Dengan perasaan yang masih membuncah, Eva pelan-pelan menutup pintu rumah kontrakan yang ditempatinya. Eva juga tidak lupa menguncinya. Sejenak ia bersandar pada daun pintu bagian dalam, jantungnya masih berdetak sangat cepat, pikirannya pun masih terbayang pada ciuman yang secara tiba-tiba Ardi lakukan padanya. Ini gila! Ciuman barusan sudah pasti akan membuat mereka jadi semakin canggung. Eva kembali memegangi bibirnya. Ia masih teringat jelas saat bibir kenyal Ardi bermain pada bibirnya. Rasanya itu … sulit Eva jelaskan dengan kata-kata. Astaga Eva! Berhenti memikirkan itu! Eva secepatnya menggeleng. Ia lalu bergegas menuju dapur dan membuka kulkas untuk mencari sebotol air dingin. Tanpa ragu wanita itu menenggaknya, berharap minuman dingin bisa kembali menjernihkan pikirannya. Sete