Shakira melangkah masuk ke dalam restoran mewah Four Seasons dengan hati-hati, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terus berdebar. Cahaya lampu temaram dan suasana elegan restoran segera menyambutnya. Langkahnya perlahan, namun tatapannya tajam, berusaha menemukan sosok Kenzi di antara para tamu yang duduk di meja-meja yang tertata rapi.
Tanpa menunggu lama, matanya menangkap Kenzi. Di salah satu sudut restoran, Kenzi duduk di meja, sendirian. Shakira terdiam sejenak, merasa sedikit lega tapi tetap waspada. Dia mengamati suaminya yang tampak sibuk menatap ponsel di tangannya, tanpa sedikit pun menyadari kehadirannya.
Dengan cepat, Shakira mencari tempat duduk yang cukup jauh namun masih memungkinkan untuk memantau gerak-gerik Kenzi. Ia menemukan meja di sisi restoran yang menawarkan sudut pandang bagus tanpa terlalu mencolok. Setelah memastikan posisi duduknya tidak terlalu mencurigakan, ia segera mengambil tempat dan duduk, berusaha tetap tenang meski pikirannya terus bertanya-tanya.
Untungnya, Kenzi masih asyik dengan ponselnya, tidak sadar bahwa Shakira kini berada di dekatnya. Wajah Kenzi tampak serius, jarinya sesekali mengetik sesuatu di layar ponsel, membuat Shakira semakin penasaran dengan siapa dia berkomunikasi.
Shakira menarik napas dalam-dalam, berusaha mengatur emosinya. Sekarang, ia tinggal menunggu siapa yang akan datang. Mungkinkah wanita bernama "Bunga" itu benar-benar akan muncul?
Shakira menatap menu di tangannya dengan gugup, tapi berusaha tampil tenang ketika pelayan mendekat. "Saya pesan jus jeruk dan salad," katanya pelan. Setelah pelayan itu berlalu, pikirannya langsung kembali fokus ke Kenzi yang masih sibuk dengan ponselnya.
Tak lama setelah itu, suara Kenzi terdengar. Shakira memperhatikan gerak-geriknya, lalu samar-samar mendengar percakapan yang membuat dadanya bergetar.
“Sayang, kamu di mana? Aku sudah di restoran,” suara Kenzi terdengar jelas di telinga Shakira, yang langsung memicu rasa sakit dan kemarahan di dalam hatinya.
Shakira menunduk, pura-pura sibuk melihat menu lagi sambil menyembunyikan ekspresinya. Kata "sayang" itu menggema di pikirannya, membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Kenzi. Tangannya mengepal di bawah meja, dan ia mulai merasakan betapa perihnya mengetahui bahwa suaminya, yang selalu cuek padanya, bisa berbicara manis kepada orang lain.
Hatinya semakin mengeras. Ia tidak bisa mundur sekarang. Dia harus melihat semua ini hingga akhir.
Shakira duduk terpaku di kursinya, matanya tetap tertuju pada Kenzi yang sedang berbicara di telepon. Ia berusaha mendengar setiap kata dengan jelas, dan tak lama kemudian Kenzi kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih lembut.
"Iya, sayang, aku tunggu," ujar Kenzi sambil tersenyum kecil.
Shakira merasa hatinya semakin remuk mendengar kata-kata itu. Kenzi jarang, atau bahkan tak pernah, berbicara padanya dengan nada penuh perhatian seperti itu sejak mereka menikah. Begitu panggilan telepon berakhir, Kenzi meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali sibuk dengan layar.
Sementara itu, Shakira menahan napas, berusaha menenangkan diri. Amarah dan kepedihan berkecamuk di dalam hatinya. Ia sudah sangat yakin bahwa ada orang lain—wanita lain—dalam hidup Kenzi, dan kini ia hanya tinggal menunggu kedatangan wanita tersebut untuk mendapatkan kepastian penuh.
Shakira duduk terpaku, matanya tajam mengawasi setiap gerak-gerik Kenzi. Tak lama kemudian, ia melihat seorang perempuan muda berjalan mendekati meja Kenzi. Perempuan itu tampak masih sangat muda, mungkin seusia anak SMA. Penampilannya jauh dari kesan elegan, dengan riasan yang menurut Shakira terlihat berantakan. Mata Shakira membelalak, tak percaya dengan apa yang ia saksikan.
Kenzi, yang tadinya duduk, segera berdiri menyambut perempuan itu dengan senyum yang tak pernah ia berikan pada Shakira selama pernikahan mereka. Tanpa ragu, Kenzi meraih tangan perempuan tersebut dengan lembut dan penuh perhatian. "Bunga, kok baru datang, sayang?" katanya mesra, suara yang terdengar manis dan akrab, sangat berbeda dari nada dingin yang selalu digunakan terhadap Shakira.
Shakira merasakan panas di wajahnya, campuran kemarahan dan sakit hati yang mendidih dalam dirinya. Namun, ia tak ingin emosinya meledak sekarang. Dengan cepat dan hati-hati, Shakira merogoh tasnya, mengambil ponsel, dan mulai merekam adegan yang terjadi di depan matanya. Ia harus memiliki bukti atas semua ini—bukti bahwa Kenzi bukan hanya berselingkuh, tapi juga berselingkuh dengan perempuan yang tampak sangat muda.
Tangannya sedikit gemetar saat ia memegang ponsel, namun Shakira berusaha tetap tenang. Ia terus merekam, memperhatikan setiap gerakan Kenzi yang sangat perhatian pada Bunga. Perempuan itu tersenyum manja, tampak menikmati perhatian dari Kenzi, dan itu semakin membuat Shakira muak.
Dengan video yang direkamnya, Shakira tahu bahwa ia kini punya senjata.
Shakira menatap tajam ke arah meja Kenzi, jantungnya berdegup kencang saat amarah mulai membara di dalam dirinya. Nalurinya mendorongnya untuk bangkit dan menghampiri mereka, untuk menuntut penjelasan di depan umum. Namun, ia menahan diri. Matanya kembali menatap Bunga, perempuan muda yang Kenzi sebut dengan manja.
"Ini tempat umum. Aku tidak boleh membuat keributan di sini," kata Shakira dalam hati, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Meski hatinya terasa hancur, ia sadar bahwa jika ia bertindak gegabah, dampaknya bisa lebih buruk. Nama baiknya, dan mungkin juga keluarganya, bisa tercoreng.
Dari meja tempat ia duduk, Shakira mendengar suara Kenzi dan Bunga berbicara dengan lembut, penuh canda tawa dan kemesraan yang tak pernah ada di pernikahannya. Setiap kata yang mereka ucapkan seperti menusuk telinga Shakira. Ia melihat Kenzi menatap Bunga dengan tatapan yang pernah ia dambakan untuk dirinya—hangat, penuh perhatian.
"Dia tak lebih dari cabe-cabean," pikir Shakira dengan getir, menatap Bunga yang berpenampilan jauh dari sempurna. "Dan Kenzi lebih memilihnya daripada aku."
Shakira menggenggam erat ponselnya, masih merekam setiap momen. Kini, rasa sakitnya sudah berubah menjadi tekad. Jika Kenzi tak bisa jujur, setidaknya Shakira akan menyimpan semua ini sebagai bukti—bukti dari semua kebohongan dan pengkhianatan yang Kenzi lakukan.
Tak lama setelah Shakira meredam amarahnya, seorang pelayan datang dengan nampan, menyajikan pesanan Shakira di atas meja. "Ini pesanan Anda, Bu," ujar pelayan itu dengan sopan, meletakkan salad dan jus jeruk di depannya.
Shakira berusaha tersenyum meski pikirannya penuh dengan kemarahan dan kebingungan. "Terima kasih," katanya dengan suara pelan. Pelayan itu membalas dengan anggukan, lalu beranjak pergi.
Shakira menatap makanan di depannya, tapi selera makannya sudah hilang sejak melihat kemesraan Kenzi dengan Bunga. Piring itu sekarang hanya terasa seperti simbol dari ironi hidupnya—mewah di luar, namun hampa di dalam. Sambil memegang sendok, pikirannya kembali ke sosok Kenzi yang masih bercanda mesra dengan perempuan lain di meja seberang.
Dengan pelan, Shakira menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri lagi. Namun, sulit baginya untuk fokus pada makanan ketika hatinya hancur dan pikirannya dipenuhi oleh pengkhianatan suaminya.
Shakira menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Nafasnya berat, dan pikirannya penuh dengan kepingan kenangan pahit yang terus menghantui. Semua kebahagiaan yang pernah ia bayangkan dalam pernikahannya dengan Kenzi kini terasa seperti ilusi yang hancur di depan matanya.
"Aku tak bisa terus seperti ini," bisiknya dalam hati.
Dengan keputusan bulat, Shakira membuka matanya perlahan. Ia menatap lurus ke depan, ke arah meja di mana Kenzi masih sibuk berbincang dengan Bunga, tanpa sedikit pun menyadari kehadirannya. Pandangan Shakira kini penuh dengan tekad yang tidak tergoyahkan.
Ia menggeser kursinya perlahan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah keramaian restoran. Berdiri dengan tenang, Shakira mengumpulkan kekuatan.