Cidera

1069 Kata
Sore itu, Mark memutuskan untuk membeli beberapa bahan makanan untuk malam nanti, meski sebenarnya ia sudah membeli beberapa bahan kemari, tapi karena ini sebagai bentuk rasa terima kasih nya kepada Woojin, ia berniat untuk membuatkan makanan yang mewah untuk mereka berdua hari itu. Sepanjang perjalanan, Mark tidak pernah berhenti tersenyum, karena senang mendapatkan uang dan terlebih ia bisa memakai uang tersebut tanpa batas. Pip! Piip! Pip! Suara dari Prothou miliknya kembali berbunyi, dan Mark tersadar jika ia belum membuka pesan dari Yuna, yang tentu saja Mark pastikan jika Yuna akan sangat marah karenanya. “Oh … gawat!” ucap Mark dengan cepat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk akhirnya berbelok memasuki gang yang cukup sepi dan membuatnya kini segera mengeluarkan prothou miliknya dna segera mengangkat sambungan dari Yuna yang masuk saat itu. “Yuna!” panggil Mark kepada Yuna yang kini terlihat sangat kesal kepada sahabat yang satu itu, yang tentu saja membuat Mark aka Marta merasa sangat amat gawat setelah melihat raut wajah Yuna yang sepertinya akan menerkam dirinya sebentar lagi. “Hei! Kenapa kau tidak membaca dan membalas pesan yang aku berikan, huh?!” tanya Yuna kepada Marta yang kini mengerenyitkan wajahnya menanggapi hal itu dan kemudian menghembuskan napasnya dan berucap, “Saat itu aku bersama dengan Rama, dan di saat yang bersamaan pesanmu muncul dengan pesan yang datang dari NIMI Company! Jadi aku melupakan pesan yang kau berikan kepadaku karena aku terlalu tegang tadi, maafkan aku Yuna!” jelas Marta kepada Yuna yang kini membelalakan kedua matanya ketika mendengar jika Marta baru saja mendapatkan sebuah pesan dari NIMI COmpany, yang tentu sana membuat Yuna merasa penasaran, “NIMI?? apa yang terjadi? Apakah mereka menegurmu karena sesuatu hal, Marta?!” tanya Yuna kepada Marta yang kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Yuna kepadanya, yang kemudian Marta pun berucap, “Tidak Yuna … tenang saja … aku pun di awal berpikir jika aku pasti melanggar sesuatu hal yang tidak aku ketahui, tapi ternyata pesan yang aku dapatkan bukanlah sebuah teguran!” jelas Marta kepada Yuna yang kini mengerutkan dahinya dan menghambuskan napasnya seraya menganggukkan kepala dan kemudian bertanya, “Lalu … pesan apa yang mereka berikan kepadamu, Marta? Apakah itu pesan yang serius?” tanya Yuna kepada Marta yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Yeah … itu adalah pesan yang sangat penting bagiku, dan sangat berbahaya jika aku abaikan begitu saja!” jelas Marta kepada Yuna yang semakin penasaran kepada isi pesannya, “Apa isi pesannya, Marta? Beritahu aku!” ucap Yuna kepada Marta yang kini terkekeh mendengar hal itu dan kemudian Marta pun memperlihatkan black Card kepada Yuna seraya berucap, “Mereka memberikan pernyataan permintaan maaf, karena keterlambatan fasilitas kepada aku dan yang lainnya, sehingga kami harus luntang lantung tidak memiliki pegangan!” ucap Marta kepada Yuna yang kini menganggukkan kepala menanggapi hal itu dan kemudian tersenyum dengan senang karena setidaknya Marta sekarang bisa hidup dengan nyaman karena mereka sudha mendapatkan fasilitas yang dijanjikan. “Syukurlah jika mereka sudah bisa mengatasinya!” ucap Yuna kepada Marta yang kini menganggukan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian Yuna pun berucap kembali, “Kirimkan aku beberapa foto yang kau ambil di sana ya! Aku ingin memperlihatkannya kepada ibumu, karena aku rasa dia terus menanyakan keadaanmu, Marta!” ucap Yuna kepada Marta yang kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Aku akan mengirimnya setelah aku berada di rumah ya, Yuna!” ucap Marta kepada Yuna yang kini tersenyum dan menganggukkan kepala menanggapi hal itu, “Kalau begitu, sampai jumpa lagi Marta … aku menaruh kepercayaan kepadamu untuk membantu Woojin, ya?” ucap Yuna kepada Marta yang kini tersenyum menanggapi hal itu dan kemudian sambungan mereka pun terputus. Marta menoleh menatap ke arah sekitar, untuk mengecek situasi yang kala itu masih sepi, yang membuat Marta aka Mark pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke apartemen Woojin dengan membawa banyak sekali daging, karena ia berniat akan membuat suki dan membuat barbeque. … Mark berjalan menaiki anak tangga dan kemudian berhasil sampai di apartemen Woojin, dengan senang ia menekan tombol pin dari pintu tersebut, untuk setelahnya pintu itu terbuka. Woojin memang sengaja memberikan nomor pin kepada Mark karena ia merasa kasihan jika harus membiarkan Mark menunggu dirinya cukup lama yang harus bersekolah, les dan berlatih taekwondo terlebih dahulu sebelum pulang. “Yeah … aku pulang!” ucap Mark ketika ia masuk ke dalam apartemen milik Woojin di sana, dan pandangan Mark kini terkejut ketika mendapati Woojin tengah terduduk bersama dengan teman-temannya, yang kala itu menoleh menatap kedatangan dirinya. “Eoh, Mark-ssi … kau sudah datang?” tanya Woojin kepada Mark yang kini menoleh menatap Woojin yang terduduk di atas sofa dengan satu kaki yang terbalut perban dan bahkan dipasang gipsun untuk menjadi penyangganya. “E…Yeah!” jawab Mark seraya mengangguk menanggapi pertanyaan itu, yang tentu saja banyak dari teman-temannya kini menyapa mark dengan sangat sopan, yang tentu saja Mark pun melakukan hal yang sama kepada mereka teman-teman dari Woojin saat ini. “Ya, Woojin-a … kau tidak bilang jika ada yang tinggal di sini juga!” ucap teman-temannya kepada Woojin yang kini tersenyum menanggapi hal itu, “Gwaenchanna, Mark adalah temanku!” ucap Woojin menjelaskan kepada mereka, dan membuat Mark pun menoleh menatapnya dan kemudian berucap, “Eh … ya … santai lah denganku!” ucap Mark kepada teman-teman dari Woojin yang kini mengangguk dan tersenyum kepada Mark saat itu. “Apakah kalian sudah makan? Aku kebetulan membeli banyak sekali daging, akan sangat menyenangkan jika kita memakan barbaque bersama-sama!’ ucap Mark mengajak Woojin dan juga teman-temannya, yang tentu saja terkejut dengan hal itu, “Eoh … jinjjareo?!” tanya salah satu dari teman Woojin, yang membuat Mark tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Sebentar ya … aku akan berganti pakaian dulu, ah ya … ngomong-ngomnong apa yang terjadi denganmu, Woojin-ssi?” tanya Mark seraya menunjuk ke arah kaki kanannya yang kini terbalut oleh perban di sana. “Dia mengalami kecelakaan saat melakukan latihan taekwondo, Mark-ssi!” jawab teman Woojin, yang membuat Woojin hanya bisa memamerkan gigi rapinya seraya menganggukkan kepala, dan hal itu membuat Mark terdiam, “Ah … Mark-ssi!” panggilan Woojin pada saat itu membuatnya kini menoleh menatap Woojin, “Tolong jangan laporkan ini pada Donghyun-hyung ya!” ucap Woojin kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu, yang membuatnya menjadi bertanya-tanya saat ini, namun ia dengan cepat menganggukkan kepala kepada Woojin agar setidaknya ia bisa terlihat tenang. …  To Be Continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN