“Kamu baru saja mengeringkan rambutmu?” tanya Siska pada Daisy dengan tiba-tiba membuat Daisy terkejut karena rekan kerjanya itu masuk ke dalam kamarnya tanpa izinnya.
“Iya, ada apa Siska? Apakah ada yang salah?” tanya Daisy tak suka. “Apa kamu nggak bisa masuk ke dalam kamarku dengan mengetuk pintu?” tanya Daisy lagi. Namun Siska tak mau menanggapi pertanyaan itu. Karena menurutnya tak salah melakukan hal itu.
“Tidak salah, hanya saja kamu mandi pagi seperti ini membasahi rambut seperti habis b******a saja,” ejek wanita itu sambil tertawa.
“Apakah hanya orang yang sehabis b******a saja bisa melakukannya?” tanya Daisy tak suka. Entah mengapa sejak awal Daisy memang tak menyukai Siska. “Aku pikir tidak, semua orang bisa melakukannya,” lanjutnya lagi, Siska merasa bahwa Daisy tak suka dengan perkataannya.
“Ada apa ini?” tanya Dian ketika melihat dari luar dan situasi yang tidak enak.
“Tak apa, lain kali tolong jaga perkataanmu. Lakukan saja tugasmu, aku tidak pernah mengomentari apa yang kamu lakukan bukan? Jadi jangan terlalu ikut campur tentangku juga,” kata Daisy dengan sarkas.
Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan pergi dari sana. Daisy menuju dapur lalu membawa piring serta gelas untuk menata meja makan. Devian sudah lebih dahulu ada di sana di bandingkan yang lainnya, kini keduanya kembali hanya berdua saja.
“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kelihatannya kamu sedang kesal?” tanya Devian sambil memperhatikan raut wajah Daisy dengan lekat.
“Nggak papa,” jawab Daisy dengan cuek. Daisy tetap saja mengerjakan pekerjaannya hal itu membuat Devian tak suka. Saat Daisy mendekat padanya, pria itu menariknya sehingga wanita itu kini duduk di atas pangkuannya. “Apa yang sedang kamu lakukan?” pekik Daisy dengan kaget, wanita itu berusaha untuk bangkit namun Devian menahannya.
“Lepas Devian, orang lain bisa saja datang dan melihat kita. Jangan membuatku terancam, kamu sangat gila! Kamu yang meminta untuk menyembunyikan hubungan kita, dengan begini orang bisa tahu. Lepaskan aku.” Daisy dengan masih berusaha untuk bangkit, namun tenaga Devian lebih besar membuat Daisy hanya bisa pasrah.
“Tidak ada orang, aku bebas melakukannya. Lagi pula kamu mengacuhkanku, ada apa dengan wajah cantikmu? Kemana Daisy yang ku lihat beberapa hari ini? Apa ada yang menganggumu? Kamu terlihat sangat kesal, aku tak suka melihatmu seperti ini,” goda Devian dengan mencium leher wanita itu dari belakang.
“Devian, jangan melakukan hal gila,” protes Daisy.
“Maka itu, jawab pertanyaanku. Apa yang mengganggumu? Kamu mau menjawabnya atau aku akan memberikanmu pelajaran di sini.” Tangan Devian kini sudah mengelus paha Daisy dan hendak masuk lebih dalam. Namun Daisy menahan tangan pria itu untuk masuk lebih jauh.
“Aku gapapa, aku hanya sedikit kesal aja. Devian, lepaskan. Sebentar lagi kedua orang tuamu akan datang. Mereka bisa melihat kita.”
“Kamu kesal dengan siapa? Aku akan menghukumnya, karena sudah membuatmu kesal,” tanya Devian penasaran.
“Tidak perlu, aku bi—akhhhhh Devian!” pekik Daisy saat Devian menekan kedua jarinya hendak masuk ke dalam milik Daisy yang masih ditutupi celana dalamnya.
“Katakan, siapa yang membuatmu kesal,” desis Devian, kini tangan pria itu sudah meremas d**a Daisy dan tangannya mulai mengesampingkan celana dalam Daisy supaya tangannya bisa menyentuh milik Daisy langsung.
“Siska, dia hany--- akhhhhh Devian kamu membuatku gila!!” desis Daisy, Devian tertawa mendengarnya. “Kenapa berhenti?” Kini Daisy yang bertanya saat tangan Devian berhenti membuat Devian semakin tertawa.
“Bukankah kamu yang memintaku untuk berhenti? Aku melakukannya sekarang, berdirilah,” perintah Devian
“Kamu sangat b******k Devian!” maki Daisy membuat Devian tertawa. Wanita itu langsung saja bangkit dan memperbaiki pakaiannya. “Aku akan menghukummu nanti, aku tidak akan membiarkanmu untuk menyentuhku,” ancam Daisy.
“Kamu bisa melakukannya? Kamu yakin? Apa kamu mau aku melakukannya sekarang di sini? Jika kamu mau, aku bisa melakukannya sekarang,” goda Devian.
“Aku tak percaya denganmu.”
“Kamu perlu bukti? Aku bisa melakukannya, kamu pikir aku takut?” Kini Devian sudah bangkit berdiri hendak mendekati Daisy kembali. Namun wanita itu sudah menghindar dan berlari ke belakang.
“Aku tidak akan jatuh dalam permainanmu!” desis Daisy sebelum ia menghilang. Devian tertawa dan hendak mengejar namun lebih dahulu ia di panggil.
“Devian, kamu sudah di sini ternyata. Aku mendengarmu tertawa, kamu sedang bicara dengan siapa? Kamu juga turun lebih awal, ap—”
“Tidak bicara dengan siapa-siapa,” potong Devian dengan cepat dan kembali duduk.
“Aku merindukanmu, sudah lama kita tidak membahas banyak hal. Apa kamu ada waktu?” tanya Kamila pada anak sulungnya.
“Tidak, saya sibuk,” jawabnya dengan ketus. Daisy kembali datang kini dengan membawa piring berisi makanan di tangannya.
“Jadi kapan kamu punya waktu?” tanya Kamila lagi, pandangan mata Daisy dan Devian bertemu.
Daisy mendekati Devian, karena ia ingin meletakkan piring tersebut dekat pria itu. Tangan nakal Devian bermain meremas b****g milik Daisy membuat wanita itu menahan napas. Sedangkan Devian berusaha bersikap biasa saja, padahal tagannya sudah bergerak menggoda pelayannya.
“Saya tidak tahu,” jawab pria itu lagi dengan ketus. Daisy kembali ke dapur dan menatap tajam pada Devian sebelum ia ke belakang. Devian tersenyum kecil tanpa kedua orang tuanya tahu. Dion akhirnya ikut turun dan bergabung.
“Ada apa seorang Devian Vander Armani turun lebih awal dibandingkan denganku?” sindir Dion sambil tertawa.
“Bahkan dia orang pertama ada di meja ini,” kata Kamila ikut menimpali membuat Dion terkejut. Daisy kembali datang dengan membawa makanan.
“Ada apa dengan lehermu Daisy?” tanya Dion. “Sepertinya ini bukan pertama kalinya, sebelumnya juga lehermu seperti itu. Apa binatang kecil itu masih ada di kamarmu?” tanya Dion lagi. Daisy langsung saja menatap Devian sekilas, pria itu tersenyum penuh arti.
“Iya, tapi tak apa. Aku akan terbiasa nanti, aku akan membersihkannya lagi nanti,” jawab Daisy sebisa mungkin.
“Kamu bisa memakai kamar di atas, Dion sudah menawarkanmu waktu itu. Silahkan jika kamu mau memakainya untuk sementara, sampai binatang tersebut hilang dan benar-benar dibersihkan,” usul Kamila.
“Tidak perlu Nyonya, aku masih bi—”
“Lakukan saja, jika diperintahkan. Jangan membuat orang mengatakannya berkali-kali, jika kamu kenapa-kenapa yang disalahkan jelas pemilik rumah,” ujar Devian ketus dan dingin. Semua orang terdiam sekaligus kaget melihat Devian ikut campur dalam hal itu.
“Bang Devian sudah ikut terlibat, ikuti saja atau kamu akan menyesal,” kata Dion dengan menakut-nakuti.
Ia masih tak percaya bahwa Devian mengatakan hal itu. Sedangkan Devian tak peduli dengan keluarganya yang melihatnya. Bahkan Daisy saja ikut melihatnya, tetapi pemikiran Daisy berbeda dengan yang lainnya. Jika ia pindah ke atas, maka akan mudah untuk Devian menyerang Daisy.
“Apa kamu akan terus melihatku? Kamu tidak mau melayaniku?” tanya Devian pada Daisy dengan lekat membuat wanita itu akhirnya sadar dan mendekati Devian kembali. Begitu juga dengan yang lainnya, sikap Devian kembali berubah.
“Kamu harus pindah ke kamar atas Daisy,” putus Kamila. “Itu juga akan memudahkanmu dalam pekerjaanmu yang mengurus kedua anakku,” lanjutnya lagi, setelah itu Daisy tidak lagi bisa menolak.
***
“Bagaimana bisa kamu pindah ke kamar atas? Kamu pasti sengaja mengatakan ada binatang di kamarmu karena tahu di kamar atas ada yang kosong iya, ‘kan?” tanya Siska yang kembali masuk ke dalam kamar Daisy tanpa permisi membuat Daisy semakin kesal.
“Kamu tidak diajarkan tata krama untuk masuk ke dalam kamar seseorang?” tanya Daisy marah. Ia sedang membereskan barang-barang miliknya agar pindah ke kamar atas.
“Jangan mengalihkan pembicaraan, apa yang kamu lakukan sampai kamu harus pindah ke kamar atas?” tanya Siska sambil melipat tangannya di depan d**a.
“Kenapa? Iri?” tanya Daisy dengan sarkas sambil tertawa mengejek membuat Siska tak suka.
“Jangan sok kamu ya, masih baru aja udah belagu. Jangan kamu pikir karena dibela oleh den Dion kamu bisa sesuka hati. Kamu harus ingat, kalau kamu itu hanya pelayan saja.” Daisy tertawa mendengar perkataan Siska itu.
“Bukan hanya aku saja yang harus mengingat status itu, kamu juga harus mengingat kalau kamu juga hanyalah seorang pelayan. Jadi jangan sok ngatur dan mau ikut campur, walaupun aku baru di sini bukan berarti aku takut sama kamu,” ancam Daisy balik membuat Siska mengepal tangannya. Daisy berbalik ingin melanjutkan kegiatannya, Siska ingin menarik rambut Daisy namun hal itu terhenti ketika Dion datang.
“Daisy,” panggil James lembut membuat Daisy berbalik.
“Ya Dion kenapa? Kamu butuh sesuatu?” tanya Daisy lembut sambil tersenyum supaya Siska semakin kesal padanya.
“Kamu lagi menyusun barang untuk pindah ke atas?” tanya Dion sambil memperhatikan barang Daisy yang sedang disusun itu.
“Iya. Kenapa?” tanya Daisy lagi.
“Mau ku bantu?” tawar Dion membuat Siska terkejut. Sedangkan Daisy tersenyum senang karena berhasil membuat Siska semakin panas.
“Benarkah? Mau membantuku? Apa tak akan merepotkan?” tanya Daisy dengan semangat. Sebenarnya Daisy tak mau melakukannya hanya saja Daisy mau memberikan pelajaran pada Siska agar tak berani melakukan hal sesuka hatinya. Daisy ingin memberikan pelajaran pada Siska.
“Tidak, aku senang bisa membantumu. Kebetulan aku bosan dan sedang senggang, baiklah. Aku harus membantu bagaimana?” tanya Dion masuk dan mendekati Daisy.
Sedangkan Daisy tersenyum senang lalu mengedipkan matanya pada Siska membaut wanita itu semakin kesal. Siska langsung saja menghentakkan kakinya dengan kesal lalu keluar dari kamar Daisy. Sedangkan Daisy tersenyum penuh kemenangan dan Dion membantunya membawa barangnya ke atas.
“Terima kasih Dion karena sudah mau membantuku. Pekerjaanku selesai dengan cepat karena kamu mau membantuku,” ucap Daisy tulus saat barangnya sudah dipindahkan. Keduanya berada di depan kamar yang kini akan di tempati Daisy. Satu lantai dengan kamar Dion dan juga Devian.
“It’s okay Dai, aku senang bisa membantumu. Lagi pula aku senang kamu pindah, itu akan semakin mudah untukku kalau aku membutuhkan bantuanmu.” Daisy tertawa lalu tiba-tiba Devian datang dengan raut wajah tak suka karena Daisy berduaan dengan Dion.
“Kalian sedang apa?” tanya Devian tak suka membuat Daisy berhenti tertawa dan keduanya kompak menoleh melihat Devian baru saja datang dan Daisy melihat raut wajah tak bersahabat dari Devian.