TAWANAN YANG LARI

1912 Kata
Hakken, pria itu sedang duduk di kursi kebesaran sang Lord di aula istana utama kerajaan Dramiki, tangan kirinya mengetuk pelan pada kursi yang saat ini duduki, satu tangan kanan memainkan kubus berwarna emas. Entah, dia sedang menunggu kabar yang akan di berikan oleh Zamoro dan Ludino. Dia tahu jelas, mencari informasi tentang Ratu kesayangannya sangat sulit, para malaikat itu pasti tak akan memberi celah mudah untuk dirinya. Hakken menatap Hagai yang saat ini sedang berdiri di sampingnya, diam dan menunggu perintah. Sedangkan Hugo saat ini sedang mengatur semua kesiapan untuk dirinya pergi kedunia manusia. Dia harus memastikan kerajaan miliknya aman, memastikan semua pergerakan klan. apalagi saat ini Laura sudah kembali. Penyihir licik yang tak akan pernah diam, Laura adalah gadis ambius, penuh ambisi, egois dan masih banyak lagi. Dia cukup mengenal Laura, karena dia pernah menjadi teman bahkan tunangan dari gadis itu. Dari arah pintu masuk, terasa aura yang membuat Hakken mengalihkan perhatiannya, pintu itu terbuka, masuklah satu orang yang sangat dia kenali. "Ludino," ucap Hakken saat pria yang adalah panglima perangnya bersujud memberi hormat padanya. "Hamba menghadap pada yang mulia Lord!" ucap Ludino dengan suara lantang. "Berdirilah, dan katakan apa yang kau temukan!" perintah Hakken penuh wibawa. Ludino berdiri, lalu menundukan kepalanya, dia kembali mengangkat kepalanya. "Lord, saya kembali atas permintaan Zamoro. Kami menemukan Queen, Namun ada satu hal yang tak pernah kami sangka Lord-" ucapan Ludino terhenti. Dia menimbang baik dan buruknya tentang informasi yang akan dia berikan. "Katakan lagi Ludino," pinta Hakken, dia adalah Lord yang sabar. Dia tak meminta bawahannya melapor dengan buru-buru. "Lord, Alvian kembali" ucapan Ludino membuat semua ruangan di penuhi aura mencekam, Hakken menggenggam erat kubus yang ada di tangannya. "APA!?" ucapnya keras, rahang Hakken mengeras, menahan emosi yang langsung naik ke ubun-ubun. Dia tahu, Alvian sangat membencinya dan sangat mencintai ratu yang adalah istrinya. Raja vampire yang penuh dengan kekejaman, pria yang mencoba menyerang seorang malaikat seribu tahun lalu. "Dan, Queen. Dia tak mengingat siapa hamba dan juga Zamoro," lanjut Ludino, pria itu menunduk, ada batu besar yang menghantam tubuhnya, batu yang kuat tak terhancurkan. Dia juga berat memberi kabar ini pada sang Lord yang adalah junjungannya. Apalagi saat dia melihat wajah Hagai yang seperti di tampar dengan keras. "Aku sudah menyangka. Para malaikat tak akan membuat semuanya mudah ...." desis Hakken. Dia cukup tahu, jika apa yang terjadi di masa lalu, menyelesaikannya tak semudah menghembuskan napas dari hidungmu, belum lagi masalah para klan yang entah bagaimana bisa di tangani jika berulah kembali. Hakken tak ingin hancur dan kehilangan Kagume untuk kali kedua. Dia tak akan membiarkan masalalu terulang kembali. Cukup sekali dan itu sudah menjadi yang terakhir. "Kita akan kedunia manusia," ucap Hakken final. Membuat para panglima perang menatapnya. Bagaimana dengan istana jika pria itu nekat datang kesana dan menemui ratu mereka? Bisa saja istana di ambil alih, dan musuh memanfaatkan keteledoran Hakken. "Tapi-" baru saja Hagai ingin melayangkan pendapatnya, namun Hakken memandangnya tajam. "Hagai! Ratu lebih penting, apalagi Alvian telah kembali!" ucap Hakken. Hakken berdiri, menuruni tangga yang ada di bawah kakinya. Dia akan langsung menemui Hugo. dan mereka akan berangkat kedunia manusia. "Tunjukan, di mana ratu. dan kita buat perhitungan dengan Alvian." Pria itu melangkah dengan pasti, Di belakangnya Hagai dan Ludino mengikuti. Saat keluar dari ruang tahta, para pengawal dan pelayan istana bersujud hormat, Hakken hanya mengangkat tangannya. Seakan memerintahkan mereka semua bangkit berdiri. __ Zamoro berlari cepat ke ruang perawatan Elkira, aura yang dia rasakan adalah aura tak bersahabat. Membuat dirinya merasa sangat cemas jika sampai aura itu mengganggu Queen yang dia sayangi. BRAK!!! Pintu yang tadi tertutup rapat, bahkan saat ini sebuah ruang virtual ada di ruangan itu, Zamoro berhasil masuk kedalam ruang viertual, ruang yang memisahkan mereka dengan kaum manusia Barrier sihir yang di gunakan untuk memisahkan dimensi manusia dan dimensi lain. Bisa dengan bebas di masuki oleh Zamoro. Matanya menatap pada seorang pria dengan tatapan tajam, pria yang lama tak dia temui. Pria yang terakhir kali dia lihat saat Kagume, Queen yang dia hormati, di nobatkan sebagai ratu di kerajaan Dramiki. Zamoro menatap tuan Kenichi yang saat ini tak bisa bergerak, tubuhnya di kendalikan oleh pria itu. Sedangkan pria yang dia kenal sebagai sahabat dari ratunya, sedang berusaha menyerang. Mereka manusia, menekan mereka dengan kekuatan sebesar itu sama saja mengobarkan perang dengan sang raja bumi. Pria itu mencekik Ritsuki. Di pandanginya penuh amarah. Dia tak perduli saat Ritsuki mencoba melawan. Percuma, kekuataan yang dia miliki jauh lebih besar dari Ritsuki. Tapi dia merasa terhina saat Ritsuki tak menunjukan reaksi. Biasanya pria itu akan melawannya dan berahir dengan hancurnya peperangan yang hanya bisa di hentikan oleh sang Lord. "Alvian! Lawan aku!!!" teriak pria itu. Matanya menatap Ritsuki penuh amarah, sedangkan Ritsuki masih berjuang melawan jiwa lain di dalam tubuhnya. Kekuatan Rutsuki semakin lemah, dia merasa sesak dan napas nya tersengal. Oksigen seakan musnah dari dunia ini "Biarkan aku menguasai tubuh ini manusia bodoh!" __ "Tidak! Ini ragaku! Pergi dan jangan buat masalah!" __ "Dasar manusia bodoh! Kau akan mati. Lihat gadis yang sedang tak sadarkan diri. Dia akan sedih bila kakaknya mati!" Tanpa menunggu persetujuan Ritsuki, jiwa lain yang ada dalam tubuh Ritsuki menjadi kuat, menguasai tubuh pria itu. Ritsuki yang semula meronta menahan sakit, perlahan berubah dengan semua penampilannya, kekehan menyebalkan dari bibirnya terdengar amat sangat menyeramkan. Bahkan matanya kini semerah darah, bibir pucat, dan kulit sedingin es. "Lama tak berjuma Shuxio ...." desis Ritsuki. Pria itu menggenggam tangan pria yang di panggilnya Shuxio, di patahkannya tangan pria itu. KREEEK Suara tulang patah menjadi musik di ruangan itu. Zamoro berlari dan melerai keduanya. BRAK!!! Zamoro berada di tengah keduanya, panglima perang itu menatap nyalang kearah Ritsuki. "Alvian! Kau ada di dalam tubuh manusia!" teriak Zamoro marah. "Dia kabur dari penjara neraka!" Seru Shuxio, pria itu menunjuk tepat di mata Ritsuki yang kini sedang di kuasai jiwa Alvian. "Persetan! Aku sudah berada di sana seribu tahun! kini aku bebas. Dan tubuh ini, akan menjadi milikku!" ucapnya dengan sangat bangga. "Kau tak bisa seenaknya k*****t! Itu tubuh putraku!" teriakan itu terdengar dari tuan Kenichi, dia melihat dengan jelas jika jiwa yang ada pada diri anaknya, menatap dia penuh kebencian. "Ini adalah ragaku! Ini adalah raga yang di curi oleh putramu!" teriak Alvian tak terima. Benar, jika Ritsuki adalah Reinkarnasi dari Alvian. Namun, jiwa Alvian tetap akan menjadi tawanan neraka. Dia telah di tidurkan untuk selamanya. Dan tak ada syarat untuk bisa bebas. "Dia mencuri tubuhku!" teriak Alvian. "Kita tak bisa melukai raga itu Zamoro, bagaimanapun-" perkataan Shuxio berhenti, saat di lihatnya Alvian mendekat ke arah tuan Kenichi. Taring ada di bagian kiri dan kanan sudut bibirnya. Mata yang memerah dengan deru napas yang memburu. "Menjauh! Dari kami!" Ryuga melindungi tuan Kenichi dia sedari tadi mendengar dengan wajah tak percaya jika apa yang tak dia anggap nyata adalah nyata. BRAK! Alvian melemparkan tubuh Ryuga menjauh dari dia dan tuan Kenichi. SPLASH! BRAK! SYAT! Alvian, tersudut di dinding, kakinya tak berada di atas lantai lagi. "Kau mengganggu tidurku vampire sialan!" desis sebuah suara dengan nada dingin. Alvian di tekan dengan kekuatan yang ada dalam tubuh gadis di depannya, dia melihat gadis di depannya. Jiwa manusia yang ada dalam raganya memberontak ingin menguasai raganya. "Berhenti! Aku bukan budakmu!" __ "Arkkkk! Kau adalah manusia yang mencuri ragaku! Kau mencuri gadis yang sangat aku inginkan!" __ "Pergi! Aku tak ingin kau menggangguku" __ "TIDAK! INI ADAL- ARKH..." "Queen, kami memberi hormat." Shuxio dan Zamoro berlutut dan menundukan kepala mereka. Kagume yang saat ini menguasai raga Elkira masih tetap mencekik Alvian yang berada di raga Ritsuki. Sedangkan kedua jiwa dalam satu raga di sana saling bertentangan. Jiwa Alvian sangat lemah, ini semua karena dia tak memiliki kekuataan yang besar lagi. Jika saja dia bisa meminum darah seorang gadis suci, maka dia akan bisa mengembalikan dirinya seutuhnya. Kini jiwanya di tekan dengan kekuatan sang rubah, belum lagi jiwa manusia yang adalah Ritsuki lebih kuat. Kagume, dia menatap Alvian yang kini sedang memejamkan matanya, meronta dan terus melawan jiwa Ritsuki. Ya, inilah yang di maksud oleh Ludino jika Alvian sudah kembali. Jiwa Alvian kabur dari penjara neraka, mencari Reinkarnasi dari dirinya. Dan dia menemukan raga yang di isi oleh Ritsuki. Jika hanya itu Reinkarnasi biasa. baik Zamoro ataupun Ludino pasti tak akan ambil pusing, mereka akan menghancurkan Alvian untuk kedua kalinya. tapi mereka bisa membedakan, semua terlihat berbeda saat kau merasakan aura seseorang dan menyelami matanya. Alvian, tak mempunyai hak untuk menguasai raga yang adalah Reinkarnasi dari dirinya. "L..." satu ucapan yang sukses membuat Kagume melepaskan cekikan dan kekuatan yang dia gunakan untuk menekan kekuataan Alvian. BRAK... "Ka-kakak..." jiwa manusia itu panik, membuat jiwa rubah yang ada menjadi kalah telak, jiwa dari pengisi raga yang tak lain adalah Reinkarnasi sang rubah, juga tak bisa di remehkan. jiwa manusia yang kuat tak seperti manusia kebanyakan. Elkira yang kini berusaha menguasai raganya, dan kagume yang berusaha menahan Elkira untuk bangun. Pertentangan yang membuat kedua jiwa saling berdebat. "Elkira, ku mohon... Aku hanya ingin bertemu suamiku, aku mohon" __ "Tidak... Bukan untuk sekarang kagume, kakakku, ayahku, dan sahabatku. Mereka terluka! Dan... Siapa yang menggunakan raga kakakku! Siapa. Kenapa kakak ingin menyerang ayah, kenapa kakak melempar Ryuga sekejam itu" __ "Aku, aku akan menyelamatkan kakakmu, tapi aku mohon.. Bersatulan denganku." __ "Tidak... Aku manusia..." __ "Kau adalah aku Elkira" __ "Tidak!!! Aku manusia. Aku manusia Kagume!" __ "Aku mohon, bersatulah denganku. Maka kau akan bisa melindungi kakak, ayah, dan sahabatmu. Alvian, dia tak akan tinggal diam, dia akan mencuri raga kakakmu. Aku harus ada di sampingmu, aku harus bisa menekan agar jiwa Alvian musnah dan jiwa kakakmu selamat. Elkira, bersatulah denganku. Jadilah satu denganku. Maka semua yang ingin kau lindungi akan terlindungi. Aku tak akan membunuh jiwa manusiamu. Karena sama saja aku membunuh diriku sendiri." Raga yang berisi jiwa Elkira dan Kagume masih terus bertentangan keduanya saling berkomunikasi. Zamoro, tuan Kenichi, Shuxio, dan Ryuga. Saat ini mereka memeriksa tubuh Ritsuki. "Yang mulia ratu, apa yang harus kita lakukan. Kita tak mungkin menekan paksa jiwa Alvian untuk keluar" ucap Zamoro. "L... Elkira!!!!! Kagume Kenichi bangun!" Teriak Ryuga pada sahabatnya. "Ark... Sa-sakit!" Suara gadis itu melengking, untung saja mereka ada di dalam ruang sihir yang kuat. BRUK... GREB... Tubuh itu hampir saja terjatuh dan berada di atas lantai, jika saja seseorang tak cepat memeluk raga tersebut. Mata pria itu menahan sejuta kerinduan, bibirnya tersenyum canggung. "Queen ...." desisnya pelan. "Lord..." Tangan gadis itu menyentuh rahang tegas pria yang kini memeluk dirinya, manik keemasannya menatap Hakken penun cinta dan kerinduan. Ludino, Hagai, Hugo, Zamoro, dan juga Shuxio. Mereka berlutut di hadapan Lord dan juga Queen yang mereka hormati. Mereka menunduk, dan mereka bahagia. Sedangkan tuan Kenichi, pria paruh baya itu menatap tak percaya. Di hadapannya, seorang pria tampan sedang memeluk erat raga anak tersayangnya. Sedangkan Ryuga, pria itu menatap tak percaya sedari kejadian beberapa saat lalu dia sudah menyangka dia bermimpi. PLAK! Ryuga menampar pipinya kuat, membuat suara bising di ruangan itu. Pria remaja itu mengaduh sakit dengan pelan saat di rasakannya sakit. Dia tak bermimpi, khayalan sahabatnya menjadi kenyataan. "Paman..." Desis Ryuga Tuan Kenichi berdiri menghampiri Hakken, dia tak peduli dengan panggilan Ryuga padanya. "Siapa anda tuan?" tanya tuan Kenichi. Kagume yang saat ini ada di raga Elkira menatap ayahnya. Hakken melepas pelukannya, lalu membantu ratu kesayangannya berdiri dengan tegak. "Ayah..." Elkira, baik haruskah kita memanggil dia Kagume sekarang? "Maafkan tindakan saya, tuan. Tapi bisakah anda menjelaskan banyak hal tentang kejadian ini?" Lanjut tuan Kenichi. "Baik, saya akan menjelaskan semuanya. Ijinkan saya memanggil anda Ayah. Rasanya tak sopan jika saya memanggil anda dengan sebutan lain. Mengingat jika istri saya adalah anak anda saat ini" ucap Hakken. Tuan Kenichi menarik Elkira, menatap anaknya penuh perhatian. Di tatapnya manik mata anaknya. Manik mata itu berubah menjadi kuning keemasan, belum lagi kedua telinga yang tak seperti telinga manusia ada di balik rambut anaknya. "Kagume Kenichi, tidak... Maksud ayah, Elkira." Tuan Kenichi menatap putri kesayangnya. "Ayah, aku... Aku akan menjelaskan semuanya," ucap Elkira. namun belum sempat Elkira membuka bibirnya, tubuhnya ambruk dalam pelukan sang ayah, Hakken dan semua orang panik. "Lord, maaf jika saya lancang. Tapi sepertinya tubuh manusia yang mulia Queen tak akan sanggup menanggung semua kekuataan dua jiwa. Keduanya harus bersatu, di tambah anda harus melakukan perjanjian darah lagi dengan yang mulia Queen," ujar Shuxio. Hakken hanya mengangguk. Dia cukup mengerti, jika pertentangan dua jiwa dalam raga ratu kesayangan-nya bukanlah hal yang mudah. Harus ada persatuan di antara dua jiwa itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN