Bab 18. Satya di Rumah Berlian

1101 Kata
Berlian masih berdiri kaku di ambang pintu melihat mantan suaminya berdiri di hadapannya. Jantungnya yang tadi berdebar karena rasa bahagia, kini menjadi rasa takut dan setengah panik. "Ber?" panggil Satya dengan suara lesu. "Kenapa kamu bisa ada di sini, Mas? Bagaimana kamu bisa tahu alamatku?" "Sekarang banyak yang sedang membicarakanmu, Ber. Dengan sedikit informasi, aku bisa langsung tahu tempat tinggalmu." Satya satu langkah lebih maju mendekat ke arah Berlian. Berlian yang antisipasi itu segera berusaha menutup pintunya kembali. Namun, Satya mencegahnya dengan memegangi pintunya sehingga Berlian tidak bisa menutup pintunya. "Ber! Aku mau bicara denganmu. Tolonglah aku ...." "Pergi kamu, Mas! Aku tidak sudi melihat wajahmu lagi!" Berlian berusaha terus menutup pintunya tapi Satya memang kuat dan bisa mencegah menahan pintu sehingga tidak bisa ditutup. "Berlian!" Satya dengan tindakan cepat menarik tangan Berlian yang ada di ambang pintu. Berlian terhenyak. Namun, ia tidak bisa menahan tarikan Satya yang cepat. Sehingga Berlian pun tertarik keluar dan Satya memegangi pergelangan tangannya dengan setengah paksa. Berlian jadi panik. Ia mendadak teringat masa lalu saat Satya sering memukulnya. Membuat Berlian setengah ketakutan. "Apa yang kamu lakukan?! Lepas, Mas! Cepat lepaskan aku!" Berlian terus saja berusaha melepaskan diri dengan menggeliatkan tangan. "Ber! Apa kamu benar-benar sudah tidak peduli lagi padaku?! Kamu dulu berhati lembut dan selalu memaafkanku. Aku sedang dalam keadaan terpuruk sekarang. Di mana hati nuranimu, Ber!" Satya terus memegangi Berlian dengan kencang. "Aku akan teriak kalau kamu tidak melepaskanku, Mas!" "Ber, aku hanya—" Satya tiba-tiba terhenti ketika berbicara. Dari arah belakang, ada yang menarik bajunya dengan kencang. Membuat pegangan tangan Satya terlepas dari Berlian. Siapa lagi kalau bukan Agam. Agam yang langsung emosi begitu melihat Berlian ditarik tangannya, langsung mencengkeram kerah baju Satya dan memukul wajahnya. Satya pun terkejut dengan pukulan tiba-tiba yang diterimanya. Ia langsung tersungkur ke atas tanah karena pukulan dari Agam sangat kencang. "Sial! Lagi-lagi kau! Kenapa kau selalu menempel pada Berlian!" teriak Satya yang sudah diselimuti emosi. "Aku tidak mengenalmu! Kau juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kenapa kau memukulku?!" "Kau tidak mengenalku. Tapi aku sangat mengenalmu. Kau mantan suami jahat yang menyakiti Berlian dan meninggalkannya. Sekarang begitu tahu Berlian adalah pimpinan perusahaan besar, kau mau mendekatinya untuk memanfaatkannya lagi?" balas Agam dengan nada meremehkan. Satya perlahan bangun dari dari jatuhnya. Ia merasakan nyeri di area pipi bekas pukulan Agam. Dengan emosi yang meletup-letup karena kondisinya sekarang, Satya seperti kehilangan akal dan tidak tahu apa yang akan dikatakannya. "Bagaimana denganmu? Siapa kau? Kau juga melakukan hal yang sama, bukan? Kau berusaha mendekati Berlian karena ingin memanfaatkannya juga, kan?!" Satya kembali berteriak. Mendengar kalimat Satya, Agam semakin marah. Ia segera berjalan mendekat dan kembali memukul Satya. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Satya yang akan membalas itu, kalah cepat karena lengah dengan pukulan Agam. Satya kembali terjerembab ke atas tanah. Terdapat cairan merah yang mengucur dari sudut bibirnya. Darah keluar begitu saja dan Satya mengusap bibirnya yang perih dan giginya terasa goyang. "Sial! Siaaaal ...!" teriak Satya lagi. Satya yang semakin terbalut emosi itu tidak mau berdiam saja. Ia berusaha kembali berdiri dan langsung berlari ke arah Agam untuk membalasnya. Namun, Agam yang sudah mahir bela diri itu bersiap dengan matang. Agam mengelak dengan mudah dan justru kembali melayangkan baku hantam untuk Satya. Sehingga Satya kembali terjatuh ke tanah untuk ketiga kalinya. Satya merasa linglung. Ia jadi menahan diri ketika tahu Agam tidak bisa dikalahkan. Satya hanya bisa menahan amarahnya dan melihat Agam dengan tatapan penuh kebencian. "Kenapa kau selalu ikut campur?! Aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Berlian, tapi aku adalah mantan suaminya! Aku hanya ingin berbicara dengan Berlian!" ujar Satya. "Aku melarangmu untuk berbicara dengan Berlian!" "Apa hakmu?! Kau hanya rekan bisnis? Kenapa bersikap jadi sok pahlawan?!" Agam mendekat dan mencengkeram kerah Satya memaksanya untuk berdiri. Ia memojokkan Satya ke sebuah pohon. Sehingga Satya pun terpojok dan menjadi ketakutan. "Dengar! Aku tidak sama sepertimu! Kalau kau hanya ingin mendekati Berlian untuk memanfaatkannya, aku akan melindungi Berlian melebihi diriku sendiri! Aku pernah melihatmu menyakiti Berlian. Karena waktu itu kau suaminya, aku hanya diam. Tapi sekarang berbeda! Sekarang aku punya hak penuh atas Berlian. Aku akan melindungi Berlian dan tidak akan membiarkan tangan kotormu menyentuh kekasihku! Kau paham?!" ancam Agam. Setelah itu Agam menghempaskan cengkeraman tangannya pada Satya. Sehingga Satya kembali terjatuh lagi. Melihat sorot mata Agam yang seperti membunuh itu, membuat Satya menciut ketakutan. Sekalian ia juga baru tahu kalau rupanya Agam adalah kekasih Berlian. "Satu lagi! Jangan pernah datang ke sini! Aku akan melaporkanmu pada polisi sebagai tindakan penguntit! Kau paham?!" seru Agam dengan tegas dan lantang. Satya bisa apa selain diam? Ia pun kembali berusaha berdiri dan segera melarikan diri, menjauh dari Berlian. Berlian melihat mantan suaminya lari terbirit-b***t. Sedangkan ia melirik ke arah Agam yang masih berdiri membelakanginya dengan gagah. Melihat sikap Agam, Berlian merasa tertegun dan terkesan. Sepertinya Agam sangat mencintainya. Membuat Berlian terkesima haru memperhatikannya. Sekian detik setelah Satya sudah benar-benar pergi, Agam membalikkan badannya melihat Berlian yang masih berdiri di sana. Ia memasang wajah cemas berjalan mendekati Berlian. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Agam penuh khawatir. Berlian hanya menganggukkan kepala menjawab Agam. Agam kemudian memegangi kedua tangan Berlian dan membolak-balikkannya. Mengecek pergelangan tangan Berlian dan masih menyiratkan raut cemas. "Kamu tidak terluka, kan? Tadi aku melihat dia menarik tanganmu dengan paksa." "Aku baik-baik saja. Untung kamu cepat datang," jawab Berlian tersenyum ke arah Agam. Agam mengangkat kepala dan melihat Berlian. Barulah ia sadar jika mereka saling tatap dengan jarak dekat. Di mana tangan Agam masih memegangi tangan Berlian. Mendadak, rasa canggung langsung menyambar dengan cepat. Agam pun langsung melepaskan tangan Berlian dan salah tingkah. Berlian juga tersipu malu dan serba salah. Berlian menghela nafas melepaskan rasa malu. "Kenapa dia bisa tahu alamat rumahku?" tanya Berlian mengalihkan fokus mereka pada Satya yang baru saja pergi. Agam kembali menoleh ke arah Berlian. "Banyak wartawan yang mewawancaraimu. Mereka pasti juga mencari alamatmu. Tidak masalah, nanti aku akan melapor polisi untuk melakukan pengawasan di sini," ujar Agam. Berlian pun menganggukkan kepala menurut. Agam kemudian melihat jam tangan. "Sekarang sudah jam delapan lebih. Aku akan mengantarmu berangkat ke kantor," ajak Agam pada Berlian lagi. Berlian sekali lagi menganggukkan kepala. Setelah itu mereka berjalan ke arah mobil Agam. Agam membukakan pintu untuk Berlian dan Berlian masuk ke dalam mobil. Agam memutari mobil dan ikut masuk. Agam lalu menyalakan mesin mobil dan perlahan mulai melajukan mobilnya. Mobil Agam mulai meninggalkan depan rumah Berlian. Berlian melirik ke arah Agam yang sedang menyetir. "Aku akan melindungi Berlian melebihi diriku sendiri!" Berlian terlintas kalimat Agam yang mengancam Satya tadi. Mengingat hal itu, membuat Berlian tersentuh ke dalam keharuan. Tentu saja, ia merasa bahagia bisa dipersatukan dengan Agam dalam hubungan kasih seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN