Dylan mendekap emily begitu erat, ia bingung harus bagaimana, kenapa perasaan dan hatinya seperti ini.
Walaupun tergerak sedikit tapi ia masih belum yakin apa yang di rasakannya.
" sepertinya aku tak bisa melepasmu " ujar dylan.
" a'apa maksudmu ? "
" apa harus ku jelaskan lagi ? "
" aku tak faham "
" kau tak faham atau pura-pura tak faham ? "
" ih apaan sih "
" sudahlah ayo sini " ujar dylan sambil menarik emily kepelukannya.
Emily tersenyum, ia juga tak mengerti dengan perasaannya saat ini, yang pasti perasaannya sangat senang menerima perlakuan lembut dari dylan yang sebelumnya tak pernah ia terima,
" tadi, kau menyebutku pria menyebalkan ? " tanya dylan melepas pelukannya dan menggenggam kedua bahu emily dengan kedua tangannya.
" kau salah dengar "
Dylan kembali memeluk emily.
Saat ini Emily benar-benar senang walaupun Dylan belum tentu menyukainya.
" bukankah kau mengatakan aku tak waras dan cerewet ? "
" iya aku mengatakannya, aku pun mengatakan penampilanmu kampungan " ujar dylan.
Emily melepas pelukannya dan Berwajah manyun.
" tapi, kau tetap Imut " ujar dylan sambil mencubit lembut pipi emily.
" ya tuhan... Sadarkan aku dari mimpi ini " Emily membatin.
Emily kembali tersenyum.
Tatapan mereka saling menghujam lembut, dylan menatap emily, mata hitam bak iblis dan mata hitam segelap malam itu begitu dekat, tapi kali ini berbeda, tatapan itu berbeda tak seperti biasanya.
Dylan pun berhasil membuat Emily kelabakan mengatur nafasnya.
Nafas yang menderu kian hebat, jantung yang terdengar dengan Irama hebat karena Melihat tatapan mata manik coklat Milik Dylan yang kini sedang menatapnya.
***
Seperti biasa emily menyiapkan segala keperluan sekolah Jean di setiap paginya.
Dylan hendak berjalan melewati kamar jean dan terhenti ketika melihat emily sedang mengacak rambut putranya dengan lembut dan sesekali mencubit lembut hidung mancung Jean.
Tatapan itu kembali menghujam lembut, menatap dan memandangi wanita yang kini mengisi hari-harinya bersama Jean.
Walaupun belum tau pasti Posisi dimanakah emily berada di dalam kehidupannya.
Emily dan jean berjalan menuju ruang makan di mana Dylan sedang duduk di kursi kebesaran Dengan membaca koran pagi yang baru saja di antarkan.
" morning daddy " sapa jean dan duduk di hadapan Dylan.
" morning " ujar dylan tanpa basa basi sedikitpun, itulah dylan, memiliki sikap yang tak bisa di bantah, tak bisa di lawan, dan tak bisa di tolak.
Emily pun tak bisa memberitahukan kepada dylan jika sikapnya kepada putranya sedikit keterlaluan karena ia tau pasti Dylan tak akan pernah mau mendengarkannya.
" mom, hari ini dan seterusnya tak perlu Menungguku di sekolah, cukup mengantar dan menjemputku saja mom " ujar dylan.
" kenapa sayang ? "
" kasihan mommy jika harus menungguku berjam-jam di sekolah, bukankah semalam Mommy Lelah ? "
" lelah ? Siapa yang mengatakan jika mommy lelah ? " smily menoleh ke arah dylan yang masih fokus dengan koran paginya.
" dengarkan saja apa kata Jean " ujar dylan.
Walaupun semalam mereka sangat akrab dan melakukan hal yang setiap suami istri lakukan tapi sikap dylan tak berubah, tetap bersikap dingin, dan memiliki sikap otoriter maksimal.
Emily mulai terbiasa akan sikap itu.
Setelah selesai sarapan emily mengantarkan Jean ke sekolah dengan perasaan tang sesikit tak neraturan karena sikap Dylan semalam dan di pagi ini bena-benar berbeda.
" ada apa mom ? " tanya Jean melihat emily hanya diam saja.
" ga apa-apa sayang, kamu yakin Mommy tak perlu menunggumu ? "
" iya mom, mommy kan tau aku bukan anak kecil lagi "
Emily tersenyum dan membelai lembut rambut jean.
Sampai di sekolah Jean, jean mengecup pipi kanan emily dan berlari bergabung dengan teman-temannya.
" semakin lama aku semakin susah melepasmu jean, aku benar-benar menganggapmu seperti anakku sendiri " ujar emily.
Ketika hendak masuk ke dalam mobil Seseorang menyapanya.
" nyonya maxwell ? Anda akan pulang ? " tanya Ny.Moel.
Emily mengangguk.
" kenapa anda tak menunggu saja ? "
" saya banyak kerjaan "ujar emily sambil masuk kedalam mobil dan berusaha tak banyak bicara.
***
Sampai di rumah emily melihat Dylan sedang berdiri di samping Rooftop, menatap arah Universal Studios Hollywood yang ada di hadapannya Sekitar 25 meter dari sini universal studios Hollywood terlihat, itulah tempat favorit Dylan jika di rumah.
Ia berdiri tegak tak bergerak sama sekali dengan kedua tangannya di masukkan ke saku celananya.
Dylan terlihat sedang berpikir, sesuatu pun sepertinya menganggu pikirannya.
Emily berjalan mendekati Dylan yang saat ini sedang membelakanginya.
Emily Berdiri tepat di samping Dylan yang kini sedang menatap lurus kedepan.
" apa yang kau pikirkan ? " tanya emily walaupun tau jika pertanyaannya belum tentu di jawab Dylan.
" oh, kau sudah pylang ? "
" hmm... Tubuh sebesar diriku ini tak kau lihat ? " tanya emily berusaha mencairkan suasana.
" jangan becanda, tubuhmu itu Mungil sekali sangat sangat mungil " ujar dylan.
Emily hanya dapat tersenyum.
" besok temani aku ke New york "
" ngapain ? " tanya emily.
" yang pasti bukan untuk menculikmu "
" trus kenapa harus aku ? Oh.. aku tau kau pasti akan merindukanku, kan?
" jangan becanda, aku serius "
" aku juga serius kenapa harus aku ? Kenapa tidak Jake saja ? "
" kau banyak tanya ya, aku bilang temani aku saja, jangan banyak tanya " Dylan kesal.
" Iya iya, trus Jean bagaimana ? "
" aku akan menitipnya ke mommy "
" kenapa tidak kita bawa saja ? "
" ini bukan liburan keluarga Emily "
Emily terkejut Mendengar Dylan menyebut namanya untuk pertama kali.
" kenapa kau diam ? "
" kau tadi menyebutku emily "
" aku tak mungkin menyebutmu Siska "
" tapi itu untuk pertama kalinya "
" sudahlah, kau benar-benar cerewet "
" dan tak waras ? "
" akhirnya kamu menjawab juga "
***
Sudah hampir malam, Dylan sudah mengantar Jean ke rumah mommy-nya, walaupun mereka akan berangkat besok.
Tapi, karena rumah nommy-nya dan arah perginya berlawanan arah, jadi Dylan memilih mengantar putranya malam ini.
Dylan melihat emily sedang berdiri di samping Rooftop dengan tetesan air matanya.
Dylan mendekati Emily.
" kau menangis ? " tanya dylan.
" kau pikir aku sedang tertawa ? "
" kenapa kau menangis ? Ada apa ? "
" aku menangis karena kau membawa jean pergi "
" ya tuhan... emily, apa kau sadar ? "
" aku sadar 100%, apa kau tak lihat ? "
" jean hanya ku titipkan disana bukan membuangnya " ujar dylan.
" kau kan bilang akan membawanya besok pagi "
" perjalanan ke new york dan Rumah Mommy itu tidak searah, sedangkan aku harus cepat sampai ke New York, shitt... ya tuhan.. emily semenjak mengenalmu aku jadi banyak bicara " ujar Dylan sambil melangkah meninggalkan emily yang diam tergugu.
" aishh...aku salah lagi, dasar pria aneh " ujar emily melihat punggung dylan.
Perlahan emily meninggalkan Rooftop dan melangkah menyusul Dylan.
Emily melihat dylan sedang Berbaring di atas Sofa bed di dalam kamar.
Emily mendekati dylan dan melingkarkan tangannya di leher Dylan yang sedang membelakanginya.
Dylan bergerak Pelan dan melepas Tangan Emily.
Emily pun baru sadar apa yang ia lakukan, Tanpa rencana dan tanpa sengaja ia memeluk Dylan dari belakang, oh tuhan demi apapun di Dunia ini aku benar-benar sangat malu. Batin emily.
Emily menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
dengan pelan dylan membuka Tangan emily agar ia bisa melihat wajah wanita aneh ini.
Dylan Sedikit menunduk agar bisa melihat wajah emily yang tingginya hampir sama dengannya.
Dylan menatap emily, tatapan mereka kembali menghujam lembut.
Pandangan Dylan meredup, sungguh indah Ciptaan Tuhan. Batin Dylan.
Ketika Ia melihat Belahan d**a milik emily.
Dylan memandang wajah emily yang mulai terlihat memerah.
Dylan berusaha sekuat tenaga mengatur debaran Jantungnya yang ia anggap biasa saja, emily pun melakukan hal yang sama.
Dylan mencium lembut Bibir basah emily, emily mendongak karena Dylan tak memberikannya kesempatan untuk bernafas.
Dylan menyelusupkan tangannya di belakang leher emily dan menarik leher Emily Untuk memperdalam ciuman mereka.
Bibir emily bergerak halus membalas ciuman dylan, mereka saling memagut dan menautkan rasa yang halus seakan takut saling menghancurkan.
Dylan melepas ciumannya dan mengecup puncak kepala emily, Merasakan deru nafas emily dan menikmati wajah emily yang memerah dengan mata terpejam.
Emily menggenggam erat tangan Dylan.
" dylan!! " panggil Emily Lirih.
" hmm..ada apa ? " tanya Dylan.
" kamu kenapa ? "
" kenapa apanya ? "
" kau sudah menciumku berkali-kali "
" trus kenapa ? "
" kau melakukan hal itu, karena apa ? "
Tanpa menjawab pertanyaan emily, Dylan menggendong emily seperti Pengantin Pria menggendong Pengantin wanitanya masuk ke dalam kamar.
Dylan menurunkan Emily begitu lembut di atas Ranjang seakan takut jika saja Emily hancur dan menyelimuti Emily dengan Selimut.
Setelah menyelimuti emily, Dylan mengecup lembut Puncak kepala Emily.
" tidurlah... kita harus berangkat besok pagi " ujar dylan.
" tapi-"
" apa lagi emily ? "
" aku hanya-- "
" aku bilang tidur saja, Jangan membantahku "
Emily mengangguk.