Bab 8. Mengembalikan Memori Baik

1439 Kata
Berlian keluar dari sebuah restoran mewah. Ia berjalan ke arah mobil miliknya. Ketika akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil lain yang ditujukan padanya. Membuat Berlian menoleh mencari asal suara klakson tersebut. Berlian menoleh ke sebuah mobil yang ia kenal. Ia pun tersenyum ke arah mobil itu. Dari dalam mobil keluar Agam yang melambaikan tangan padanya. Berlian menutup kembali pintu mobilnya. Agam berjalan mendekatinya. "Kamu sudah selesai dengan acara makan malamnya?" tanya Agam. "Hm! Sudah," jawab Berlian menganggukkan kepala satu kali. "Kenapa kamu ada di sini?" "Aku menemui klien di daerah sini. Kebetulan karena aku melihat mobilmu, aku jadi menunggu sebentar di sini. Ya ... sekitar lima menit yang lalu," jawab Agam yang sebenarnya berbohong. Ia sudah menunggu Berlian sejak satu jam yang lalu. Berlian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu sudah selesai dengan urusan klienmu? Untuk apa mencariku? Bukankah ini weekend? Kamu tidak ingin membicarakan soal pekerjaan di hari weekend, kan?" tanya Berlian lagi. Agam tersenyum tipis. "Tentu saja tidak. Aku ingin memberimu sesuatu." Agam mengambil sesuatu dari dalam kantongnya. Berlian memperhatikannya. Sekian detik, Agam mengeluarkan dua buah tiket bioskop dan menunjukkannya pada Berlian. "Kita, bisa menonton bioskop bersama. Dulu, saat kita kuliah kita sering bolos kelas untuk menonton bersama, kan? Bagaimana kalau kita melakukannya juga hari ini? Itu bisa mengingatkan kita pada jaman kuliah kita dulu," kata Agam. Berlian tertawa kecil mendengarnya. "Sepertinya seru juga," ujar Berlian sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. Agam pun langsung berwajah cerah. "Jadi ... kamu mau ikut?" ajak Agam lagi. "Tapi, bagaimana dengan mobilku?" "Tidak masalah. Kita titipkan di restoran ini saja. Besok aku akan mengantarmu mengambilnya." "Baiklah!" Berlian menganggukkan kepala dua kali lagi. *** Agam membawa dua cup popcorn berukuran besar dan berjalan ke arah Berlian. "Maaf, membuatmu menunggu," kata Agam ketika sampai di depan Berlian. "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kita mau menonton film apa?" "Nanti kamu juga akan bisa melihatnya." "Kenapa tidak diberitahu sekarang? Kalau aku tidak suka bagaimana?" "Mustahil kamu tidak suka dengan film yang aku pilihkan. Kita sudah berteman sepuluh tahun lebih. Mana mungkin pilihanku salah?" "Hhmm ... sepertinya menarik." Berlian kembali mengangguk-anggukkan kepala. "Ayo, masuk!" ajak Agam. Mereka berdua pun masuk ke dalam tempat bioskop. Berlian mengikuti Agam menuju tempat duduk mereka. Setelah itu, mereka duduk bersama. Agam memberikan satu cup popcorn pada Berlian. "Ini popcorn kesukaanmu," kata Agam pada Berlian. "Terima kasih," jawab Berlian sembari tersenyum. Berlian mencium aroma popcorn yang diberikan Agam. Ia merasa sama sekali tidak asing dengan popcorn itu. Karena penasaran, ia pun mencicipi satu popcorn-nya. Berlian lalu melebarkan kedua mata. "Wah! Rasa popcorn ini sama persis dengan rasa popcorn kesukaanku di kantin kampus kita dulu!" seru Berlian. Agam tersenyum mendengarnya. "Aku tahu. Aku pernah datang ke sini sebelumnya, dan aku juga merasa begitu. Jadi, alangkah baiknya kalau kamu ikut ke sini, kan?" ujar Agam lagi. Membuat Berlian tersenyum girang. Ia memakan satu lagi. "Saat aku memakannya, aku jadi merasa kembali ke masa-masa kuliah!" seru Berlian. "Aku juga begitu," tambah Agam. Berlian kembali tersenyum. Ia pun kembali melihat ke arah layar bioskop yang belum dimulai itu. Agam memperhatikannya Berlian dari samping. "Ngomong-ngomong, bagaimana makan malam di restorannya tadi? Kamu benar-benar bertemu dengan istri mantan suamimu?" tanya Agam nampak ragu-ragu. "Hm! Ini pertemuanku kembali dengannya setelah setengah tahun. Dulu, dia mengandung anak Satya. Sekarang aku melihat perutnya sudah normal, jadi anak Satya pasti sudah lahir," kata Berlian lagi sembari tersenyum getir. "Apa kamu masih sering teringat masa lalumu yang menyakitkan itu? Kamu ... baik-baik saja, kan?" tanya Agam. "Ya! Tentu saja aku baik-baik saja. Lagi pula semua itu sudah menjadi masa lalu. Bertemu lagi dengan istri baru Satya, rasanya membuatku puas. Paling tidak aku bisa membalas sedikit perbuatannya dulu," kata Berlian. "Bagus! Kamu sudah melakukannya dengan baik!" dukung Agam tersenyum. Berlian pun ikut tersenyum. Tidak lama setelah itu, film mulai diputar. Mereka berdua pun jadi fokus untuk melihat film yang diputar. Saat filmnya mulai diputar, Berlian terkejut. Film ini adalah film yang sering ia tonton dengan Agam dulu saat bolos kuliah. Film kesukaan Berlian. "Ini, kan ...?!" Berlian menunjuk ke arah layar bioskop tersebut. "Padahal ini film sudah sepuluh tahun, kenapa bisa diputar lagi?!" "Aku melihat pengumumannya dari beberapa hari yang lalu. Di bioskop ini bisa memutar film lama. Saat aku mencari tahu, aku jadi penasaran. Jadi aku ke sini untuk bertanya. Ternyata, ada film yang sering kita tonton. Jadi, aku mengajakmu ke sini," jelas Agam. Berlian pun semakin melebarkan senyumannya. Ia berwajah sumringah dan terlihat bahagia. Ia pun kembali menengok ke arah layar bioskop. Agam hanya tersenyum melihatnya. Ia pun juga ikut fokus melihat film yang akan segera diputar itu. Berlian duduk bersandar dan menikmati intro pembukaan film tersebut. Saat itu juga, di dalam kepalanya, secara otomatis memutar memori-memorinya selama sepuluh tahun, ketika ia masih duduk di bangku kuliah. Saat Berlian menjadi yang terpintar di kelasnya. Saat ia memenangkan banyak sekali prestasi. Berlian pun jadi mengingat keseruan di lingkungan kampusnya bersama Agam. Tidak sadar membuatnya jadi berkaca-kaca kali ini. Agam yang melirik ke arah Berlian pun jadi terkejut. "Kenapa tiba-tiba kamu menangis? Bukankah filmnya masih belum dimulai?" tanya Agam. "Tidak," ucap berlian sembari menyeka air matanya. "Aku baru sadar, kalau aku ternyata juga memiliki memori yang indah. Entah kenapa setelah menikah dengan Satya, rasanya tidak pernah teringat lagi. Berkat kamu, sekarang aku jadi mengingatnya. Dan itu benar-benar sangat menyenangkan," jelas Berlian. Agam pun tersenyum mendengarnya. "Syukurlah. Lain kali, sering-seringlah mengingat memori indah itu lagi," kata Agam kembali. Berlian hanya menganggukkan kepalanya dua kali. Tiba-tiba ponsel Agam bergetar. Membuat fokus keduanya teralihkan. Agam mengambil ponsel dari dalam sakunya. Ia melihat ada panggilan dari kantor. Membuatnya menautkan kedua alis. "Maaf, Ber. Aku harus mengangkatnya sebentar. Aku keluar dulu, ya." Berlian menganggukkan kepala dua kali. Berlian melihat Agam yang berjalan menuju keluar bioskop. Saat itu, Agam berpapasan dengan dua penonton bioskop perempuan yang baru datang. Mereka berdua duduk tepat di belakang Berlian. "Wah! Akhirnya aku bisa menonton film ini lagi! Untung belum dimulai," ujar salah seorang perempuan yang ada di belakang Berlian. "Iya! Aku juga kangen melihatnya," timpal salah seorang perempuan lainnya. Berlian pun tersenyum mendengarnya. Berlian pikir, pasti mereka juga seangkatan dengannya. Hal yang mereka pikirkan, sama dengan pikiran Berlian. Ia juga merindukan masa sepuluh tahun yang sudah berlalu itu. Berlian baru tahu kalau ada bioskop yang bisa memutar film lama? "Hei! Aku dengar kita bisa menonton film ini lagi, karena ada seorang laki-laki yang sudah memesan bioskop ini, lho!" ujar salah seorang dari belakang Berlian yang membuat Berlian tercekat. Ia pun jadi menajamkan pendengarannya. "Benarkah?" "Iya! Tadi saat aku membeli popcorn, aku iseng bertanya. Karyawan bioskop bilang kalau laki-laki itu memesan supaya film ini bisa diputar lagi. Sebagai gantinya, dia membayar semua tempat duduk sebagai ganti rugi jika filmnya tidak laku. Tapi dia membolehkan jika ada pengunjung yang datang untuk melihat. Jadi nampak seperti normal pada umumnya, supaya tidak terlihat jika laki-laki itu yang memesan film ini." "Oh jadi karena itu, sekarang kita jadi gratis?" "Iya! Kita beruntung sekali, ya! Aku juga dengar, laki-laki itu mengganti rasa popcorn-nya khusus untuk hari ini. Dia bilang ingin memesan popcorn dengan rasa yang sama dari universitasnya dulu." "Oh, pantas saja rasa popcorn hari ini rasanya berbeda, ya?" "Kata pegawai bioskop tadi bilang, kalau dia melakukannya untuk teman perempuannya yang sudah banyak menerima kenangan buruk," jelas perempuan itu. Berlian diam tercekat mendengar percakapan kedua perempuan di belakangnya. Ia yakin laki-laki yang dimaksud perempuan di belakangnya adalah Agam. Jadi, film ini sengaja dipesan oleh Agam? Popcorn-nya juga? Pikir Berlian. "Wah, romantis sekali, ya? Pasti dia teman laki-laki yang sangat baik." Perempuan di belakang Berlian kembali membuatnya fokus. "Menurutku, laki-laki itu pasti menyukai teman perempuannya itu! Kalau tidak, mana mungkin dia melakukan upaya sampai seperti ini? Iya, kan?" Berlian terhenyak mendengarnya. Kedua orang perempuan itu tidak sadar, jika yang mereka bicarakan adalah Agam. Pantas saja, Berlian merasakan popcorn yang ia makan rasanya sama persis dengan waktu ia kuliah dulu. Membuat Berlian tersenyum melihatnya. "Apa filmnya sudah dimulai?" Agam mendadak datang dan duduk kembali di samping Berlian. Membuat Berlian terkejut dan segera menoleh ke arah Agam. "Baru dimulai, kok!" jawab Berlian dengan setengah salah tingkah dan bercampur kaget. Agam pun tersenyum dan melihat ke arah layar. "Wah! Untung aku tidak terlambat. Lihat! Aku jadi teringat masa-masa waktu kita kuliah dulu. Benar-benar sangat menyenangkan bukan?" ujar Agam pada Berlian. "Aku pernah dengar, saat kita banyak mengingat hal baik, maka ingatan yang buruk di memori kita juga kian menghilang," lanjutnya. "Aku juga merasakannya," jawab Berlian tersenyum terharu. "Lihat! Filmnya mulai!" seru Agam yang melihat ke arah layar lebar lagi. Berlian pun ikut melihat ke arah depan. Sekian detik kemudian, ia melirik ke arah Agam. Berlian sekali lagi tersenyum terharu dengan upaya yang Agam lakukan untuknya. Dari dulu Agam memang selalu baik padanya. Membuat Berlian terharu merasakannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN