Chika membelalakkan mata. Jantungnya seolah berhenti berdetak ketika melihat seorang perempuan yang baru datang di acara pesta makan malam. Ia sangat mengenali perempuan itu. Meski itu sudah sekitar enam bulan lalu.
Chika menyusuri dandanan perempuan itu dari bawah sampai atas. Dandanannya terlihat sangat mewah dan elegan. Sangat berbeda dengan dulu saat Berlian dicampakkan Satya. Membuat Chika tercengang bukan main. Benarkah perempuan itu adalah mantan istri suaminya?!
Sedangkan Berlian, berdiri tegap berhadapan dengan Chika. Melihat wajah Chika, Berlian yakin kalau Chika pasti terkejut dan kebingungan. Bisa langsung terlihat dari ekspresi wajahnya. Membuat Berlian tersenyum bangga.
"Maaf, aku datang terlambat," ujar Berlian pada semuanya.
"Bukankah dia Nona Berlian?! Pimpinan Glory Garment yang banyak dibicarakan saat ini?" ujar salah seorang teman Chika yang ada di sana.
Jantung Chika berdentum cukup kencang mendengarnya. Mulutnya langsung terasa kering. Benar! Dia adalah Berlian, mantan istri Satya. Apa?! Dia pimpinan Glory Garment?! Apa Chika sedang bermimpi?
"Silahkan, Nona! Silahkan duduk di sebelah sini," ujar salah seorang laki-laki yang menarik kursi memberikan tempat untuk Berlian.
"Terima kasih," jawab Berlian yang berjalan mendekat dan duduk di kursi yang disediakan. Ada di antara Chika juga.
"Aku tidak menyangka kalau Nona Berlian juga datang di acara pesta makan malam ini," ujar salah seorang undangan dalam satu meja panjang.
Mendengar pernyataan itu, Berlian hanya tersenyum tipis. Ia menyeruput teh yang sudah disediakan di depannya. Sebenarnya ia telah merencanakan datang ke sini dengan sengaja. Ia jadi mengingat percakapannya satu Minggu lalu dengan Agam.
"Ada acara pesta makan malam untuk beberapa istri pengusaha. Di sana juga ada beberapa model yang hadir. Bantulah aku untuk untuk mendapatkan satu undangannya," ujar Berlian pada Agam.
"Tapi itu hanya undangan makan malam biasa. Lagi pula, tidak ada pebisnis kompeten yang hadir. Apa kamu yakin mau hadir di acara undangan seperti itu?" tanya Agam.
"Ya! Aku ingin hadir dan aku harus hadir!"
"Mungkin di sana tidak akan memberi CEO sepertimu keuntungan."
"Aku rasa tidak. Kalau aku hadir, bisa menguntungkanku secara pribadi."
"Kenapa bisa begitu?"
"Karena di sana ada istri mantan suamiku. Aku tahu Chika juga akan hadir di sana," jawab Berlian tersenyum menyeringai.
Begitulah yang akhirnya membuat Berlian datang ke acara ini. Berlian sekali lagi menyeruput teh dengan gaya elegannya. Ia tersenyum tenang dan kembali meletakkan tehnya dengan sikap anggun.
"Bagaimana Nona bisa datang ke acara ini?" tanya undangan.
"Ada yang memberiku undangan. Karena aku selalu menghargai siapa pun yang memberiku undangan, jadi tentu saja aku harus hadir," jawab Berlian dengan tersenyum bangga.
Chika mencengkeram tangannya. Mendadak ia jadi berkeringat dingin. Antara percaya dan tidak percaya, kenapa Berlian yang dulunya hanya ibu rumah tangga biasa, sekarang dia hadir sebagai CEO dari perusahaan desainer nomor satu?! Berlian yang dulunya hanya mengenakan daster dan selalu terlihat sederhana itu kini bisa secantik ini?!
"Wah! Anda terlihat cantik dan anggun sekali?"
"Terima kasih," jawab Berlian dengan tersenyum tenang.
"Apa Anda tahu, banyak yang tertarik dengan Anda, Nona."
"Benarkah? Suatu kehormatan bisa mendengar ini." Berlian menyilangkan rambut di belakang telinga. Chika bisa melihat anting emas yang sangat cantik yang sedang dikenakan Berlian itu.
"Kalau boleh bertanya, apa Nona sudah menikah?" tanya salah seorang undangan yang lain.
Chika seolah terhenti bernafas mendengar pertanyaan untuk Berlian itu. Berlian lalu menoleh ke arah Chika. Ia tersenyum menyeringai lurus ke arahnya. Membuat tubuh Chika seolah mengeras.
"Sudah," jawab Berlian. "Sayangnya, aku menemukan suamiku bercinta di dalam kamarku dengan seorang perempuan licik."
Kalimat Berlian tentu saja membuat semuanya terkejut. Sedangkan tatapan Berlian masih lurus ke arah Chika. Membuat Chika kesusahan menelan ludahnya. Sekian detik kemudian Berlian kembali mengalihkan pandangan ke tamu yang lain.
"Aku sudah bercerai dengannya tepat enam bulan lalu, karena dia selingkuh," lanjut Berlian lagi.
"Wah! Siapa perempuan licik yang berani merebut seorang konglomerat seperti Nona Berlian, ya?"
"Entahlah? Sepertinya dia cukup berani juga? Dan mungkin, dia tidak tahu apa resikonya sudah pernah merusak hidupku?" ujar Berlian tenang. Chika masih berusaha menelan ludahnya.
"Tapi itu hanya masa lalu. Sebenarnya aku sudah tidak peduli lagi. Karena bagiku sekarang, mereka berdua hanyalah sampah," tambah Berlian lagi. Chika mencengkeram tangannya menahan rasa kesal.
"Jadi, sekarang Anda sudah sendiri lagi?"
"Hm!" Berlian menganggukkan kepala satu kali. "Bukankah kemarin aku sudah memberitahu saat diwawancarai wartawan?"
"Ya! Aku juga melihat acara berita liputan wartawan kemarin. Selain itu, Nona Berlian juga bilang kalau Nona akan memutus mitra kerja dengan beberapa perusahaan? Apa itu benar?"
"Tentu saja benar. Banyak perusahaan yang sebenarnya hanya ingin mengambil profit, tapi dia tidak bisa memberikan timbal balik yang baik untuk Glory Garment. Lebih tepatnya perusahaan itu ingin mengerat banyak keuntungan dan hanya menumpang tenar saja. Lagi pula, orang-orangku sudah menyelidiki sistem kerja di sana. Budaya kerjanya buruk dan merugikan kesejahteraan dan produktivitas karyawan," jelas Berlian.
Chika hanya bisa tercengang mendengar semua kalimat dari Berlian. Dari tadi, lidahnya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Ia tahu yang sedang dibicarakan Berlian adalah perusahaan milik Satya. Sekarang Chika paham kondisinya, kenapa tiba-tiba pimpinan Glory Garment mengambil semua saham dari perusahaan Satya. Karena pimpinan itu adalah Berlian.
"Chik?" panggil teman Chika membuat Chika mengembalikan fokus di acara ini. Chika melihat temannya. Berlian pun melirik ke arah Chika.
"Inilah pimpinan Glory Garment yang banyak dibicarakan itu!" kata temannya lagi. Membuat Chika masih kesusahan bernafas.
"I ... iya," jawab Chika dengan terbata.
"Apa yang kamu lakukan?! Apa kamu hanya akan diam saja dan tidak menyapa?!" ujar temannya lagi. Chika melebarkan kedua mata. Ia perlahan menoleh ke arah Berlian yang juga melihatnya.
"Malam," sapa Chika dengan salah tingkah.
"Oh! Sepertinya aku mengenalmu," kata Berlian membalas Chika. Membuat jantung Chika seolah jatuh dari tempatnya. "Bukankah kamu ...."
Chika kesusahan menelan ludah menunggu Berlian yang berpura-pura mengingatnya. Apa yang akan Berlian katakan?! Apa dia akan mengatakan dulu suaminya pernah berselingkuh dengannya?! Membuat jantung Chika berdebar-debar sangat kencang.
"Ah, Betul!" Berlian menepuk tangan. "Aku ingat sekarang!" seru Berlian lagi yang membuat Chika terus membisu kaku. "Suamimu adalah salah satu rekan bisnis Glory Garment, bukan?" lanjut Berlian lagi.
Mendengar ungkapan Berlian, membuat Chika bisa bernafas lega sesaat. Hampir saja ia terkena serangan jantung. Rupanya Berlian masih menyelamatkan dirinya. Padahal sebenarnya Berlian masih ingin bermain-main dengannya.
"Benar! Tadi kamu juga mengatakannya kan, Chik?" tanya teman Chika yang ada di sana membuat Chika tersadar.
"I ... iya," jawab Chika yang amat susah menggerakkan lidahnya.
"Tapi sayang sekali?" kata Berlian yang membuat semua orang kembali menoleh ke arahnya. "Sepertinya, aku tidak akan melanjutkan kontrak bisnis dengan perusahaan suamimu lagi?" lanjut Berlian dengan tersenyum menyeringai. Membuat semuanya bertanya-tanya dan penasaran.
"Sebenarnya, perusahaan kecil yang tidak cukup kompeten yang aku bicarakan tadi adalah perusahaan suamimu," tambahnya.
Semua orang pun jadi terkejut. Mereka juga saling berbisik-bisik untuk membicarakan Chika. Chika menahan campur aduk yang ada di dalam dirinya. Rasa marah, cemas juga takut kini berbaur menjadi satu dalam tubuhnya.
"Entahlah? Aku sama sekali tidak tahu soal itu? Suamiku belum mengatakan apa pun padaku," ujar Chika ragu-ragu. Namun, ekspresi semua orang tidak berubah.
Semua menoleh ke arah Chika dengan tatapan herannya. Chika tidak bisa menerima ini. Ia segera berdiri untuk menyelamatkan harga dirinya.
"Maaf, teman-teman semuanya. Aku ingat ada urusan mendadak. Jadi aku harus pulang!" ujar Chika yang segera ingin pergi dari tempatnya.
"Chika, tunggu!" panggil salah satu temannya. Membuat Chika terhenti sesaat.
"Bukankah tadi kamu sudah menawarkan diri untuk membayar semua makanan di sini? Apa kamu lupa?"
"Oh iya! Benar juga. Maaf, aku akan membayarnya sebelum aku pulang," jawab Chika.
Chika lalu berjalan ke arah kasir yang tidak jauh dari sana. Semua orang masih memperhatikannya. Ia mengeluarkan kartu kredit yang ia ambil secara paksa dari Satya sebelum berangkat ke sini tadi.
Chika memberikannya pada kasir untuk membayarnya. Kasir bolak balik menggeser kartu kredit tersebut. Namun, kartu kreditnya tidak bisa digunakan.
"Maaf, Nona. Tapi kartu kredit Anda tidak bisa digunakan karena limitnya sudah habis. Apa mungkin Anda bisa menggunakan transaksi lain?" tanya kasir tersebut.
Chika langsung panik mendengarnya. Ia harus berpikir cepat untuk menjawabnya. Sedangkan semua orang masih fokus ke arahnya.
"Mu ... mustahil. Padahal suamiku baru saja mengisinya. Pasti ada kesalahan. Coba sekali lagi," kata Chika pada kasir.
"Kami sudah mencobanya sebanyak lima kali tapi tidak bisa, Nona," jawab kasir. Chika hanya berdiri salah tingkah.
"Sudah! Biarkan aku saja yang mentraktir semuanya," kata Berlian tiba-tiba.
Membuat Chika terhenyak dan menoleh ke belakang. Berlian berdiri dan berjalan mendekat ke arah kasir. Dia mengeluarkan black card dan memberikannya pada kasir.
Membuat Chika membulatkan pupil melihatnya. Semua orang juga bisa melihatnya dengan jelas. Berlian benar-benar mengeluarkan kartu black card tanpa limit itu.
"Terima kasih, Nona," jawab kasir setelah selesai melakukan p********n. Berlian tersenyum membalasnya.
Chika masih membeku berdiri di samping Berlian. Berlian melirik ke arah tas Chika yang ia bawa. Membuat sasaran empuk bagi Berlian.
"Tasmu bagus juga," kata Berlian seperti memuji Chika.
"Aaah ... terima kasih," jawab Chika dengan salah tingkah.
"Desainnya sama persis dengan hasil produksi Glory Garment beberapa Minggu terakhir ini," tambah Berlian. Chika pun kembali terhenyak merasakannya.
"Benarkah?! Jadi tas Chika adalah produksi dari perusahaan Nona Berlian?" tanya salah seorang tamu juga.
"Tapi sepertinya tas ini bukan yang asli?" Berlian menunjuk ke arah tas Chika.
Chika kembali panik. Karena memang ia membeli dari hasil imitasi yang paling mirip. Sayangnya ia tidak tahu kalau tas itu produksi dari Glory Garment.
"Benarkah? Bukankah katamu tadi itu asli, Chik?" tanya teman Chika lagi. Semua orang pun kembali memperhatikan Chika.
Chika semakin terdiam. Mau menyangkal, tapi ia justru bertemu dengan pemilik asli produksinya. Jadi, mau bagaimana lagi? Ia hanya berdiri mencengkeram tangannya menahan rasa malunya yang sudah menjalar ke semua tubuhnya.