Luvina terbangun ketika menyadari sedang berada di rangkulan suaminya. Ya, mereka sudah melakukannya untuk pertama kali. Dia melihat jam di atas nakas, sudah menunjukkan pukul Luvina berbalik menatap suaminya yang sedang terlelap. Dia tersenyum dan membelai hidung mancung Fahri. Hanya satu kekhawatirannya saat ini, yaitu kondisi Leon. Mereka tak akan pernah bisa bahagia jika Leon belum menunjukkan reaksi kesembuhan, karena semua yang terjadi adalah kesalahan mereka. Karena terlalu dalam menatap suaminya, Luvina tak menyadari jika Fahri membuka mata. Sejenak, mereka saling menatap. "Ada apa, Sayang?" tanya Fahri sambil mengeratkan pelukan di pinggang istrinya. "Mas, apa kita nggak ke rumah sakit?" tanya Luvina. "Besok kita akan ke sana. Aku sudah menelepon Mami. Malam ini, biarkan Pap