Tragedi yang Bisa Dihindari

1738 Kata
Pip … pip … pip … pip … Suara alarm pagi hari terdengar, dan membuat Woojin mengeliat tidak nyaman ketika mendengar suara itu, namun ia mengetahui jika dirinya harus bersekolah, yang membuat Woojin pun memutuskan untuk membuka kedua matanya dan meraih ponsel itu untuk kemudian ia matikan alarmnya. Kletreng! Sebuah suara yang terdengar di luar sana, membuat Woojin dengan segera menolehkan pandangannya ke arah pintu dan merasa jika ada sesuatu yang terjadi di luar sana. Woojin pun memutuskan untuk mengecek keadaan di luar sana dan ternyata itu Mark yang tengah memasak sesuatu, yang tentu saja membuat Woojin mengerutkan dahinya ketika mengetahui jika lelaki itu tengah membuat sebuah kimbab. “Mwohae? (Apa yang sedang kau lakukan?)” tanya Woojin kepada Mark yang kini menolehkan pandangannya ke arah Woojin. “Oh! Aku sedang membuat kimbab untuk sarapan!” ucap Mark kepada Woojin yang kini mengerutkan dahinya setelah melihat kimbab yang dibuat oleh Mark cukup unik dengan warna pada nasinya yang tidak biasa, yang membuat Woojin pun menganggukkan kepalanya dan pergi untuk mandi, memilih untuk tidak berucap apapun di sana. Sedangkan Mark yang melihatnya pergi begitu saja kini merasa terkejut karena sebelumnya ia lupa mengaktifkan Gosk miliknya, namun karena mask wajah itu sangat simple, membuatnya dapat melakukan penyamaran dengan sangat cepat, dan itu membuat Mark nyaris saja masuk ke dalam sebuah masalah yang besar jika Woojin mendapati jika seorang wanita yang tengah memasa di sana beberapa saat yang lalu, ia bahkan tidak bisa membayangkan apa yang terjadi ketika Woojin memergokinya seperti itu. “Wah … aku nyaris ketahuan!” gumam Mark dengan pelan seraya menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu. … Sedangkan di dalam kamar mandi, Woojin tengah terdiam dan berpikir, karena persekian detik ia mendapati seorang wanita yang tidak ia kenali berada di dalam dapurnya, namun detik kemudian ia menyadari jika itu adalah Mark, dan tentu saja itu membuatnya sangat bingung. “Ck! Apa mungkin karena tadi aku masih mengantuk?” itu lah yang digumamkan oleh Woojin, namun karena ia tidak mau banyak berpikir mengenai hal yang tidak penting, ia pun akhirnya mengabaikan hal tersebut. “Ah … aku rasa memang aku masih mengantuk tadi!” itu lah yang di simpulkan oleh Woojin kepada dirinya sendiri yang kini menganggukkan kepala menanggapi hal itu. Ia kembali mandi dan tidak memikirkan apapun tentang wanita yang persekian detik tadi ia lihat di dalam dapur itu. … “Hari ini, apakah kau memiliki jadwal … Mark-ssi?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Woojin secara random ketika mereka tengah menyantap sarapan pun membuat Mark yang tengah memakan kimbab buatan dirinya sendiri itu pun kini menoleh menatap Woojin dan kemudian menggelengkan kepalanya, untuk menjawab pertanyaan itu. “Aku rasa tidak … ada apa, Woojin-ssi?” tanya Mark kepada Woojin yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari Mark saat itu, “Annia, hanya bertanya saja … hari ini aku akan pulang cepat, jika-jika kau ada waktu, aku ingin mengajak mu untuk menonton film di rumah bersama, karena rasanya sepi sekali hari ini!” ucap Woojin menjelaskan kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. Meski pada sebenarnya, hari ini tugasnya adalah mengawasi seluruh gerak-gerik dari Woojin, namun tidak mungkin hal yang seperti itu ia katakan secara gamblang kepada Woojin. “Baiklah … aku akan menemanimu menonton hari ini, aku akan membelikan soda dan yang lainnya!” ucap Mark kepada Woojin yang kini tersenyum dan menganggukan kepala menanggapi hal itu. “Araseo!” ucap Woojin terdengar senang. … “Mark-ssi! Aku pergi ya!” ucap Woojin kepada Mark yang tengah mencuci piringnya, dan membuat Mark menganggukkan kepala menanggapi hal itu. Dan Woojin pun pergi dari apartemennya, bersamaan dengan itu, Mark pun segera pergi dari apartemen menggunakan semacam pintu ajaib, namun ini bukan pintu yang mirip seperti doraemon, karena itu terbuat dari medan magnet yang dirancang khusus, dan nama dari magnet tersebut adalah telemagnet yang memiliki singkatan dari (Teleportasi Magnet) yang dibeli dengan sangat mahal oleh Yuna. Cara penggunaan dari Telemagnet ini pun tidak semudah pintu doraemon, para penggunanya haru menyimpan terlebih dahulu pintu, magnet itu di tempat yang ingin di tuju, dengan contoh jika ia ingin pergi dari rumah ke kantor, maka hari sebelumnya ia harus memasang magnet itu di kantor sehingga ketika di aktifkan ia bisa dengan langsung masuk dari kamar di rumahnya menuju kantor dengan sempurna, atau magnet itu  membuat sebuah portal dimensi. Dan itu lah yang di lakukan oleh mark sebelumnya. Ia sengaja menempelkan Telemagnet itu pada dinding samping apartemen bawahnya, sehingga ketika ia menyalakan pintu itu, ia dapat dengan leluasa sampai di lantai bahwa apartemen atau lebih tepatnya di samping apartemen tanpa menggunakan lift terlebih dahulu. Tap .. tap… Dengan penuh kegelisahan, mark menoleh ke kanan dan kiri sebelum akhirnya kembali mencopot Telemagnet itu agar tidak diambil oleh yang lainnya. Mark kini bersembunyi di samping apartemen itu dan mengamati untuk menunggu kedatangan dari Woojin yang keluar dari apartemen mereka saat itu. Mark menunggu dan terus saja menunggu, hingga akhirnya ia pun menemukan Woojin berjalan keluar dengan kaki yang pincang dan juga menggunakan tongkat untuk berjalan, yang tentu saja membuat Mark berjalan mengikutinya perlahan di belakang. Pandangan Mark sama sekali tidak berpaling kepada siapapun, ia terus menatap Woojin yang berjalan tertatih menuju halte bus di sana. Yang tentu saja membuatnya mengerutkan dahi dan berpikir jika waktu peristiwa itu tidak sama dengan waktu di mana ia berjalan saat ini, yang membuat Mark kini mengerutkan dahinya dan merasa ada yang janggal di sana saat itu. “Apakah ia tidak akan naik bis?” itu lah yang menjadi pertanyaan dari Mark saat ini ketika ia menoleh menatap jam yang seharusnya kecelakaan terjadi pada pukul delapan, namun saat ini adalah pukul enam tiga puluh, yang tentu saja membuat Mark merasa jika ada perubahan yang terjadi saat ini, atau setidaknya seperti itu. Meski pun ada perubahan, namun setidaknya Marta harus tetap mengikuti langkah dari Woojin, karena ia tidak mau sesuatu terjadi dan ia tidak bisa menyelamatkannya dan membuat Yuna merasa kecewa, ia tidak akan bisa membiarkan itu terjadi, karena ia tahu jika saat ini Yuna pasti tengah melakukan sesuatu untuk membuat sebuah peralihan, dan Marta percaya jika Yuna akan melakukan hal itu dengan sungguh-sungguh. Karenanya, ia tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja, demi Yuna, demi kakek Donghyun. Marta memutuskan untuk berjalan lebih dekat lagi dan ternyata benar, alih-alih naik bus, Woojin sengaja berjalan kaki di sana, yang tentu saja membuat Marta kini berjalan untuk mengikuti langkah kaki dari Woojin. Meski di dalam hatinya kini bertanya-tanya kenapa dia tidak menaiki bus saja? Namun karena ia tahu bahwa itu sudah menjadi sebuah takdir, membuatnya tidak bisa melakukan apa pun dan berusaha untuk setidaknya menyelamatkan Woojin satu kali dari peristiwa itu. Setiap Woojin melangkah, Marta selalu mengiringi langkah itu di belakangnya, karena ia tahu jika ia berjalan bersamaan dengannya, maka itu akan terlihat oleh para pengawas, meski sebenarnya Marta tahu jika Yuna pasti akan melakukan apa pun demi mengamankan Marta. Pandangan Marta kini menoleh menatap jam yang kemudian menyadari jika sebentar lagi peristiwa itu akan terjadi, dengan segera Marta menyiapkan sebuah tembakan off, di mana itu akan menyerap seluruh tenaga mesin yang ada dan itu tidak terkecuali, ia tentunya mendapatkan tembakan itu dari Yuna. Mereka sudah mencoba tembakan itu sebelumnya dan berhasil, dan kini Marta hanya menunggu dan bersembunyi di balik pohon dekat perempatan tempat di mana Woojin akan menyebrang saat itu. “Oh! Bolanya!” pandangan Marta kini menoleh menatap bola yang menggelinding dari taman samping perempatan, dan kemudian seorang anak lelaki kelas satu atau dua SD berlari untuk mengambilnya. Sesuai dengan peristiwa, bola itu menggelinding menuju jalan dan anak itu pun berlari ke arah sana di saat lampu masih menandakan bahwa kendaraan harus melajut. Woojin menyadari jika itu adalah hal yang berbahaya, karena ia melihat ada truk yang melaju dengan kencang menuju ke arah anak itu. “Hei, Andwae!” teriak Woojin dengan segera berlari menuju anak itu dan mendorongnya untuk menyelamatkan anak itu dan seegera saja di saat yang bersamaan dengan Woojin yang berlari, Marta segera menembakan senjata itu kepada Truk yang melaju dengan cepat, sehingga ketika Woojin melompat untuk mendorong anak kecil itu menjauh dari sana, truk itu pun berhenti tepat satu meter dari tempat Woojin terjatuh karena menyelamatkan anak kecil itu. CKIITTTT “KYAAA!!” Suasana seketika menjadi ramai, dan Marta yang baru saja menyelamatkan Woojin kini jatuh terduduk merasa lega karena peristiwa tabrakan yang nyaris terjadi pun bisa dihentikan di depan matanya dan terlebih lagi dengan tangannya sendiri. Pandangan Marta kini menatap Woojin yang terlihat Shock dan pucat, yang membuat dirinya pun harus mendekatinya dan membawanya kembali ke rumah, dan itu lah yang ia lakukan. Marta yang kala itu menyamar menjadi Mark pun kini berlari mendekati Woojin dan kemudian menanyakan keadaanya. “Woojin! Are you ok?!” tanya mark seraya menarik Woojin untuk berdiri dan kini membopongnya di bantu dengan orang-orang yang ada di sana dan mendudukan Woojin di kursi taman sebelah perempatan itu. “Aigooya! Seharusnya anak-anak seperti kalian tidak main bola di sini! Sangat berbahaya!” ucap bibi-bibi yang berjalan di sekitar sana, pandangan Mark kini menatap Woojin yang melamun karena Shock yang membuatnya kini menyadarkan Woojin dengan menggoyangkan tubuhnya dan memanggil namanya. “Ya, Woojin!!” panggilnya lagi dan hal itu membuat Woojin tersadar dan menolehkan pandangannya ke arah Mark yang kini menatapnya dengan khawatir dan kemudian menghembuskan napasnya seraya menganggukkan kepala menanggapi hal itu. “Nak! Kau kenal dengan pemuda ini?” tanya salah satu paman yang ada di sampingnya, yang membuat Mark pun menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Ne … dia satu apartemen denganku, pak!” ucap Mark kepada paman itu, yang membuatnya pun menganggukkan kepala dan kemudian menepuk bahu Woojin seraya berucap, “Akan lebih baik jika kau pulang dan lewatkan sekolahmu untuk satu hari ini saja, kau terlihat sangat shock karena ini!” ucap Paman itu kepada Woojin, dan membuat Mark menganggukkan kepalanya menanggapi saran tersebut. “Nah! Minum lah nak! Agar setidaknya kau bisa sedikit lega!” ucap bibi yang datang membawa botol minum dan Mark pun segera membantu Woojin untuk minum air putih itu di sana. “Kalau begitu segera lah pulang, antar dia!” ucap paman itu kepada Mark yang kini menganggukan kepalanya dan membantu Woojin untuk berdiri dan mereka pun berjalan pulang menuju apartemen Woojin. Dan hari itu, nyawa Woojin pun terselamatkan dan Marta tidak mendapatkan teguran sama sekali di detik yang sama, yang membuat Marta yakin jika Yuna berhasil mengalihkan perhatian para pengawas dan membuatnya lolos dari hukuman atau teguran sebagai pengembara waktu.  ...  To Be Continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN