Yuni memijat kening yang terasa sakit. Satu jam lalu, saat dirinya masih memimpin rapat siang, sang Asiten masuk dan mengatakan ada seseorang yang sudah menunggunya di ruangan. Bola matanya langsung membeliak begitu mendengar nama seseorang yang kini sedang duduk di sofa sambil memperhatikannya bekerja. Ya, siapa lagi kalau bukan suaminya. Gema kukuh datang sambil membawakan makan siang yang katanya dibelikan untuk mereka nikmati bersama karena perempuan itu menolak makan siang di luar. “Akang. Aku belum selesai!” Gema menutup dan meletakkan berkas yang sedang dipelajari Yuni lalu menarik dan membawa istrinya itu ke sofa. “Makan dulu. Maag kamu nanti kumat lagi kalau perutnya kosong,” tegasnya tak ingin dibantah. Yuni memijat keningnya yang nyut-nyutan sebab sejak kehadiran sang suam