Bab 30. Kegetiran Di Balik Senyuman

1142 Kata
Tantria masih melamunkan mimpinya semalam soal Anthony. Bahkan setelah diberikan obat dan sedang dirawat sekalipun, ia masih tidak bisa tidur nyenyak. “Nyonya?” tegur Erna yang menunggui Tantria. Tantria tersenyum dan mencoba bangun. Tempat tidurnya ditegakkan 45 derajat agar Tantria bisa bersandar. “Sudah makan, Er?” tanya Tantria dengan lemah lembut. Erna tersenyum lalu mengangguk. “Sudah makan kue tadi, Nyonya. Gak usah mikirin saya. Saya panggilkan perawat agar membawakan sarapan untuk Nyonya ya.” “Apa gak sebaiknya saya perah ASI dulu? Nanti kalau ada yang datang untuk mengambil ASI bisa langsung diberikan. Jayden pasti rewel kalau lapar,” sanggah Tantria. Erna berpikir sejenak lalu tersenyum mengangguk. “Sebentar Nyonya. Saya siapkan alatnya dulu.” Erna lalu membantu Tantria untuk mengisi dua botol ASI yang akan disimpan di dalam kontainer khusus bagi Jayden. Botol ASI itu akan diantarkan ke rumah Lin sehingga Jayden tidak putus makanan dari ibunya. Tak lama setelah Tantria selesai menyimpan ASI-nya, Halim datang. Ia tersenyum melihat Tantria sudah lebih baik. “Saya pikir Pak Hendri yang datang,” celetuk Erna. Halim menggeleng sambil tersenyum. “Pak Hendri sedang di kantor Polisi. Ada urusan katanya.” Kening Tantria sempat mengernyit tapi dia memilih tidak bertanya apa pun. Halim lalu menyerahkan makanan lembut yang ia buat untuk Tantria sekaligus obat herbal yang dititipkan oleh tabib Feng untuk memulihkan pencernaan Tantria. “Saya akan bawa ASI ini dulu, Nyonya. Nanti sore saya kembali lagi.” “Tolong jaga, Jayden. Jangan lupa biskuit dan buburnya setiap sore.” Halim mengangguk pada pesan yang diberikan Tantria untuk anaknya. Tantria sangat merindukan Jayden. Rasanya ingin cepat-cepat pulang tapi tidak mungkin. Selama Tantria dirawat di rumah sakit, Anthony tidak sekalipun datang menjenguknya. Demikian pula dengan Hendri. Hanya Erna, Halim dan beberapa pelayan yang mondar-mandir di rumah sakit. Dalam kesendiriannya, Tantria memandang Erna yang sedang melakukan ibadah shalat di dekat tempat tidurnya. Rasanya begitu tenang kala memandang seseorang tengah khuyu’ beribadah. Tantria pun akhirnya tergerak hati untuk membaca Alkitab sambil menunggu Erna selesai Shalat. Rasa rindunya pada Anthony ditepis Tantria sampai ia sehat dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Halim yang menjemputnya. “Bagaimana Jayden? Apa dia rewel?” tanya Tantria pada Halim saat di dalam mobil. “Enggak sama sekali, Nyonya. Tuan Muda Jayden itu seperti Nyonya, tenang dan penurut.” Tantria tersenyum mendengar pujian dari Halim untuk putra semata wayangnya. Saat Tantria datang, rumah Lin terlihat banyak orang. Seperti sedang ada acara yang akan dilakukan. “Ada apa, Halim?” tanya Tantria mengernyit bingung. “Oh ini, ada kejutan untuk Tuan Muda Jayden. Acara ulang tahun Tuan Muda dipercepat oleh Nyonya Grizelle jadi sore ini,” jawab Halim. “Tapi ulang tahun Jayden kan masih beberapa minggu lagi.” Halim tersenyum dan mengangguk. Sebenarnya hari itu adalah ulang tahun Tantria yang ke 18. Akan tetapi, Grizelle tidak ingin ada perayaan untuk Tantria maka ia menggantikan dengan acara ulang tahun Jayden. “Nyonya Grizelle bilang sewaktu Tuan Muda Jayden ulang tahun nanti, Nyonya dan Tuan Besar akan pulang ke Hongkong sehingga tidak sempat merayakan.” Halim mengutarakan alasan Grizelle. “Sebenarnya gak perlu membuat acara ulang tahun untuk Jayden. Apa lagi sampai sebesar ini,” gumam Tantria pelan. Halim dan Erna lalu mengantarkan Tantria masuk ke dalam. Tantria langsung dibawa ke kamarnya untuk beristirahat. “Tantri mau lihat Jayden dulu. Sepertinya dia sudah pindah ke kamar barunya ya?” Halim mengangguk. Erna lalu menemani Tantria yang melewati beberapa orang yang sibuk mendekor ruang tengah untuk acara ulang tahun Jayden yang pertama. Sewaktu Tantria masuk ke dalam kamar baru Jayden, terlihat Anthony dan Grizelle sedang bersama Jayden dan Belinda. Jayden akan dipersiapkan untuk acara ulang tahunnya yang pertama sore ini. “Eh, Tantri. Sudah pulang?” tegur Grizelle. Anthony ikut menoleh dan membuang wajahnya ke samping. “Iya, Mba. Tantri baru saja tiba. Mau melihat Jayden dulu.” Tantria meminta ijin untuk bertemu dengan anaknya. Tantria berjongkok lalu duduk dengan kaki terlipat ke belakang melebarkan kedua lengannya sehingga Jayden bisa datang padanya. “Jayden, ini Mama, Sayang. Mama sudah pulang.” Jayden menyengir lebar lalu merangkak cepat ke arah Tantria yang tersenyum begitu cantik. Anthony mencuri pandang pada Tantria dan sejenak menikmati raut wajah cantik yang dirindukannya. Tak lama, Anthony membuang pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin Grizelle memergokinya. “Apa kabar anak Mama. Mmhhh, Mama kangen sama Jayden. Jayden gak nakal kan? Sudah makan, Nak?” Tantria memeluk dan mencium Jayden yang ikut memeluk ibunya. “Sore ini, Jayden ada acara ulang tahun, Tantri. Jadi aku dan Koh Anthony sepakat untuk buat acara ulang tahun Jayden sekarang. Soalnya dua minggu lagi, kami harus ke Hongkong. Takutnya gak sempat dirayakan,” celetuk Grizelle tiba-tiba. Tantria tersenyum lalu bangun sambil menggendong Jayden. “Jangan repot-repot, Mba. Ulang tahun Jayden kan tidak mesti harus dirayakan ....” “Jayden adalah satu-satunya anak laki-lakiku. Dia harus diperkenalkan pada seluruh anggota keluarga Lin. Jadi nanti dia akan ikut ke Hongkong bersamaku dan Grizelle. Acara ulang tahun ini adalah salah satu cara memperkenalkannya pada keluarga di Indonesia,” ujar Anthony dengan sikap dingin. Tantria langsung menundukkan kepalanya saat Anthony bertitah. Ia tidak berani mengangkat wajahnya apalagi untuk membantahnya. “Iya, Tantri. Jadi itu adalah niat kami berdua. Kamu gak keberatan kan?” imbuh Grizelle dengan senyumannya. Tantria hanya menaikkan lengkungan senyumannya. Apa yang bisa ia lakukan selain pasrah menerima? “Kalau begitu, Tantri ijin membawa Jayden ke kamar. Biar nanti Tantri yang gantikan pakaiannya,” ujar Tantria meminta ijin bersama anaknya sendiri. Anthony merasa hatinya seperti tertusuk jarum yang kecil. Ia membuang wajahnya untuk menyembunyikan kegetiran tersebut. Tantria sampai harus berbicara seperti itu seakan Jayden bukan miliknya. “Boleh, tapi kamu jangan kecapekan ya. Nanti kamu sakit lagi,” balas Grizelle terkesan penuh perhatian. Tantria tersenyum mengangguk dan menganjak Jayden yang digendongnya untuk keluar dari kamar tersebut. Anthony masih diam lalu menghela napas panjang. Ia berbalik dan akan pergi tapi lengannya dipegang oleh Grizelle. “Nanti kalau di Hongkong, aku ingin kita bulan madu lagi. Anak-anak biar dijaga sama pengasuh, bagaimana?” ujar Grizelle dengan nada menggoda. Anthony menyunggingkan senyumannya lalu mengangguk. “Kenapa gak bawa Tantria saja untuk jaga Jayden?” Anthony mencoba memberi usul. Grizelle langsung cemberut dan menggeleng. “Jangan ah. Biar dia istirahat di rumah saja. Nanti kalau dia kelelahan dan sakit lagi malah kita yang repot. Lagi pula perjalanan ke Hongkong kan gak lama, Qin.” “Jayden itu masih menyusu lho sama Ibunya. Kamu gak kasihan harus memberi dia s**u formula?” “Jayden kan harus di didik biar segera lepas dari Ibunya dan gak jadi anak manja. Dia penerus kamu, Qin. Ingat itu!” Anthony pun diam dicecar seperti itu. Ia dan Grizelle akhirnya keluar dari kamar Jayden untuk melihat persiapan acara. “Anak Mama mau ulang tahun ya? Aduh, sudah besar. Mmmhhhh, mama kangen sama Jayden.” Tantria terus mencium pipi gembul Jayden yang lembut di atas tempat tidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN