Perasaan Sedih Yuna

1207 Kata
Malam itu, dua orang wanita tengah terduduk di salah satu kursi yang ada di sebuah cafe yang terletak cukup jauh dari tengah kota tempat mereka bertemu, namun meski pun seperti itu dan letaknya juga tidak begitu dekat dari pusat kota, namun cafe tersebut banyak digemari oleh anak muda dan termasuk dengan Marta dan juga Yuna. Pandangan Marta pada saat ini menoleh untuk menatap Yuna yang terduduk tepat di hadapannya, yang pada akhirnya Marta pun kembali bertanya mengenai pembahasan yang akan mereka bahas saat ini, mengenai kondisi dari Yuna yang katanya tidak baik-baik saja saat itu, “Jadi, apa yang mengganggu dirimu saat ini, Yuna?” sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh Marta kepada Yuna saat itu, membuat sahabatnya itu pun menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Kakek ku, dia yang membuat ku merasa tidak tenang, marta!” jelas Yuna kepada Marta yang kini mengerutkan dahinya dan memiringkan kepalanya seraya berucap, “Kakek Donghyun?” sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh Marta pada saat itu pun membuat Yuna menganggukkan kepalanya menanggapi hal tersebut, “Pesanan atas nama Margareta?” pertanyaan yang dilontarkan oleh sang pelayan yang kini berdiri di samping meja mereka pun membuat keduanya seketika menoleh dan menganggukkan kepala kepada robot pelayan yang kini memberikan beberapa piring kue dan juga jus yang dipesan oleh keduanya saat itu, sebelum akhirnya robot pelayan itu pergi setelah semua pesanan sampai ke tangan mereka. Pembicaraan mereka sempat terputus karenanya, yang kini membuat Marta kembali menoleh kan pandangannya untuk menatap Yuna yang tengah mengaduk-aduk minuman yang baru saja sampai di hadapannya, “Ada apa dengan Kakek Donghyun?” pandangan Yuna kini menoleh untuk menatap Marta dan kemudian Yuna pun menghembuskan napasnya seraya berucap, “Dia menceritakan seseorang yang tidak pernah aku dengar sebelumnya, dan aku rasa Kakek sangat merindukan sosok ini, dan itu jelas terlihat olehku!” ucap Yuna kepada Marta yang mengerutkan dahinya mendengar jawaban itu, “Siapa sosok ini?” tanya Marta kepada Yuna yang kini mengeluarkan sesuatu dari dalam tas gendong kecilnya, yang kemudian Yuna pun mengeluarkan sebuah photo usang yang sudah mulai buram, namun masih bisa terlihat dengan jelas oleh Marta dan juga Yuna saat ini. Pandangan Marta kini menatap ke arah dua lelaki yang tersenyum dan saling berangkulan satu sama lain, dan salah satu diantaranya merupakan seseorang yang sangat di kenal oleh Marta, yang membuat Marta kini menunjuk ke arah lelaki yang ia kenali seraya berucap, “Ini kakek Donghyun kan?” pertanyaan Marta kala itu diberi anggukkan oleh Yuna, “Ya…. itu kakekku!” jawab Yuna, dan Marta menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, namun pandangannya kini tertuju kepada seseorang yang lainnya yang nampak tidak ia kenali pada saat itu, yang membuat Marta pun kini bertanya, “Lalu .. siapa dia?” tanya Marta kepada Yuna, “Ya … dia adalah orang yang kita maksud saat ini, Marta … dia orang yang sangat di rindukan oleh kakekku.” ucap Yuna kepada Marta yang kini mengerutkan dahinya menatap wajah lelaki itu, “Dia adalah Park Woojin, saudara sepupu dari kakekku!” jelas Yuna lagi kepada Marta yang kini membuat Marta pun menganggukkan kepalanya dan kemudian bertanya, “Lalu?? kenapa Kakek Donghyun tidak bisa menemuinya? Apakah dia berada di tempat yang jauh?” tanya Marta kepada Yuna yang kini terlihat sangat sedih, yang membuat Marta tertegun melihat raut wajahnya, “Dia telah tiasa?” tanya Marta kepada Yuna, yang kini membuatnya menganggukkan kepalanya seraya kembali bercerita, “Kakekku mengatakan jika ini adalah Photo terakhir yang diambil olehnya dan juga Woojin sebelum akhirnya mereka tidak bisa bertemu lagi, Woojin meninggal di usianya yang ke tujuh belas tahun … ketika ia berusaha menyelamatkan seorang anak kecil yang akan tertabrak oleh Bis di sekitaran Apartemen milik Woojin… peristiwa itu terjadi satu minggu setelah Photo ini di ambil.” jelas Yuna kepada Marta yang kini menghembuskan napasnya mendengar cerita menyedihkan yang dialami oleh saudara sepupu dari kakek temannya yang begitu tragis, “Apakah Woojin ini adalah sepupu yang sangat dekat dengan kakek Donghyun?” pandangan Yuna kini menoleh menatapnya dan kemudian ia pun menganggukkan kepalanya unbtuk menjawab pertanyaan Marta, “Ya … Kakek ku mengatakan bahwa Woojin tinggal cukup lama dengan dirinya di rumah orangtuanya, Ia tinggal selama sepuluh tahun lamanya, itu terjadi karena pada saat itu kedua orang tua Woojin mengalami kesulitan, yang membuat mereka menitipkan Woojin di Rumah Kakek, dan Kakek mengatakan bahwa ia yang memang anak tunggal merasa sangat senang karena ia memiliki saudara yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandung.” jelas Yuna kepada Marta yang kini menganggukkan kepalanya, ia menjadi sangat mengerti mengenai kerinduan dari Kakek Donghyun kepada Woojin ini, “Lalu … apa yang akan kau lakukan agar membuat Kakek Donghyun tidak merasa sedih lagi?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Marta pada saat itu, membuat “Hh … aku juga tidak tahu, Marta … tapi aku sangat sedih karena melihat kakekku yang seperti itu saat ini, ia bahkan mengatakan kepadaku jika pasti saudaranya itu senang bisa melihat diriku dan juga indahnya kota ini! Saat itu Ia terlihat seperti menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Woojin dengan baik, dan itu sangat membuatku sedih dan tidak bisa untuk tidak memikirkan kakekku!” ucap Yuna kepada Marta yang mengangguk menyetujui hal itu. Kini Marta juga tidak bisa mengusulkan sebuah ide, karena ia juga cukup kebingungan untuk mencari tahu bagaimana caranya mengobati seseorang yang sedang di dera oleh rasa rindu, terlebih seseorang yang dirindukan olehnya pada saat itu telah tiada sejak enam puluh tahun yang lalu. … Malam sudah semakin larut, Marta dan juga Yuna pun memutuskan untuk pulang bersama-sama. Bahkan Yuna sudah meminta idzin kepada kedua orang tuanya agar ia bisa menginap di rumah Marta, yang tentu saja kedua orang tua Yuna memperidzinkan itu. Srakk … Srakk … Langkah kaki Yuna terseok-seok, bukan karena lelah … namun karena Yuna sengaja melakukannya agar setidaknya ia bisa mengurangi perasaan gusarnya yang sedari tadi selalu ia rasakan karena tidak bisa untuk tidak memikirkan sang kakek yang sangat ia sayangi. Melihat raut itu, membuat Marta yang berada di sampingnya kini merasa iba, namun ia juga tidak bisa berbuat banyak, yang membuat Marta kini hanya bisa menghembuskan napasnya. Ia hendak menoleh ke arah langit untuk setidaknya mencari sebuah bintang yang bersinar cukup terang, karena Yuna sangat menyukainya dan mungkin saja mood Yuna akan membaik jika mereka melihat satu bintang yang sangat indah. Namun, alih-alih melihat bintang pandangan Marta kini melihat ke arah bintang jatuh yang melesat dengan sangat cepat, yang kemudian pandangannya pun tertuju pada sebuah iklan hologram yang terpancar dari salah satu gedung yang cukup jauh dari posisi mereka berdiri saat ini, yang membuat Marta pun segera meraih tangan Yuna untuk membuatnya berhenti melangkah dari jalan itu. Sebuah iklan Hologram yang terpasang saat itu memiliki sebuah gambar seorang lelaki dan wanita yang berjalan menuju sebuah jalanan dengan hologram waktu di hadapan mereka, yang kemudian tulisan di dalamnya tertera, ‘Jadilah orang pertama yang merasakannya! Rekreasi pengembara Waktu! Menemukan hal-hal yang tidak di temukan di masa ini, beberapa binatang yang sudah punah dan bahkan tanaman yang indah! Daftarkan dirimu sekarang juga!’ Itulah tulisan yang tertera di dalamnya, yang tentu saja sangat menarik bagi Marta dan ia juga yakin jika iklan itu menarik bagi Yuna dan sekaligus bisa menyelesaikan masalah yang tengah di hadapi oleh sahabatnya yang satu itu. … To Be continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN