Bab 12. Anak Ibu Yang Berbakti

1080 Kata
Tantria melangkah bahagia dengan bingkisan buah serta makan siang untuk ibunya, Ria yang sedang dirawat di rumah sakit. Hendri memberikan ijin sekaligus mengantarkan Tantria ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Ria sedang menjalani perawatan untuk kankernya dan menjadi penghuni bangsal khusus. “Tantri, anakku!” Ria memeluk Tantria yang datang setelah mendapatkan izin dari dokter. “Bagaimana kabar Ibu?” Tantria balik bertanya. “Baik, Ibu jauh lebih sehat. Kamu cantik sekali!” puji Ria saat melihat penampilan Tantria yang jauh dari sebelumnya. Meski tanpa make up, tapi dengan pakaian baru tersebut Tantria berpenampilan seperti seorang model. “Makasih, Bu. Oh, Tantri bawakan makanan untuk Ibu. Ada buah-buahan juga,” ujar Tantria mengeluarkan barang bawaannya. Ria sangat senang dan terharu dengan kedatangan Tantria. Meski sudah menikah dengan pria kaya raya, Tantria tidak serta merta meninggalkan ibunya. “Terima kasih. Ini banyak sekali. Kamu dapat uang dari mana?” tanya Ria sambil memperhatikan Tantria yang menyusun berbagai buah di dalam parcel untuk diletakkan di atas meja di dekat ranjang ibunya. “Mas Anthony yang memberikan, Bu.” Tantria menjawab lembut sambil tersenyum. Ria masih tersenyum dan mengangguk. “Suami kamu sangat baik, Tantri. Bagaimana rumah tangga kalian? Apa kamu betah di sana?” Tantria tertegun sejenak lalu tersenyum dan mengangguk. “Rumahnya ternyata besar banget, Bu. Tantri harus belajar banyak hal di sana. Ibu gak usah khawatir, Tantri pasti bisa menjaga diri,” ucap Tantria memegang dan meremas tangan ibunya. Ria menarik napas lega dan mengangguk. Ia yakin jika Tantria memang bisa menjaga dirinya dengan baik. Siang itu dihabiskan oleh Tantria dengan makan siang bersama Ibunya dan bersenda gurau. Baru kali ini Tantria merasa rileks dan bisa beristirahat dari penatnya hidup. Biasanya ia akan selalu diburu waktu untuk mencari uang atau belajar. Hari ini Tantria bisa jalan-jalan bahkan membeli pakaian baru dan makanan serta mengunjungi ibunya. Menjelang sore, Tantria baru pulang. Dengan hati yang bahagia menenteng beberapa plastik berisi pakaian serta kue. Begitu pula dengan Erna yang juga mendapatkan belanjaan yang cukup untuknya. “Terima kasih, Pak Hendri,” ujar Tantria dan Erna bersamaan. Hendri tersenyum dan mengangguk. Tantria pun berbalik untuk masuk ke dalam bersama Erna sambil tersenyum semringah. Hendri tetap memperhatikan keduanya sebelum berbalik dan masuk ke mobil yang sama untuk menjemput Anthony Lin. “Dari mana kamu, Tantri?” tegur Grizelle pada Tantria yang baru saja tiba dan sedang menuju kamarnya. Tantria berbalik sedangkan Erna bergegas pergi. Grizelle tampak tidak suka saat melihat Tantria pergi ke luar rumah. “Tantri baru saja pulang dari Mal dan menjenguk Ibu di rumah sakit, Mba,” jawab Tantria sejujurnya dan sepolosnya. “Apa? Siapa yang memberikan kamu izin keluar rumah?” hardik Grizelle membuat Tantria langsung kecut. Ia menundukkan wajahnya saat Grizelle datang mendekat. “Maaf, Mba. Tantri ....” “Apa kamu tidak tahu peraturan di rumah ini kalau kamu tidak bisa sembarangan keluar masuk? Kalau kamu mau keluar kamu harus ijin sama aku!” Grizelle makin terdengar kesal. Beberapa pelayan bersembunyi dan mengintip Grizelle yang sedang memarahi Tantria. Mereka semua merasa iba terlebih Tantria hanya menunduk dan tidak melawan sama sekali. “Apa yang kamu bawa itu?” Grizelle masih menghardik lalu merebut salah satu kantung dan memeriksanya. “Pakaian dari mana ini? kamu jalan-jalan keluar untuk shopping?” Tantria sedikit menaikkan wajahnya dan mengernyit tapi tidak berani menjawab. “Uang dari mana kamu untuk membeli semua ini? Aku kan belum memberikan uang sama kamu?” pungkas Grizelle lagi. “Itu ....” “Nyonya?” tegur Halim tiba-tiba. Grizelle yang sedang memarahi Tantria sontak berbalik. “Ada telepon dari Nona Vinda.” Halim menyambung lagi. Grizelle pun mengangguk. Halim datang tepat di saat Grizelle mungkin akan memarahi Tantria. Tantria sudah pucat dan ketakutan. Ia tidak berani membela dirinya terlebih kehidupan di rumah Lin sangat lah jauh berbeda dari yang selama ini ia jalani. “Kita bicara lagi nanti, Tantria. Jangan keluar rumah lagi tanpa izin dariku, paham?” Tantria mengangguk cepat pada penegasan Grizelle. Grizelle berbalik pergi meninggalkan Tantria dan Halim yang masih berdiri tak jauh darinya. Halim menoleh pada Tantria dan matanya melirik pada pintu kamar Tantria. Itu adalah sebagai kode agar ia segera masuk kamar. Halim pun berbalik mengekori Grizelle ke ruang keluarga di mana salah satu pesawat telepon terletak di sana. Tantria pun masuk ke kamarnya dengan jantungnya yang berdegup kencang. Saat duduk di sisi ranjang sebelah tangan Tantria meraba dadanya dan ia menarik napas panjang. “Seharusnya Tantri gak usa pergi tadi. Mba Grizelle jadi marah,” gumam Tantria jadi menyesali waktu jalan-jalan yang didapatkannya tadi. “Halo?” “Halo, Grizelle. Kamu lagi apa? Ada acara gak nanti malam?” cerocos Vinda pada Grizelle. “Huff, aku lagi kesel banget!” “Soal apa?” Grizelle melihat ke segala arah untuk memastikan jika tidak ada yang mengupingnya. Halim sempat berhenti sejenak mengawasi Grizelle tapi ia kemudian berbalik dan kembali ke dapur. “Ternyata kamu benar. Belum apa-apa Tantria sudah buat ulah. Dia keluar dari rumah dan pulang bawa-bawa pakaian baru. Entah dari mana uangnya,” cetus Grizelle mencurahkan seluruh isi hatinya yang sedang kesal pada Vinda. “Apa aku bilang. Anak kampung itu akan jadi masalah buat kamu. Kamu sih gak percaya omonganku!” Vinda makin memanas-manasi. “Huh, terus aku mesti bagaimana? Aku kan gak mungkin meminta Anthony untuk membatalkan pernikahan. Apa lagi mereka sudah pernah malam pertama, kalau hamil bagaimana?” pungkas Grizelle jadi makin overthinking. “Grizelle, ngapain kamu yang repot. Yang penting kamu jaga Anthony dari godaan anak kampung itu. Kalau dia hamil dan melahirkan anak laki-laki, jangan kasih dia kesempatan untuk mengambil alih keluarga kamu. Jangan sampai kamu disingkirkan!” Vinda terus memberikan wejangan jahatnya pada Grizelle yang kini plin-plan dengan keputusannya. “Iya, kamu benar.” “Ngomong-ngomong, kamu tahu dari mana dia dapat uang untuk shopping?” “Entah. Aku gak tahu.” “Atau jangan-jangan Anthony yang sudah memberikannya?” Grizelle terdiam mendengarnya. “Kalau memang Anthony yang melakukannya kamu harus waspada Grizelle. Suami kamu itu bisa main mata sama anak kampung itu. Lama-lama dia bakalan morotin Anthony,” tukas Vinda lagi. “Enggak. Itu gak boleh terjadi!” sahut Grizelle cepat. “Iya, tapi kan kamu harus benar-benar jaga Anthony.” Grizelle mengangguk lagi. “Ya sudah, kamu mau bilang apa tadi. Memangnya nanti malam ada apa?” “Ada acara makan malam dan pesta Ardi Wibisono. Kamu masih ingat Ardi dong? Dia mengundang makan malam dan pesta untuk kita semua.” Grizelle sedikit cemberut dan menghela napas. Pasalnya, Ardi dulu adalah mantan kekasihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN