Di Tahun yang Lain

1171 Kata
(Dua bulan sebelum kejadian Woojin bertemu dengan orang asing bernama Mark.) Malam indah yang kala itu dihiasi oleh ribuan lampu apung serta orang-orang yang berlalu lalang menggunakan JC*, BA*, dan bahkan MonoAir* mereka terlihat sangat mengagumkan. Pada tanggal 6 bulan Januari di tahun 2075 saat itu, merupakan hari yang istimewa. Karena hari itu merupakan hari ditetapkannya sebagai hari keluh-kesah serta hari persahabatan yang abadi yang ditetapkan oleh sang Pemimpin kota lima belas tahun yang lalu. Yang tentu saja membuat banyak orang tidak akan melewatkan hari itu, karena hari itu merupakan hari di mana semua orang akan berusaha untuk saling mengerti satu sama lain dan memberikan sebuah solusi meski mereka baru berkenalan di hari tersebut. Atau setidaknya seperti itu lah yang dihadapkan oleh para pemimpin, namun … tidak sedikit pula yang menggunakan hari itu untuk menghabiskan waktu mereka dengan para sahabat mereka, untuk sekedar curhat, hangout dan lain hal sebagainya. Itulah sebabnya kenapa malam tersebut merupakan malam yang sangat indah, karena ribuan lampu apung sengaja menghiasi langit agar para warganya bisa merasa lebih rileks lagi. Jangan bayangkan jika lampu apung yang tertulis merupakan lampu rumah yang memiliki sinar yang sangat-sangat terang, itu salah … karena pada dasarnya, lampu apung lebih persis seperti sinar dari kunang-kunang yang berkedip-kedip dan memiliki cahaya yang tidak begitu menyilaukan, hanya saja lampu apung ini memiliki ragam warna yang tidak kalah indahnya dari hewan kecil tersebut. Semua orang terlihat bahagia pada hari itu, namun tidak dengan seorang gadis yang kini lagi dan lagi menghembuskan napasnya. Gadis itu terduduk di kursi apung pinggiran taman kota. Hanya seorang diri saja, Ia terduduk tepat di hadapan kolam hologram yang kala itu menjajakan ribuan ikan hologram yang mengapung-apung untuk berenang di hadapannya, namun dari raut yang diperlihatkan oleh gadis itu, nampaknya ia sangat tidak tertarik dengan ikan hologram tersebut, dia sesekali menolehkan pandangannya ke arah jam seraya menampakan raut wajah yang sulit untuk di tebak oleh siapapun pada saat itu. Ia tidak tersenyum, namun ia juga tidak terlihat sedih, yang tentu saja akan mendatangkan sebuah tanda tanya besar kepada beberapa orang yang berlalu di dekatnya, yang pada akhirnya ada satu hingga dua orang yang bertanya mengenai keadaannya. “Hei … apakah keadaanmu baik-baik saja?” pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang kesembilan yang di dengar oleh gadis yang terduduk di kursi apung itu, hal itu pun membuat dirinya dengan sopan tersenyum untuk membalas pertanyaan dari mereka, “Ah! Ya … keadaan saya baik-baik saja, terima kasih telah mengkhawatirkan saya!” itulah ucapan yang diberikan oleh gadis tersebut kepada mereka, yang tentu saja membuat mereka kembali menjalankan aktifitas mereka, dan meninggalkan gadis itu sendirian di sana.   “Hh …” helaan napas dilakukan oleh gadis itu, seolah dirinya lelah menunggu, hal itu terlihat dengan dirinya yang berkali-kali melihat ke arah jam hologram yang ada di balik kulit tangannya. “Hahh … ke mana dia? Ini sudah tiga puluh menit dari waktu kita berjanji!” gumam wanita itu terlihat sangat kesal, karena seseorang yang ia tunggu tidak kunjung datang. Di saat yang bersamaan, orang yang di tunggu pun terlihat berlari melintas dari seberang taman kota, yang membuat wanita itu pun memberengutkan wajahnya ke hadapan wanita berambut panjang berwarna coklat muda itu, hidung mancung, mata berwarna biru dan bibir berwarna pink yang indah. “Yuna!” panggil wanita berambut coklat panjang itu, kepada waita yang memberengut di dalam taman kota apung itu, yang tentu saja membuat wanita yang baru saja datang itu kini meringis mengetahui kesalahan yang ia lakukan malam itu. “Maaf, aku tahu aku terlambat. Maaf kan aku Yuna!” ucap wanita berambut coklat itu meminta maaf kepada Yuna yang mendenguskan napasnya dengan kesal dan menolehkan pandangannya ke arah wanita itu seraya berucap, “Kau terlambat setengah jam, Marta! Apa yang kau lakukan??!” tanya Yuna terdengar kesal, merasa bahwa terlambat selama setengah jam seperti saat ini sudah sangat keterlaluan, saat ini Yuna melipat kedua tangannya untuk sejajak d**a, dirinya begitu memperlihatkan jika ia sedang sangat kesal dan juga marah kepada wanita yang ia panggil dengan nama Marta saat itu. “Iya, aku tahu itu … maafkan aku, aku tidak tahu jika cafe kami dipenuhi oleh banyak pelanggan hari ini, dan aku juga harus pergi membeli makanan untuk kodokku!” jelas Marta, membeberkan secara rinci kenapa dirinya bisa seterlambat itu, yang membuat Yuna yang mendengarnya kini menghembuskan napas seraya berkata, “Aku tahu … pelanggan di cafemu itu sangat berharga dan kodok peliharaanmu itu sangatlah langka , tapi aku juga harus kau pikirkan dong!” protes Yuna kepada Marta yang kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ketika melihat jika Yuna tidak marah, melainkan cemburu karena pelanggan dan juga kodok miliknya lebih di dahulukan di bandingkan dengannya hari itu, “Iya … maafkan aku!” ucap Marta kepada Yuna yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan maaf tersebut. Melihat jika sahabatnya yang satu itu sudah memaafkan dirinya, Marta pun dengan senang berjalan mendekati Yuna dan kemudian merangkul wanita berambut hitam, berkulit kuning dengan mata coklat gelap yang indah yang sedikit sipit, hidung yang mancung dan bibir yang berbentuk M tajam itu. “Jadi … ke mana kita akan pergi hari ini?” pandangan Yuna kini tertoleh untuk menatap ke arah Marta yang kemudian ia pun mengembangkan senyumannya dan berkata, “Bagaimana jika kita pergi ke cafe cake? Aku lapar sekali!” ucap Yuna kepada Marta yang kini menganggukkan kepalanya dan keduanya pun segera pergi meninggalkan taman kota tersebut. “Kita pergi menggunakan MonoAir saja?” tawaran Marta saat itu diberi anggukkan oleh Yuna, yang membuat Marta pun kembali berucap, “kalau begitu ayo, kita ke stasiun!” ajak Marta kepada Yuna yang kini menganggukkan kepalanya dan mereka pun berjalan besama-sama menuju stasiun. Sepanjang perjalanan, Marta menyadari jika ada hal yang tidak biasa dari Yuna hari itu, yang tentu saja membuat Marta pun merasa jika Yuna pasti memiliki sebuah masalah saat ini, yang pada akhirnya Marta pun bertanya kepada sahabatnya yang satu itu, “Yuna … apakah kau baik-baik saja?” sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh Marta kepada Yuna, membuat Yuna kini menghembuskan napasnya dengan pelan dan menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan itu, “Marta … sebenarnya aku memiliki sebuah masalah!” ucap Yuna kepada Marta yang kini mengerutkan dahinya, “Apa itu?” tanya Marta, “Aku akan menjelaskannya di Cafe nanti!” jelas Yuna, yang membuat Marta pun menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan Yuna saat itu. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju stasiun. ….  To Be Continue.  P.S:  JC* : Jet Coat (kendaraan seperti jetpack namun lebih kecil lagi dari sebuah tas, diaplikasikan ke dalam sebuah mantel hingga mereka tidak perlu membawa tas yang ukurannya besar, cukup menggunakan mantel mereka saja. Mantel itu juga sangat ringan dan modis.) BA* : Bicycle Air (Kendaraan yang jelas-jelas sebuah sepeda, dengan tambahan seperti sebuah jet, di mana ban yang bisasanya digoseh akan terposisikan dengan sendirinya secara vertikal yang nantinya akan berguna dan berubah menjadi baling-baling yang gunanya sama seperti baling-baling dari hellikopter.) MonoAir* : Monorail Air (sebuah kereta yang melayang di udara yang memiliki jalur khusus dan mengikuti arah dari magnet khusus yang menggerakkan kereta itu dari jarak yang cukup jauh)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN