kamu mas, Apa ini rencana kamu untuk membuat mereka jadian. Agar kamu bisa meresmikan hubungan kita secepatnya huh." Sandara menunjuk ke arah wajah Rendi. "Shel. Kamu jelaskan semuanya kepada Sandara. Dia pasti akan mengerti." Rendi menepuk pundak Shelina pelan. "San. Kamu harus gunakan akal sehat mu untuk berfikir. Jangan gunakan emosi mu." Rendi keluar dari ruangan Sandara. Agar Shelina bisa berbicara serius dengan Sandara. Semoga hubungan Shelina dan Sandara tidak hancur. Karena kehadiran Yudi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN