BAB 15

1574 Kata
Sudah hampir gelap, Emily dan Dylan sampai di New York, Dylan Menjalankan Mobilnya pelan menyusuri jalanan new york yang tak pernah Sunyi sekalipun. Tigapuluh menit kemudian Dylan memasuki pelataran parkir sebuah Hotel terbesar di pusat kota Manhattan,Grand Hyatt hotel. Mewah dan benar benar elegant. Di sekitarannya Banyak gedung pencakar langit yang siap menjadi sunset ketika ia Berada di hotel. Dylan keluar dari mobil dan tak membukakan pintu mobil untuk emily seperti sebagian pasangan kekasih atau pasangan suami istri. Emily memilih membuka pintu mobil sendirian dan menyusul langkah kaki dylan menuju Lobby. Waoww.. lobby yang benar-benar indah. Beberapa karyawan Hotel menoleh dan saling berbisik, mereka mengetahui siapa Dylan karena wajahnya selalu terpampang di Majalah bisnis. Tapi, mereka tak mengetahui tentang emily sebelumnya apalagi dylan tak pernah terlihat bersama Wanita sebelumnya, Dan anehnya lagi dengan penampilan emily yang tak berkelas. Salah satu Manager hotel menyapa santun Dylan yang sedang berjalan menuju resepsionis di susul emily. " selamat sore Mr. Maxwell " sapa Manager hotel yang Bernama Henry Sesuai yang tertulis di ID card yang ia pakai. " Sore, antarkan dia ke kamar, saya ada urusan " Ujar Dylan sembari mengikuti langkah kaki pria yang menunjukkan jalan. Apa ? Dia ? Dylan benar-benar dingin dan seperti pria yang berkepribadian ganda. Oh sungguh malang nasibku, dia tak mengakuiku sebagai istrinya, Ujar emily kesal. Emily memasuki kamar suite room yang benar-benar mewah dan elegant. Tataannya Sangat Rapi. Ia melihat sekeliling gedung di teras Kamar. Udara sore menjelang malam membuatnya merasakan dingin berada di Teras ini. Emily keluar dari kamar dan Keliling Hotel hanya untuk berjalan-jalan. Tapi, langkahnya terhenti. Pemandangan yang Terpampang tepat di depannya membuatnya kesal Ketika melihat dylan dan seorang wanita bak model itu saling mengobrol, sesekali dylan tersenyum. Yang tak pernah sekalipun di lihat emily. Emily kesal dan berjalan memasuki Resto, ia ingin mengawasi gerak gerik dylan dengan duduk di pojok kanan dan wajahnya ia tutupi mengenakan buku menu agar dylan tak melihatnya. " apaan sih pria itu ? Membiarkanku sendirian di kamar dan dia sedang senang-senang bersama wanita lain di sini " gumam emily kesal dan secara bersamaan seorang pelayan resto Menyapanya. " selamat malam Nona, anda mau pesan apa ? " tanya pelayan yang memakai atribut lengkap, Baju seragam pelayan, Topi pelayan, IDcard dan buku kecil serta pulpen di tangannya untuk mencatat pesanan tamu yang datang termaksud dirinya. " untuk sementara air putih saja " Ujar Emily. " baiklah " Sepeninggalan pelayan resto itu, emily kembali menoleh ke arah Dylan dan wanita itu. Wanita genit bak model yang sesekali memukul Bahu dylan lembut. Itu hanya Anggapan Emily. Hati emily makin panas. Apa ? Panas ? sepertinya emily mulai menyukai bosnya itu. Tatapan emily kembali Melotot marah ketika dylan dan wanita itu Saling Mencipika Cipiki. Dylan juga melingkarkan tangan kanannya ke pinggang Ramping wanita bak model itu. OMG... DASAR SUAMI GENIT. ujar emily kesal. Secara bersamaan pelayan Resto yang membawa pesanan air putihnya Datang dan terkejut mendengar umpatan emily dan emily langsung meneguk segelas air putih itu sampai tandas tak tersisa dan membanting gelas karena kesal. Ia tak perduli ketika sebagian Tamu Resto menoleh ke arahnya keheranan. Emily hendak pergi dari Resto menyusul kepergian dylan tapi pelayan resto itu mencegahnya. " anda mau kemana nona ? " tanya pelayan resto. " saya mau pergi, ada apa ? " " anda bayar dulu air putih ini " " apa ? Air putih saja harus bayar ? " " Iya nona, apa anda tak membaca Menu yang tertulis di buku itu ? " Emily memeriksa kantung Celananya tapi tak mendapati uang se senpun. Emily bingung dan tak tau harus mengatakan apa kepada pelayan resto itu. " saya tak bawa uang, kamu ke kamar saya saja nomor kamar saya 746 " ujar emily. " anda Menginap di kamar suite Room tapi bayar air putih saja tak bisa ?" " ngeyel banget sih kamu, Apa kamu ga dengar ? Aku lupa dan tak membawa uangku " Ujar emily. Sebagian orang melihat ke arahnya. " baiklah saya akan ke kamar anda " ujar pelayan resto itu. " hotel ini apa mewahnya sih, dasarrr... mereka menyediakan Hotel ini khusus untuk orang kaya saja sampai Air putih pun harus di bayar " Gumam emily kesal. Emily benar-benar sangat kesal. Ia memasuki lift, di dalam Lift ia hanya berdua dengan salah satu pelayan resto, setelah peleyan resto itu keluar emily sendirian di Lift, Ia melihat penampilannya di Cermin yang di pampang dalam Lift ternyata tak menarik sama sekali. Tak satupun alat make up menghiasi wajah mulusnya, bukan karena tak memiliki alat make up tapi ia malas untuk mendandani dirinya. Pantesan saja banyak orang sesekali menertawakan Penampilannya. Ia pun sadar siapa dirinya dan siapa dylan. " lihat saja, akan ku buktikan jika aku bisa tanpa Pria itu dan Membuktikan aku bisa cantik dari wanita tadi " Ujar emily yakin. Walaupun ia tau tak semudah seperti yang ia ucapkan. *** Emily melangkah memasuki kamar dan melihat dylan sedang berdiri di Teras kamar dan melihat pemandangan di luar sana dengan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya. Demi apapun semua wanita pasti akan tertarik melihatnya. Emily duduk di sofa bed dekat Jendela kamar dan Membaca n****+ yang sengaja ia bawa dari LA untuk menemaninya. Dylan berbalik melihat emily. " kau dari mana ? " tanya Dylan. " apa urusanmu aku kemana ? " Jawaban singkat dan Tajam emily. Dylan mengangkat alisnya keheranan! Emily bersikap seperti waktu mereka pertama kali Menikah. " ada apa denganmu ? " tanya Dylan dan kali ini dylan berada dekat dengan sofa bed dimana Emily baring. Emily beranjak dan hendak menjauh tapi dylan menggenggam Tangannya erat. Genggaman penuh pertanyaan dengan sikapnya kali ini. " aku tanya kau kenapa ? " pertanyaan itu terulang lagi sampai terdengar putus asa. " aku ga kenapa-napa, lepasin aku " ujar emily berusaha melepas genggaman tangan dylan tapi dylan malah semakin menggenggamnya erat, Emily merasakan genggaman itu makin kuat, ia pun putus asa. " aku melihatmu bersama wanita lain di resto, jangan bilang aku cemburu--- aku-- aku hanya merasa kau membawaku kemari hanya untuk menjadikanku boneka bisa di bilang sekedar permainan! " ujar emily kesal. " tapi pria sejati tak main boneka emily " ujar dylan, Selalu singkat dan membuat emily pun selalu gagal faham. " kau menganggap dirimu pria sejati ? " " emang kenapa ? " " kau-- " emily Melihat Mata segelap malam itu sedikit menakutkan sampai ia memilih tak melanjutkan perkataannya. " aku kenapa emily ?" " ga kenapa-napa " " makin kesini kau makin tak waras emily " ujar dylan sembari melepas genggaman tangannya. " apa ? Tak waras ? Apa ada kata-kata yang lebih menyakitkan dari itu ? Aku memang tak cantik, kampungan, penampilanku tak menarik, tak berkelas sama sekali, tak seperti wanita tadi, aku juga tak Punya etika dan aku wanita aneh, itu kan maksudmu ? Walaupun begitu aku tak serendah yang kau pikir " ujar emily kesal sembari melangkah meninggalkan Dylan. Dylan menarik emily dan membawa emily kepelukannya Dia memang bukan siapa-siapa, dia hanya gadis ceroboh yang tidak sengaja terjerat kontrak bersama dylan yang memiliki Cita-cita besar tapi belum tentu tercapai. Perasaannya menjadi sedikit lebih legah ketika mengatakan semua unek-unek yang menari di pikirannya. Dylan mempererat pelukannya. ! Oh tuhan, aku sungguh mengagumi pria dingin ini, pria yang dulunya menyebalkan menjadi pria manja jika memelukku. Batin emily. Dylan tak mengatakan apapun, dia juga tak mengatakan maaf kepada emily, itulah sifat Dylan sangat sisah mengatakan maaf dan mengatakan cinta. " aku ingin memilikimu malam ini " Ujar dylan Yang mencium aroma Lavender Murahan yang menguar dari Tubuh Emily. " ada apa denganmu ? Saat ini aku sedang kesal Dy-- " Cupp... Dylan mencium Lembut Bibir manis Emily yang menjadi candunya beberapa hari terakhir ini. Dan alhasil Emily luluh. Tapi, ia tak membalas Ciuman itu dan Membiarkan dylan Menciumnya. Dylan melepas ciumannya Dan menatap emily dengan Pipi merona. " jika kau tak diam aku bisa menciummu lebih lama "  Ujar Dylan. " aku mau mandi " ujar emily melangkah membelakangi dylan dan masuk ke kamar mandi. Sudah 5 menit emily masih mandi, tak lama Kemudian terdengar suara Bel Pintu kamar, Dylan membukanya dan melihat seorang waiter Berdiri tepat di depan pintu. Waiter itu melihat dylan dan Membungkuk santun karena mengetahui siapa dylan. " ada apa ? " tanya Dylan. " maafkan saya Mr, saya hanya datang untuk menagi Kepada wanita yang tadi kerestoran, tapi sepertinya saya salah kamar atau wanita itu yang telah menipu saya " ujar waiter dengan wajah menunduk. " kenapa kau tau kamar ini ? " " wanita itu yang menunjukkan Kamar ini Mr, kalau begitu saya permisi " ujar waiter itu hendak melangkah pergi. " tunggu " " ada yang bisa saya bantu ? " " ini ambil, ini tagihannya " dylan memberikan beberapa lembar dollar dari dompetnya dan memberikannya kepasa waiter. " tapi Mr, ini terlalu banyak " " ambil saja sisanya " ujar dylan sambil menutup pintu. Emily keluar dengan Rambut yang basah. Rambut Emily Basah dan di Gulung mengenakan handuk saja, membuat dylan tergerak sedikit dan seperti biasa dengan penampilan emily yang biasa saja mengenakan kemeja tipis sampai BRA miliknya kelihatan dan celana jeans yang sangat pendek. " kenapa kau menatapku seperti itu ? " tanya emily keheranan. Emily keluar dan duduk di atas sofa ia Mencoba mengeringkan rambutnya yang sengaja ia basahi. Dylan menatapnya dari kamar, tatapan itu menghujam lembut, Keinginan Dylan menjamah emily malam ini sangat kuat, gairahnya tak Tertahankan lagi, tapi ia tak tau bagaimana karena emily saat ini sedang marah padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN