Selama tinggal bersama dengan Ardi, tidak sulit bagi Eva untuk jatuh cinta pada pria itu. Namun, karena dalam kontrak pernikahan mereka ada larangan untuk saling menyukai satu sama lain, tentu Eva mau tidak mau harus memendamnya.
Meski terkadang Eva berharap ending pernikahannya dengan Ardi seperti di n****+-n****+ yang pada akhirnya saling jatuh cinta, lalu memutuskan hidup bersama selamanya atau dalam kata lain tidak ada perceraian.
Namun, itu hanyalah angan karena pada kenyataannya … semua berjalan sesuai kesepakatan dalam kontrak yang berlaku. Pada akhirnya mereka bercerai tepat setelah anniversary pernikahan mereka ke satu tahun.
Untungnya Eva berhasil menyembunyikan perasaannya dengan baik. Cintanya benar-benar terpendam sehingga Ardi mustahil sedikit pun menyadari perasaan Eva.
Tepat setelah resmi bercerai, Eva bersusah payah move-on dari Ardi karena nyatanya … perasaan Eva terhadap Ardi lebih dalam dari yang pernah dibayangkannya.
Eva yang saat itu masih sangat muda, tak henti-hentinya mengingatkan diri sendiri bahwa ia tidak ingin terjerat dalam sebuah pernikahan. Menjadi ibu rumah tangga di usia yang terbilang belia tentu bukan pilihan.
Hanya saja, bisa-bisanya ia begitu nyaman dengan Ardi sampai-sampai berat sekali untuk melepaskan statusnya sebagai seorang istri dari pria tampan itu.
Eva sampai mengisi waktunya dengan kesibukan yang padat agar dirinya tidak punya waktu untuk memikirkan Ardi. Selain itu, Eva berusaha meyakinkan diri bahwa … tujuannya menikah dengan Ardi ya karena untuk melarikan diri dari pernikahan yang diatur oleh orangtuanya dengan seorang pria yang dengan lancang melamarnya.
Sekarang, lima tahun telah berlalu dan bisa dikatakan Eva sudah nyaman dengan kehidupannya yang sekarang. Eva juga sudah lama move-on dan dirinya hampir tidak pernah memikirkan Ardi lagi. Anehnya, kenapa pria itu muncul lagi dalam kehidupan Eva?
Muncul bukan sekadar membuat Eva terbayang masa lalu, melainkan membuat upaya move-on yang selama ini dilakukan jadi terasa sia-sia.
Untungnya Eva masih bisa menyelesaikan pekerjaannya meskipun tidak bisa fokus seratus persen karena terus memikirkan situasi mendadak yang dihadapinya. Situasi yang sangat tidak terduga.
Seperti para staf yang lain, saat ini Eva sedang beres-beres dan bersiap untuk pulang. Menyadari ada dua panggilan tak terjawab dari Dika, mantan kakak ipar yang bagi Eva sudah seperti kakaknya sendiri.
Eva sendiri terkadang bingung kenapa Dika disebut mantan kakak ipar? Padahal pria itu tidak pernah bercerai dengan Nafa, mendiang kakak perempuan Eva. Mungkin karena Nafa sudah tiada sehingga siapa pun pasti menyebut Dika sebagai mantan kakak ipar Eva.
Eva masih beres-beres sambil menunggu panggilannya diangkat oleh Dika. Ya, Eva memang sengaja menelepon balik pria itu.
“Halo, Eva,” sapa Dika di ujung telepon sana.
“Halo Mas Dika, maaf ya aku baru sempat pegang hape soalnya tadi lumayan sibuk,” jelas Eva.
“Saya tahu kamu pasti sibuk, makanya saya nggak kirim chat karena kalau kamu udah senggang … pasti nelepon balik.”
“Ada apa, Mas?”
“Kamu udah pulang?” tanya Dika kemudian.
“Masih beres-beres, sih. Sebentar lagi pulangnya. Kenapa, Mas?”
“Hmm, gimana ya bilangnya? Saya mau repotin kamu lagi,” sesal Dika. “Maaf banget,” sambungnya.
“Lukas dan Lily, ya?” tebak Eva.
“Ya, benar, sampai hafal ya kamu.”
Lukas dan Lily adalah anak kembar yang Nafa lahirkan sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Eva masih ingat betul dulu saat dirinya masih tertatih lantaran sedang proses move-on dari Ardi. Pada saat yang hampir bersamaan, kepergian sang kakak untuk selama-lamanya memperparah keadaan Eva yang menjadi semakin terpuruk.
Sampai kemudian … dua bayi mungil yang diberi nama Lukas dan Lily itu memberikan secercah harapan untuknya. Bahkan sampai hari ini, dua keponakan yang sangat Eva sayangi itu masih menjadi salah satu alasan Eva bisa tersenyum bahagia.
“Bisakah kamu menjemput mereka? Saya pulangnya agak terlambat karena harus lembur.”
“Oke, aku juga udah lama nggak main sama mereka,” jawab Eva.
“Makasih ya, Eva.”
Sejak lima tahun yang lalu, Dika memang belum menikah lagi. Entah masih betah menduda atau karena memang belum menemukan yang cocok untuk menjadi pengganti mendiang Nafa.
Sebagai pekerja keras, Dika juga merupakan ayah yang baik dan sangat menyayangi anak kembarnya. Pria itu bahkan mengurus anak-anaknya secara langsung tanpa kenal lelah.
Setiap hari, si kembar memang sekolah TK dan sekaligus daycare. Saat Dika pulang kerja, barulah mereka dijemput. Namun, karena Dika harus lembur, ia meminta bantuan Eva seperti biasa. Boleh dibilang ini bukan pertama kalinya Dika meminta bantuan Eva agar menjemput si kembar.
Bagaimana tidak, Dika mustahil meminta bantuan ibunya yang sudah sepuh untuk menjemput si kembar. Bahkan, sudah turut membantu merawat Lukas dan Lily saja Dika sangat bersyukur.
***
“Pak Ardi ganteng, kan?” Nia, salah satu rekan kerja Eva menyikut lengan Eva. Usianya dua tahun lebih tua dari Eva.
“Entah udah berapa kali Mbak Nia nanya kayak gitu sama aku.”
“Ya memang ganteng, kan?”
“Iya, ganteng karena dia laki-laki. Coba perempuan pasti dibilangnya cantik,” kekeh Eva, sengaja.
Nia tertawa sejenak. “Ngomong-ngomong mau pulang sekarang?” tanya Nia kemudian sambil memperhatikan Eva yang sudah sangat rapi.
“Iya, kalau Mbak Nia kenapa belum siap-siap? Masih ada kerjaan, ya?”
“Suamiku baru bisa jemput setengah jam-an lagi. Jadi, aku santai beres-beresnya,” jelas Nia. “Beginilah kalau suami istri sama-sama kerja tapi jam pulangnya beda,” kekehnya.
“Solusinya berangkat naik kendaraan sendiri-sendiri, Mbak.”
“Maunya juga gitu, tapi aku masih trauma nyetir motor. Sedangkan mobil … belum kebeli,” kekeh Nia.
“Sori ya, Mbak. Aku nggak bisa nawarin pulang bareng.”
“Ya iyalah, kita berlawanan arah,” jawab Nia. “Ditambah lagi … kamu pasti nggak akan langsung pulang. Kamu mau pacaran dulu. Iya, kan?”
“Aku memang nggak akan langsung pulang, tapi bukan karena mau pacaran dulu,” jawab Eva. “Aku mau jemput si kembar.”
Tentu Nia tahu maksud dari si kembar itu Lukas dan Lily. Sedikitnya orang-orang di sini tahu tentang kehidupan pribadi masing-masing. Mereka memang bukan sekadar rekan kerja, tapi sudah menganggap satu sama lain selayaknya keluarga.
“Oh, kalau begitu hati-hati ya, Eva.”
Eva hanya tersenyum.
***
“Ardi, apa yang sedang kamu lakukan?” gumam Ardi, lebih kepada dirinya sendiri.
Bagaimana tidak, saat ini pria itu sedang membuntuti Eva. Eva yang secara tak terduga dipertemukan kembali dengannya. Sungguh, Ardi tidak menyangka Eva ada di sini dan konyolnya … wanita itu menjadi salah satu bawahannya.
Jika ini kebetulan, tapi kebetulan macam apa ini?
Terakhir kali Ardi bertemu Eva yakni lima tahun yang lalu, sungguh Ardi sangat ingat bahwa wanita itu masih sangat muda. Namun, hari ini Ardi bisa melihat jelas perbedaannya.
Ya, Eva kini telah menjelma menjadi wanita dewasa. Ardi sempat pangling dan butuh beberapa saat untuk meyakinkan diri bahwa wanita yang dilihatnya hari ini benar-benar mantan istrinya.
Ardi agak terkejut melihat Eva menjemput dua anak kecil di sebuah daycare. Dua anak kecil itu segera berhambur memeluk Eva begitu melihat wanita itu datang.
Jadi, sekarang kamu sudah punya anak….
Tiba-tiba getaran ponsel membuyarkan segalanya. Ardi segera meraih ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya.
Calon istri is calling….