Lima. Pradikta Adiputra

1382 Kata
                                                                                ***                                                                 Selamat membaca.                                                                                 ***                                         Segala yang kita perbuat memang ada karma, tapi aku lebih mengenal dengan kata pembalasan, jadi, aku harap berprilakulah dengan baik, agar balasanya pun akan baik juga.                                                                             ***             Sekolah Cipta Bakti memang termasuk sekolah kalangan menengah ke atas, masuk akan sekali bila biaya yang diperlukan masuk ke dalam sekolah ini tak sedikit, karena sebanding dengan fasilitas dan kegaiatan yang ada di sekolah ini, tak hanya itu sekolah ini pun menambahkan jam pelajar, biasanya ditunjukan untuk kelas sebelas dan dua belas, yang tengah fokus untuk mengejar nilai untuk masuk ke Universistas yang bergensi nantinya.             Tak heran juga banyak ruangan dan kegiatan di sekolah ini, yang lebih istemewa, ada kegiatan berlatih kuda, badminton, juga renang, ah jangan lupakan bermain golf, ya, fasilitas itu bisa didapati di sekolah ini.             Sekolah Cipta Bakti sepertinya memang diperuntungkan untuk orang-orang yang berkantong tebal, tapi tenang bila anda merasa mempunyai otak yang encer, visi misi yang dahsyat bagi kehidupan juga masyarakat, silahkan menghubungi email dan kontak yang ada di bagian bawah palang nama SMA Cipta Bakti, karena sekolah ini juga memberikan beasiswa hingga kejenjang universitas.             Biasanya yang dilakukan Shayna di hari kamis ini adalah menemani Banjar latihan bermain futsal, tapi semenjak dua hari lalu, semenjak kejadian tak mengenakan itu terjadi, kejadian di mana Banjar tak mengelak saat dicium Sadira, Banjar mau pun Shayna tak saling tegur lagi.             Awalnya Shayna berpikir, Banjar tak tahan akan kemarahannya yang dibungkus dengan kediamannya, tapi, setelah menunggu hinga malam hari, Banjar tak ada nengunjungi Shayna, ia pun tak mengorimkan Shayna pesan, seperti biasanya. Apa Banjar benar-benar menjauhi Shayna demi Sadira itu?             Baru saja Shayna ingin mendorong pintu masuk ke dalam ruangan futsal, tapi pintu itu lebih dahulu ditarik oleh segerombolan laki-laki dengan keringat yang mulai bercuruan, diantara mereka juga ada yang memegang handuk, mengusap keringat mereka.             "Eh," Shayna baru sadar ia menghalangi jalan beberapa orang, Shayna pun menggeser diri, membiarkan beberapa orang itu keluar lebih dahulu, sebelum masuk ke dalam ruangan itu.             "Mau cari Banjar, Shay?" Fokus Shayna yang buyar membuat Shayna tergagap dan terkejut saat Kevin menegurnya, bahkan ia tak sadar Kevin sekarang ada di depannya.             Shayna menggelengkan kepala sebagai jawabannya, Shayna juga bingung kenapa langkahnya malah ke sini, malah menuju tempat latihan Banjar. Shayna kembali menggeleng, ia lalu memalingkan badan, ingin meninggalkan gedung futsal, tapi sialnya, sebelum Shayna benar-benar pergi dari sana, Banjar berniat keluar dari gedung, dengan Sadira yang berada di sampingnya.             Mendengar suara Kevin yang berbincang dengan Banjar membuat Shayna yang sudah ingin melangkah terhenti, ia mencoba membalikan badan, tapi sial, Banjar sama sekali tak menegurnya, padahal ia melihat Shayna, laki-laki itu benar-benar menangkap keberadaanya di sana.             Setaip hari kamis, sejak kelas sepuluh, bila Banjar latihan futsal, maka Shayna lah yang menemaninya, membelikan air minum, memberikan handuk, lalu mereka makan mi ayam bersama setelah Banjar selesai latihan. Tapi, sekarang tempat itu sepertinya sudah ditempat oleh Sadira ya? Apa sebaiknya Shayna menjauh saja dari Banjar?  Shayna menarik napas, lalu melangkah menuju tempat latihan berkuda.             Kalau ada orang yang bertanya, apa Shayna bisa berkuda, maka jawabannya iya, Shayna termasuk dalam siswi yang cukup pandai berkuda, Shayna juga sangat menyukai kuda, apalagi yang berwarna putih, katanya mirip kuda terbang -- unicorn.             Ah ngomong-ngomong soal unicorn, saat kemarin liburan sekolah Shayna sempat pergi ke mal bersama Banjar tentunya, saat itu Shayna mengatakan ia ingin membeli boneka unicorn, karena boneka itu benar-benar lucu dan menggemaskan. Tapi Banjar melarangnya dengan maengatakan bahwa Shayna akan terbang dengan unicorn itu bila Shayna membelinya. Saat itu Shayna hanya tertawa, dan Shayna tak jadi membeli boneka itu, ternyata Shayna begitu patuh terhadap apa yang dikatakan Banjar ya.             Saat Shayna melangkah ingin menjauh dari depan gedung futsal menuju halaman pacuan kuda, Banjar sempat melihatnya, dan yah ..., yang dilakukan Banjar hanya membiarkan Shayna pergi, tanpa memanggil perempuan itu atau tanpa menegurnya. Tanpa Shayna, ia tak kenapa-kenapa, dan Banjar harap, tanpa ia, Shayna juga tak kenapa-kenapa.             Shayna benar-benar ke tempat pacuan kuda, ia menatap kuda putih yang sering ia gunakan untuk latihan, tidak ada alasan khsus kenapa Shayna menyukai kuda itu, tapi kuda itu adalah kuda pilihan Banjar untuknya. Sial, kenapa hidup Shayna semua tentang Banjar?             Tanpa menunggu waktu lagi, Shayna memasang peralatan khusus sebagai penunggang kuda, terdisi dari Helm tentunya, juga sepatu tunggang atau boot, pelindung d**a - pelindung d**a ini sebenarnya digunakan bila perlu saja, tapi sebagai manusia yang ingin hidup seribu tahun lagi, maka itu wajib dipakai, terus Shayna memakai ceneti atau lecut dan terakhir kacamata hitam.             Sebelum menaiki kuda yang biasa ia pakai itu, Shayna mengelus kepala kuda itu, mengajaknya bicara lalu mulai menunggangi kuda itu, awalnya Shayna hanya mengajak kuda itu berjalan, lama kelamaan mulai berlari, dan di menit kesepuluh Shayna memacu kuda itu dengan kencang, cepat dan tak beraturan lagi, seolah tengah menyalurkan perasaanya, Shayna mengendarai kuda itu dengan tidak beraturan, dengan d**a yang sesak bukan karena kelelahan karena berlari kencang dengan kuda putih itu, tapi karena Shayna benar-benar tidak mengerti dengan perasaanya sendiri.             Di tengah-tengah saat ia menunggangi kuda -- ditonton oleh beberapa siswi dan siswa yang juga tengah latihan di sana, ada satu orang yang tak dapat berhenti memusatkan tatapannya pada keahlian Shayna menunggangi kuda itu, hingga berhenti, hingga Shayna menurunkan dirinya dari kuda itu, dan mengembalikan kuda putih itu.             Shayna merebahkan diri di atas rumput setelah ia meminum, minumannya hingga tandas yang ada di botol, Shayna suka juga dengan rumput di sini, entah kenapa tak membuat kakinya gatal.                        Shayna merebahkan diri di atas rumput itu -- tidak dengan dekat kandang kuda, lebih ke arah luar, sebelum tempat pacuan kuda setelah masuk ke dalam gerbang, di sana disediakan lapangan, di mana biasanya dijadikan tempat pemanasan siswa dan siswi sebelum melakukan pacuan kuda, di sana juga lapangannya bersih, siswa dan diswi lain sudah mulai kembali ke kelas masing-masing karena waktu sudah menunjukan waktu pulang, sedangkan Shayna masih betak di sini, merasakan udara yang segar, merasakan angina yang menyapu keringat di tubuhnya.             Shayna masih menatap cahaya mentari tentu menggunakan kaca mata hitam yang ia pakai sedari tadi. Hidupnya sungguh terasa hampa, entah kenapa, atau karena Shayna selalu bepergian sendirian sekarang, karena tak ada Banjar lagi di sampingnya?             Shayna mengangkat tubuhnya saat ia lihat suasana semakin sepi, selain takut akan buaya, Shayna juga takut kesunyian, kesendirian, tapi Shayna tak bisa mencari teman, dan bergantung ke pada Banjar, sial. Shayna berjalan agak tergesa meninggalkan lapangan pacuan kuda, hingga ia tidak merasa, ada benda yang penting, yang Shayna tinggalkan di sana.             Sampai di kelasnya, ternyata beberapa temannya sudah lebih dahulu pulang, yang tersisa hanyalah geng gong yang isinya adalah Reevin, Kevin, Argi juga Banjar, ah tak lupa ada Ari juga Bryan yang masih menunggu Ingga juga Rose untuk pulang bersama, juga masih ada lima siswa lainnya yang kemungkinan akan piket.             Shayna yang sekarang memilih diantar jemput pun tak mengganti pakaiannya lebih dahulu, ia hanya memasukan peralatan berkudanya, juga mencari ponselnya, untuk menghubungi supirnya. Ponselnya ....             Reevin menautkan alis saat ia melihat Shayna kembali membongkar isi tasnya setelah menyimpan beberapa peralatannya, Shayna benar-benar mengeluarkan seluruh isi tasnya, raut wajahnya pun terlihat sedih dan juga panic.             "Ponsel, ponsel gue enggak ada di kantong Reev," jawab Shayna saat Reevin bertanya Shayna kenapa.             Reevin pun membantu Shayna dengan cara menelpon ponselnya, tapi sia-sia, karena kata Shayna ia mengaktifkan mode diam di ponselnya             Shayna teduduk lemas saat ia sama sekali tidak menemukan keberadaan ponselnya, pikirannya kacau, terlebih saat ia duduk ia melihat Sadira, lagi, dan di sampingnya ada Banjar yang memperhatikan Reevin.  "Yaudah lah Reev, it's okay, gue beli baru lagi aja enggak apa-apa," kata Shayna akhirnya. Ia melihat Reevin mengangguk dan membantu membersihkan isi tasnya.             Shayna menarik napas dalam-dalam, hingga suara Bryan mampu membuat Reevin dan Shayna menatapnya.             "Itu yang namanya Shayna, Kak," kata Bryan kepada seoarang laki-laki yang ada di depan kelas mereka. "Shayna, ada yang nyariin lo nih," katanya lagi kepada Shayna yang masih dia di tempatnya.             Shayna hanya diam, kakinya masih lemas karena kehilangan ponselnya, sebenarnya hal yang paling ia takutkan dari kehilangan -- bukan hanya kehilangan barang atau orang, adalah sama saja Shayna kehilangan kenangan dengan benda atau orang itu.             Shayna diam, bukan kah yang berjalan ke arahnya itu, Kak Pradikta Adiputra? Si manusia paling manis kelas kakap di SMA Cipta Bakti, yang terkenal karena pernah menjuari pemacuan kuda, se-Banjarmasin, bahkan se-Indonesia tingkat sekolah menegah atas.             Shayna jadi khuwatir, ia akan terjerumus dalam pesona kak Dikta, si pemacu kuda terhebat di sekolahnya itu.                                                                                 ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN