Bab 31. Perhatian Kecil

1132 Kata
“Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun, Jayden ...” lagu selamat ulang tahun bergema disertai tepuk tangan para tamu yang hadir di rumah keluarga Lin. Jayden digendong oleh Grizelle dan didampingi oleh Anthony merayakan ulang tahun si bungsu Jayden Lin yang pertama. Sementara ibu kandungnya yaitu, Tantria berdiri di barisan belakang bersama Halim dan Erna yang juga bertepuk tangan bagi Jayden. Tantria tersenyum getir menyaksikan anak semata wayangnya merayakan hari jadinya yang pertama bersama Anthony yang bukan ayah kandungnya dan Grizelle yang juga bukan ibu Jayden. “Saya ambilkan makan, Nyonya?” Halim menawarkan pada Tantria yang langsung menggeleng sembari tersenyum. “Lebih baik kita ke dapur untuk mempersiapkan makanan bagi para tamu,” jawab Tantria malah balik mengusulkan hal lain. Halim tersenyum lalu mengangguk. Erna pun mengikuti Tantria dan Halim. Daripada ikut berpesta, Tantria memilih membantu di dapur. “Harusnya Nyonya beristirahat, biarkan para pelayan saja yang membereskan gelas-gelas itu,” tegur Hendri yang tiba-tiba datang. Tantria yang sedang membereskan gelas-gelas bekas minum lalu berbalik dan tersenyum. “Tantri sudah sehat kok, Pak Hendri. Sudah baik-baik saja sekarang.” Hendri membalas tersenyum lalu mengangguk. “Kenapa gak masuk ke dalam? Jayden sudah terlihat besar. Gak terasa sudah satu tahun.” Tantria mengangguk masih mengulum senyuman. “Iya, rasanya baru kemarin dia lahir dan membangunkan seluruh orang di rumah ini.” Hendri terkekeh kecil dan mengangguk setuju. “Dia memang sudah memikat banyak orang dari awal. Oh iya, kalau Nyonya sudah gak sibuk, saya ingin bicara sebentar di taman belakang dekat rumah Halim.” Kening Tantria sedikit mengernyit. Ia mengangguk kecil lalu tersenyum. Hendri pun mengulum senyuman lalu pergi meninggalkan Tantria yang kembali meneruskan pekerjaan. Setelah mengantarkan nampan terakhir, Tantria kembali ke ruang tengah untuk melihat sejenak. Jayden terlihat sedang bersama Grizelle dan diperkenalkan pada banyak orang. Lalu Anthony datang dan menggendong Jayden untuk dibiarkan bermain bersama anak-anak lain yang datang sebagai tamu. Tantria tidak ingin mengganggu. Maka Tantria pun berjalan ke taman belakang di dekat rumah petak kecil untuk kepala pelayan yaitu Halim. Di sana sudah menunggu seorang pria yang duduk di bangku taman panjang sendirian. Hendri sudah duduk lebih dari satu jam menunggu Tantria sampai ia datang. “Pak Hendri?” sapa Tantria. Hendri langsung menoleh ke belakang lalu tersenyum. Tantria ikut tersenyum lalu duduk di ujung bangku panjang tersebut bersama Hendri yang berjarak darinya. “Terima kasih Nyonya sudah mau datang.” “Maaf, sudah membuat Pak Hendri menunggu lama.” Hendri masih tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. “Gak lama kok.” “Kenapa Pak Hendri gak di dalam?” Hendri menggeleng pelan lalu menghela napas panjangnya. “Ada yang ingin saya berikan untuk Nyonya.” “Apa?” Hendri lalu mengeluarkan sebuah kado dan menyerahkannya pada Tantria. Tantria sedikit bingung melihatnya tapi Hendri masih tersenyum. “Selamat ulang tahun, Nyonya Tantria Purnama,” ujar Hendri kala menyerahkan kado berbentuk persegi panjang tersebut. “Oh, ini ....” “Tahun lalu saya gak berkesempatan memberikan kado. Tahun ini saya sudah berniat ingin memberikannya untuk Nyonya. Terimalah, hari ini ulang tahun Nyonya kan?” Tantria tertegun menatap Hendri yang memberikan kado di ulang tahunnya padahal di dalam perayaan ulang tahun Jayden masih berlangsung. Tangan Tantria membelai permukaan kado tersebut lalu ia tersenyum. “Terima kasih, Pak Hendri.” “Sama-sama, Nyonya.” Hendri menatap sekali lagi pada Tantria yang masih menundukkan wajahnya menatap kado pemberiannya. Setelah lama berencana, Hendri pun berhasil memberikan kado untuk Tantria. Vinda yang kebetulan lewat koridor di samping taman belakang itu tidak sengaja melihat Tantria sedang duduk bersama seseorang di satu bangku yang sama. Ia sempat berhenti lalu berdiri lama untuk memastikan siapa yang ia lihat. Meski dari arah belakang, Vinda bisa mengenali jika pria yang bersama Tantria adalah orang kepercayaan Anthony Lin. “Hhmm, bisa jadi gosip hangat!” gumamnya menyeringai kecil lalu kembali ke dalam. Vinda segera mencari Grizelle yang sedang berkumpul dengan ibu-ibu sosialita temannya dalam sebuah perkumpulan. Mereka tertawa sambil berbagi cerita. “Grizelle, aku punya berita buat kamu.” Vinda berbisik lalu menarik Grizelle bersamanya. “Sebentar ya, Jeng ...” Grizelle meminta ijin pergi bersama Vinda ke salah satu sudut ruangan. Ia sedikit kesal ditarik keluar karena sedang asyik mengobrol. “Ada apa sih?” “Kamu gak pernah curiga sama anak buahnya Anthony?” cetus Vinda langsung pada intinya. “Siapa?” “Itu lho yang sering mengawal Anthony!” Grizelle berpikir sejenak dengan kening mengernyit. “Oh, Hendri.” Vinda mengedikkan bahunya. “Aku gak tahu namanya. Kayaknya dia deh, tadi aku lihat dia berduaan sama Tantria di taman belakang.” Grizelle tersentak kaget dan terperangah. Ia sampai membesarkan matanya melihat lirikan Vinda yang meyakinkan. “Yang bener kamu?” “Ish, kamu malah gak percaya. Beneran! Sumpah demi Tuhan aku gak bohong!” Vinda sampai membawa-bawa nama Tuhan demi meyakinkan Grizelle. “Ngapain mereka berduaan?” “Aku gak tahu. Menurut kamu laki-laki yang masih sendiri begitu pantes gak mendekati istri bosnya?” cibir Vinda. Grizelle terlihat kesal lalu menoleh ke arah Anthony yang sedang tertawa dengan para koleganya. “Anthony pasti gak tahu kan?” tambah Vinda lagi. Grizelle mengangguk pelan. “Pantas saja Hendri sepertinya perhatian sama Tantria. Dia bahkan mengantarkan Tantria ke rumah sakit. Anthony saja kalah cepat,” ungkap Grizelle mulai buka kartu. Vinda sampai membuka mulutnya terperangah tak percaya. “Wah, kayaknya Anthony dan Hendri berebut perhatian Tantria ya? Kamu bisa disingkirkan Grizelle.” Grizelle langsung berbalik pada Vinda dan mendelik. “Kamu ngomong apa sih?” hardiknya kesal. “Kok kamu marah? Itu bener?” “Kamu gak tahu apa-apa, Vin!” Vinda berbalik jadi kesal dan makin menyuluh emosi Grizelle. “Harusnya bukan aku yang kamu marahi. Salahku apa?” Grizelle pun terdiam. Masih dengan rasa kesal, ia akhirnya pergi begitu saja meninggalkan Vinda. Vinda mendengus dengan cengir culasnya melihat Grizelle yang sudah tidak tenang. “Rasain. Memangnya enak kalau Suami selingkuh!” gerutunya lalu pergi. Grizelle langsung menghampiri Anthony dan mengajaknya ke salah satu sudut ruangan. Ia bahkan tidak menunggu waktu untuk bicara. “Ada apa?” “Kamu selingkuh ya sama Tantria?” tuding Grizelle tanpa basa-basi. Anthony kaget setengah mati. “Apa? Kamu ngomong apa sih?” “Sudah ngaku saja!” Grizelle masih melotot pada Anthony yang kebingungan dengan tudingannya. “Ngaku apa?” Anthony masih menjaga nada bicaranya. “Kamu suka kan sama dia?” Grizelle mulai mengambek. Anthony menarik napas panjang dan sedikit membuang mukanya. Para tamu mulai memperhatikan gerak-gerik mereka dan Anthony tidak ingin ada yang melihat perdebatannya. “Kamu ngomong apa sih? Kamu gak minum kan?” “Aku gak mabuk, Qin!” Anthony mengangguk cepat lalu membelai sisi lengan Grizelle. “Maafkan aku. Ayo kita bicara di kamar.” Anthony menarik Grizelle dengan lembut masuk ke kamarnya. Sementara itu, Hendri kembali ke dalam untuk bertemu Anthony tapi tidak menemukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN