“Kami pamit dulu kalau begitu. Terima kasih untuk makan malamnya. Kapan-kapan bagaimana kalau kita dinner dengan pasangan kalian juga?” ajak Gema pada kedua sahabat Yuni itu. Lala mendesah dalam hati. Sebab dirinya lah yang pasti akan kesulitan bergambung oleh karena Banyu yang berdinas di Papua. Ika merangkul Lala dari samping seraya memberi dukungan pada sahabatnya itu. “Sama-sama. Iya. Nanti kapan-kapan bisa diagendakan mungkin.” “Tenang! Nuggu laki lo balik lah pasti. Tapi kalau Janu lebih dulu pulang, ajak dia aja.” “Sialan lo– sss!” Ika meremas pinggang perempuan itu sambil memberikan tatapan memperingatkan karena ucapan Lala yang menurutnya tidak sopan. “Maaf ya, Kang.” Gema tersenyum maklum seraya menoleh pada sang istri sambil melingkarnya tangannya dari samping lantas beru