Bab 19. Aku Aman Bersamamu

1139 Kata
Berlian dan Agam keluar dari mobil Agam. Di mana mereka sudah tiba di depan tempat kerja Berlian. Agam mengantar Berlian berjalan masuk ke dalam gedung sampai mereka berada di depan lift. "Terima kasih sudah mengantarku pagi ini. Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau kamu tadi tidak datang?" ujar Berlian. "Maaf, tadi aku datang terlambat. Apa kamu yakin baik-baik saja tadi? Kamu tidak terluka, kan?" Agam nampak masih mencemaskan Berlian. Berlian tersenyum tipis. "Tentu saja aku tidak apa-apa. Tadi aku hanya kaget kenapa dia bisa tahu alamat rumahku? Padahal aku sudah membeli rumah yang jauh dengan tempat tinggal aku dan dia dulu." "Aku juga tidak menyangka kalau dia bisa tahu dengan begitu cepat. Pasti ada oknum wartawan yang membocorkannya." "Menurutku wajar baginya untuk berkomunikasi dengan wartawan. Karena istri barunya adalah model. Jadi mungkin dia bisa mendapatkan kontak wartawan dan meminta alamatku," tebak Berlian. Agam pun nampak diam berpikir. Ia sangat kesal dan marah membayangkan Satya selalu berbuat seenaknya saja dan egois seperti itu. Membuatnya tidak akan tinggal diam. Agam lalu melihat kembali ke arah Berlian. "Tapi untuk apa dia datang ke rumahmu? Apa dia masih ingin membicarakan soal saham yang kamu ambil?" "Aku tidak tahu? Aku bahkan tidak mau mendengar alasan kenapa dia mencariku. Tapi tadi pagi aku mendengar berita yang ditulis di artikel. Berita itu menuliskan keburukan tentang dia dan istri barunya. Jadi, mungkin karena dia merasa menjadi pihak yang dirugikan, sehingga minta pertanggung jawaban." "Pertanggung jawaban apa?! Padahal semua saksi juga melihat kalau dia yang datang mengacau. Kenapa dia minta pertanggung jawaban padamu?!" ujar Agam nampak lebih marah. "Tenanglah. Aku sudah biasa melihat Satya seperti itu. Dari dulu dia memang selalu menyalahkan orang lain atas hidupnya." "Aku yang tidak bisa menerimanya, Ber! Dia tidak boleh memperlakukanmu seperti itu!" ujar Agam mengeluarkan amarahnya. Agam lalu menghela nafas meredakan rasa marahnya. "Aku pastikan setelah ini akan langsung melapor pada polisi supaya mengawasi rumahmu. Jadi sekarang kamu bisa bekerja dengan tenang dan jangan terlalu dipikirkan," kata Agam yang sudah meredakan nada bicaranya. Berlian tidak segera menjawabnya. Ia hanya memperhatikan Agam dengan tersenyum-senyum sendiri. Melihat kemarahan Agam seperti itu, membuat Berlian berpikir kalau Agam sangat perhatian dan benar-benar menjadi laki-laki yang bisa diandalkan. Membuatnya terharu dan bersyukur. "Sebenarnya, aku tidak terlalu memikirkan Satya. Justru sepertinya kamu yang terlalu berpikir berlebihan," kata Berlian masih tersenyum-senyum sendiri melihat ke arah Agam yang masih nampak emosi itu. Agam pun melihat ke arah Berlian. Berlian lalu memegangi kedua tangan Agam. "Tenang saja. Selama kamu ada di dekatku, aku merasa sangat aman," ujar Berlian dengan tersenyum tersipu. Kemarahan Agam seolah langsung hilang melihat sikap Berlian seperti itu. Membuatnya langsung berdebar dan ia langsung meleleh. Agam pun jadi tersenyum ke arah Berlian. "Tidak apa-apa. Jangan terlalu mencemaskanku. Aku benar-benar bisa berkonsentrasi dengan pekerjaanku hari ini. Aku harap kamu juga begitu. Karena besok kita membahas soal produksi kita di luar negeri," ujar Berlian lagi. "Baiklah. Kalau begitu aku akan berangkat ke kantorku. Nanti, aku akan menjemputmu pulang seperti biasa," pamit Agam. Berlian menganggukkan kepalanya. Ia lalu melepaskan pegangan tangannya pada Agam. Agam memperhatikan Berlian dan kemudian ia berbalik untuk pergi. "Gam!" panggil Berlian tiba-tiba membuat Agam terhenti. Agam kembali berbalik ke arah Berlian. "Iya? Ada apa? Apa kamu masih ingin bicara dengan—" Agam tiba-tiba terhenti saat berbicara. Ia tercekat karena Berlian mendadak mencium pipinya begitu saja. Kini jantungnya mendadak berpacu tidak normal. Bunga kembali terasa bermekaran di dalam perutnya. Sekian detik kemudian Berlian menjauh kembali dari Agam setelah mencium pipi kekasihnya itu. "Pagi ini aku benar-benar sangat bahagia," bisik Berlian di telinga Agam. Setelah itu Berlian segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Agam. Sedangkan Agam, masih membeku setelah dicium Berlian tiba-tiba seperti itu. Sekian detik berlalu, barulah Agam melihat Berlian yang sudah masuk ke dalam lift. Lift-nya tertutup dan mereka saling pandang sampai tidak saling melihat lagi. Agam lalu ikut tersenyum dan merasakan jantungnya kembali berdebar tidak normal. Ia memegangi dadanya dan merasa sangat bahagia bercampur malu. Aaahh ... apakah jatuh cinta memang seindah ini? *** Agam dan Berlian duduk di bangku panjang depan rumah Berlian. Mereka baru pulang dari kantor dan makan malam bersama berdua. Kini, mereka sedang duduk berdampingan saling mengobrol dengan santai. "Aku tadi sudah melapor ke polisi dan aku pastikan supaya polisi segera bertindak kalau ada kejadian mendadak di sini. Aku juga sudah memasang sistem keamanan di rumahmu tadi. Jadi, akan terdengar bunyi kencang kalau ada orang yang menerobos masuk," ujar Agam. "Apa?! Kapan kamu memasang sistem pengaman di rumahku?" "Tadi setelah selesai mengantarmu kerja, aku langsung ke sini untuk memasangnya. Lalu aku bilang pada security di area perumahan ini untuk melarang masuk Satya karena dia cukup membahayakan," jelas Agam. Berlian terkesima mendengar penjelasan Agam itu. "Wuah, aku benar-benar tidak menyangka kamu akan melakukan sejauh itu. Sepertinya kamu lebih khawatir dari pada aku?" kata Berlian lagi. "Tentu saja aku khawatir. Bagiku, kamu lebih penting dari hidupku! Aku sudah kehilanganmu begitu lama. Sekarang kamu kembali lagi di sisiku. Kali ini, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi!" ujar Agam dengan kalimat penuh penekanan. Berlian tentu saja tercekat dan terkesima mendengarnya. Ia bahkan tidak bisa berkata apa-apa karena merasa terharu. Berlian benar-benar tidak menyangka rasa suka Agam sebesar itu untuknya? Ia hanya diam dan mengerjapkan mata tertegun mendengar kalimat Agam. "Aaah ... maafkan aku. Aku sepertinya hanya terlalu emosi jika memikirkan mantan suamimu itu," ujar Agam mengalihkan pandangannya dari Berlian. Ia juga nampak menghela nafas beratnya. Berlian pun tersenyum melihatnya. "Terima kasih. Kamu benar-benar sangat perhatian. Aku tidak akan takut dan akan terus merasa aman saat bersamamu," ungkap Berlian sembari tersenyum. Agam pun ikut tersenyum melihatnya. Tangan mereka saling berpegangan selama mengobrol. Mereka saling tatap. Di bawah cahaya sinar rembulan, wajah Berlian terlihat sangat cantik. Perlahan, Agam mulai merasa sebuah hasrat muncul dari dalam dirinya. Ia pun dengan cepat segera mengalihkan pandangan dan melepaskan tangannya dari Berlian cepat. Membuat Berlian heran dengan sikapnya. "Ah! Ini sudah malam," kata Agam sembari berdiri dengan cepat dan salah tingkah. Ia sadar, jika ia terus berada di sini bersama Berlian, ia tidak akan bisa menahan dirinya. Berlian pun ikut berdiri dan melihat Agam heran. "Istirahatlah di dalam. Aku juga akan pulang," lanjutnya. Berlian hanya diam dan melihat Agam yang nampak salah tingkah itu. "Seperti biasa, besok aku akan menjemputmu jam delapan. Sekarang aku pulang dulu," pamit Agam sekali lagi. Setelah itu Agam berbalik dan berjalan menjauhi Berlian. Belum mulai satu langkah, Agam merasa bajunya ditarik dari belakang. Ia pun terhenti dan menengok ke belakang melihat Berlian sedang menarik bajunya. Berlian memasang wajah memelas. Membuat Agam kebingungan dan jantungnya semakin berdebar tidak menentu. "Tidak perlu berbohong lagi. Aku tahu setiap malam kamu menungguku di dalam mobil sampai aku tidur," ujar Berlian. "Bagaimana ... kalau kamu masuk saja dan menemaniku sampai aku tidur?" tanyanya lagi dengan masih memasang raut muka yang sama. Agam langsung berdesir di hati. Ia merasa jantungnya seolah berhenti berdetak dan kesusahan menelan ludah mendengar permintaan Berlian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN