Peristiwa Ulang

1343 Kata
Peristiwa Ulang Pagi itu merupakan pagi yang cerah, seperti biasa Woojin bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya. Saat itu ia tengah memakai dasinya di ruang tengah, dan bahkan ketika Mark keluar dari kamar dengan pakaian rapi, Woojin hanya menoleh menatapnya sekilas dan kemudian berucap, “Rapi sekali, apakah kau akan pergi berkuliah?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Woojin pada saat itu pun membuat Mark yang baru saja keluar dari kamarnya kini segera menoleh menatap Woojin dan kemudian membuat Mark pun menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “E… eo! Aku akan melakukan daftar ulang setelah pergi mengambil surat kehilangan dokumenku ke kanor polisi!” jawab mark menjelaskan rencana yang akan ia lakukan hari ini, yang membuat Woojin mengerutkan dahinya mendengar hal itu, “Huh? Kau kehilangan dokumen milikmu juga?!” tanya Woojin kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, dan kemudian membuat Woojin kini terkekeh mendengarnya, “Bagaimana bisa?” tanya Woojin, “Eum … ya … dokumenku berada di tas yang sama dengan dompet dan juga ponselku!” jawab Mark kepada Woojin, yang membuat Mark terkekeh mendengar ucapannya dan kemudian berucap, “Bukankah pertama kali akau menemukanmu kau membawa sebuah ransel?” tanya Woojin kepada Mark yang kini terkejut dan menyadari kebodohannya, “Y … yeah … aku menyimpannya pada tas koperku dan itu menghilang, puas?!” tanya Mark kepada Woojin yang kini tersenyum mendengar ucapan itu yang kemudian menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Aku tahu itu … maaf, aku hanya sedang ingin bercanda denganmu saja, Mark-ssi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini mengekeh di sana seraya berjalan untuk meraih jus jeruk yang sudah ia sediakan sebelum mandi untuk dirinya dan juga Woojin di sana. “Aku berangkat duluan ya! Sampai jumpa!” ucap Mark setelah mencuci kembali gelas tersebut, yang membuat Woojin yang masih memasang dasinya pun menganggukkan kepalanya mendengar hal itu. “Yeah … semoga hari mu beruntung, Mark-ssi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian pergi dari apartemen milik Woojin pagi itu. Melihat Mark sudah pergi meninggalkan dirinya di sana, Woojin pun hanya bisa terkekeh mengingat hal yang tadi, menurutnya Mark itu terlalu polos dan kocak … sehingga membuatnya tidak pernah berhenti tertawa seperti sekarang ini. “Yeah … mungkin seperti ini lah hidup dengan orang yang belum dikenal dan ternyata orang itu sangat kocak dan memiliki banyak sitkom … aku rasa aku harus bisa membiasakan diri dengan kehadiran dirinya di sini!” gumam Woojin kepada dirinya sendiri yang saat itu sedang menatap ke arah cermin di ruang tengahnya. “Eih … bagaimana caraku memasang dasi, kenapa aku bisa melupakannya?!” protes Woojin kepada dirinya sendiri saat itu. … Pagi itu, Woojin berjalan untuk masuk ke dalam wilayah sekolah, setelah sebelumnya ia melepas mantel yang ia kenakan saat itu. Untuk mentaati peraturan jika masuk ke dalam gerbang, semua siswa dan siswi diperkenankan untuk melepaskan mantel yang mereka gunakan kecuali pada musim dingin. Woojin berjalan seorang diri, dan tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang kini berlari menghampirinya dna langsung melompat dan merangkul bahunya hingga Woojin terkejut dan menolehkan pandangannya ke arah samping dan di sana seorang lelaki yang amat ia kenali tersenyum dengan tampak tak berdosa kepada Woojin yang kini merasa kesal dan kini meringis kepadanya yang tertawa. “Hahaha … selamat pagi, Woojin-a!” ucap lelaki itu kepadanya yang kini melanjutkan langkah kakinya seraya menganggukkan kepala seraya berucap, “Eo … selamat pagi Chan-a!” balas Woojin kepada seseorang yang baru saja ia sebut sebagai Chan, yang membuat sang lelaki bernama Chan itu tersenyum menanggapi hal itu. “Woo! Aku dengar kau mendapatkan mendali itu kemarin lusa … bagaimana perasaanmu?!” tanya Chan kepada Woojin seraya kembali merangkul bahu temannya yang satu itu, namun nampaknya Woojin pun tidak bereaksi terhadapnya jadi ia pun bisa santai berjalan dengan posisi seperti itu saat ini. “Yah … mwoh … tak ada yang aku rasakan, hanya perasaan senang saja karena telah mendapatkan mendalinya!” jelas Woojin kepada Chan yang kini terkekeh menanggapi hal itu dan menggelengkan kepalanya setelah mendengar jika Woojin tidak merasakan apapun saat itu. “Ck! Dasar … tidakkah seharusnya kau bawa mendali itu, agar kau bisa menyombongkan dirimu di depan kelas eoh?? bahkan mengatakan kepada para guru yang mengajar di dalam kelas saja kau tidak melakukannya!” protes Chan kepada Woojin yang kini terkekeh mendengarnya dan kemudian membuat Woojin kini menolehkan pandangannya untuk menatap Chan, “Katakan saja jika kau dan teman sekelas kita ingin mendapatkan keringanan dari diriku yang mendapatkan mendali itu kan?” ucap Woojin berusaha menduga apa yang dia dan teman-temannya mau saat itu, yang membuat Chan mengangguk dengan spontan dan kemudian berucap, “Tentu saja!” ucapnya dengan polos, namun detik kemudian ketika ia menyadarinya dan ketika Woojin tertawa mendengarnya, membuat Chan kini menoleh menatap Woojin seraya berucap, “Ya! Tentu saja aku tidak akan melakukannya, memanfaatkan teman itu namanya!” ucap Chan berusaha untuk mengelak kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Ok … ok … aku mengerti, aku tahu itu Chan!” ucap Woojin kepada Chan yang kini mendecik dan menggelengkan kepalanya. “Ah ya … apakah kau tahu jika hari ini kita memiliki kelas tambahan?” tanya Chan kepada Woojin yang kini mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu, yang membuat Woojin kini bertanya, “Huh?? kapan?” tanya Woojin yang membuat Chan mengerutkan dahinya, “Kau tidak tahu itu??” tanya Chan, yang membuat Woojin segera mengeluarkan ponselnya untuk mengecek informasi itu, namun dengan cepat Chan berlari seraya berteriak, “Kau kubodohi!! hahahahaha” itulah seruan yang diucapkan oleh Chan yang berlari untuk menjauhi Woojin yang kini menghembuskan napasnya dengan kesal dan kemudian menatap ke arah Chan yang berlari dengan kencang saat itu, “YA, Lee Chan!!!” bentak Woojin seraya berlari untuk mengejarnya yang kini menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kelasnya. Seperti itu lah waktu pagi yang selalu dijalani oleh Woojin, ia memiliki seorang teman yang sangat amat baik, yang selalu menjadi penghiburnya di kala ia sedang kesal, sedih atau hampa. Lee Chan adalah anak yang pertama berkenalan dengan Woojin ketika pertama kalinya Woojin pindah, yang tentu saja Woojin pun menjadi akrab dengannya karena Lee Chan memiliki sifat yang humble dan bahkan akan selalu menyapa terlebih dahulu jika Woojin terdiam. Woojin duduk dibelakang Lee Chan dan Woojin merasa diuntungnya menjadi anak baru di sana, karena ia tidak banyak di pandang dan membuatnya merasa sangat amat nyaman. Tidak seperti sekolahnya yang dulu, ia sangat dipandang karena Donghyun sang sepupu adalah ketua osis yang sangat digemari dan terlebih Donghyun sangat protektif kepadanya, yang membuat Woojin menjadi kesulitan jika ingin bersosialisasi secara bebas, meski ia juga menjadi terkenal nyaris seperti sang sepupu. … Jam pulang sekolah pun tiba, namun mereka yang memang memiliki jadwal untuk ekstra kurikuler tidak segera pulang dan memilih untuk berkumpul di masing-masing kelompoknya, dan begitu pula dengan Woojin, ia tidak langsung pulang dan memilih untuk berlatih Judo, karena pada hari itu, Taekwondo sedang tidak latihan. “Jadi … kau akan pergi untuk judo?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Chan kepada Woojin pada saat itu pun membuat Woojin menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Yeah … aku akan berlatih Judo, apakah kau tidak akan ikut?” tanya Woojin menawari Lee Chan yang kini menggelengkan kepalanya seraya berucap, “Aku ada latihan basket saat ini, kita bertemu lagi nanti ya!” ucap Lee Chan kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Araseo, Sampai jumpa Chan-a!” ucap Woojin berpamitan kepada Chan yang kini melambaikan tangannya dan kemudian berlari pergi dari tempat itu menuju lapangan basket, dan begitu pun dengan Woojin, ia pergi menuju ruang latih judo. “Hei, Woojin-a yeogi! (Hei, Woojin, kami di sini!)” panggilan seorang lelaki yang terdengar oleh Woojin kala itu pun membuat Woojin kini menoleh menatapnya dan kemudian tersenyum, dengan langkah yang senang ia berjalan mendekati kerumunan itu dan kemudian berbincang bersama, itu sangat asyik dan sungguh menyenangkan menurut Woojin. Namun, hari itu Woojin tidak beruntung, ia mengalami cidera kaki ketika bertarung dengan kakak kelas, yang membuat kakinya patah dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk ditangani.   ... To Be Continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN